Seperti itulah bapak di hati saya. Cinta pertama yang menyentuh dan mengisi hidup saya. Meski tanpa banyak kata-kata, segala apa yang dilakukannya penuh dengan cinta dan kasih sayang.
Masih saya ingat dengan jelas, saat-saat bapak menemani saya, di hampir di setiap tempat yang asing bagi saya untuk pertama kalinya. Saat menginjakkan kaki pertama kali di sekolah dasar. Saat menginjakkan kaki pertama kali di sekolah menengah pertama. Saat menginjakkan kaki pertama kali di sekolah menengah atas. Saat menginjakkan kaki pertama kali di kampus perkuliahan. Bahkan hingga saat menginjakkan kaki pertama kali di kehidupan pernikahan. Tak berhenti di situ saja, di saat anak-anak saya lahir, bapak pun selalu hadir. Sungguh, dia benar-benar menjadi pria pertama yang mendukung, di setiap tahap dan langkah hidup saya.
Tapi, hari ini, 127 hari sudah bapak ‘hilang’ dari hidup saya. Senyumnya, perhatiannya, dukungannya, dan cinta kasihnya itu absen di keseharian saya. Bapak telah pergi untuk selama-lamanya. Ya, hari itu, Selasa, 24 Februari 2015 lalu, bapak dipanggil-Nya. Dan saya, kehilangan cinta pertama saya, untuk selama-lamanya.
Diabetes mellitus…
Semua karena diabetes mellitus. Penyakit yang disebut juga sebagai penyakit gula ini, menggerogoti tubuh bapak hingga 5 tahun lamanya. Kopi manis, makanan-makanan manis, hingga faktor risiko genetis, memberi andil yang besar pada penyakit bapak. Tak tanggung-tanggung, di awal vonis penyakit tersebut, kadar gula darah bapak mencapai 500 mg/dL. Tak heran, rasa lemas yang berlebihan dan buang air kecil yang terus menerus, bapak rasakan setiap hari. Berat badannya pun turun drastis. Dari yang asalnya 80 kg menjadi 60 kg saja.
Awalnya bapak susah untuk mengurangi konsumsi gula, tapi karena efek penyakit itu sangat nyata di tubuh bapak, akhirnya bapak mau mengubah pola hidup dan pola makannya. Tak ada lagi kudapan manis, kopi manis, atau apa pun yang manis-manis. Semuanya serba diatur. Dari makanan berat hingga ke minumannya.
Dukungan mama
Sebulan, dua bulan, tiga bulan berlalu. Kondisi bapak perlahan meningkat. Air mukanya yang biasa lemas dan tubuhnya yang selalu letih, perlahan berubah segar dan ceria. Untuk membuktikan dugaan, saya dan mama pun membawanya ke laboratorium. Tes darah lalu kembali dilakukan bapak. Hasilnya sungguh mencengangkan. Kadar gula darah bapak turun menjadi 180 mg/dL. Walau pun belum masuk kategori normal (150 mg/dL), pencapaian di angka itu adalah rekor terbaik yang pernah bapak capai.
Semua tentu tak akan bisa seperti itu tanpa dukungan mama. Ya, perhatian dan cinta kasih mama pada bapak begitu besar. Mama menyiapkan makanan khusus untuk bapak. Mama mengantar bapak ke dokter. Mama menemani bapak ke laboratorium untuk cek darah. Dan mama jugalah yang selalu mendampingi bapak untuk berjalan-jalan pagi dan berolahraga.
Cinta mama pun terlihat dalam mengubah makanan kesukaan bapak. Bapak yang asalnya sangat menyukai kue-kue manis beralih pada kue-kue lain yang tidak manis, yang bahkan tidak ditambah gula sama sekali. Misalnya saja kue-kue dari keju Kraft. Dan ya, bapak menjadi sangat suka dengan kue-kue keju Kraft ini. Terutama kue-kue keju Kraft buatan mama, seperti kastangel, nastar keju, dan juga cheese stick. Jadi tak heran, sejak bapak menderita diabetes, di rumah sangat jarang sekali ditemukan kue-kue manis. Dan sebaliknya, kue-kue keju seperti seperti kastangel, nastar keju, dan juga cheese stick hampir selalu tersedia di atas meja.
Tuhan Berkata Lain
Semua cara telah bapak tempuh dalam mengobati penyakit diabetesnya. Tapi Tuhan berkata lain. Meskipun gula darah bapak sudah hampir normal, yaitu 180 mg/dL, dan semua makanan yang masuk ke dalam perutnya selalu dipantau, bukannya sembuh, bapak malah terserang stroke, yang menurut dokter dikategorikan sebagai stroke ringan. Bapak pun kemudian kami bawa ke rumah sakit.
Perawatan di rumah sakit tak banyak membantu. Berbagai obat dan tindakan yang diberikan dokter tidak meningkatkan kesehatan bapak secara berarti. Sehingga di hari ke-3 di sana, bapak pun menghembuskan nafas terakhirnya.
#IndahnyaMemberiCinta
Kehilangan cinta pertama, yaitu cinta bapak, sangat menyakitkan bagi saya. Tapi hidup harus terus berjalan. Ada suami, anak-anak, dan juga mama yang harus saya perhatikan. Saya tak boleh egois. Sebab yang kehilangan cinta dan kasih sayang bapak bukan hanya saya saja. Dan justru, mamalah orang yang paling sedih itu. Bagaimana tidak, kenangan selama 45 tahun bersamanya dalam suka dan duka, tentu tak bisa hilang begitu saja.
Bapak memang sudah tiada, tapi cintanya tetap mengalir di dalam hati saya, mama, kakak-kakak dan adik saya. Darinya saya belajar banyak hal. Salah satunya adalah selalu memberi cinta. Kepada anak, kepada orang tua, dan kepada siapa saja tanpa banyak berkata-kata. Tunjukkan saja dalam perbuatan yang nyata, maka mereka akan merasakannya. Begitu pesan tersirat yang ditinggalkannya.
Ramadan kali ini adalah Ramadan pertama tanpa bapak. Meski kesedihan akan kehilangannya begitu terasa, kami mencoba untuk menetralkannya. Dan membangun aura cinta yang selalu ditebarkan bapak. Salah satunya adalah dengan menghadirkan kue-kue kesukaan bapak. Kue-kue keju yang menemaninya di hari-hari terakhir kehidupannya.
Seringkali saya senyum-senyum sendiri manakala mengingat saat-saat bapak menyuapi kue-kue keju itu ke mulut cucu-cucunya, anak-anak saya. Kue keju yang bukan sembarang kue. Tapi kue cinta yang diberikan seorang kakek kepada cucu-cucunya. Kue cinta yang dibuat dengan tulus oleh seorang istri untuk suaminya. Kue cinta yang memberi banyak hikmah dari orang tua kepada anak-anaknya.
Menjelang lebaran nanti saya sudah bertekad, saya akan membuat kue-kue keju kesukaan bapak sendiri tanpa bantuan mama. Cukup sudah mama melakukannya selama ini untuk kami semua. Dan sudah saatnya, saya membalas segala kebaikan, ketulusan, serta cinta mama kepada saya.
Masih saya ingat dengan jelas, saat-saat bapak menemani saya, di hampir di setiap tempat yang asing bagi saya untuk pertama kalinya. Saat menginjakkan kaki pertama kali di sekolah dasar. Saat menginjakkan kaki pertama kali di sekolah menengah pertama. Saat menginjakkan kaki pertama kali di sekolah menengah atas. Saat menginjakkan kaki pertama kali di kampus perkuliahan. Bahkan hingga saat menginjakkan kaki pertama kali di kehidupan pernikahan. Tak berhenti di situ saja, di saat anak-anak saya lahir, bapak pun selalu hadir. Sungguh, dia benar-benar menjadi pria pertama yang mendukung, di setiap tahap dan langkah hidup saya.
Tapi, hari ini, 127 hari sudah bapak ‘hilang’ dari hidup saya. Senyumnya, perhatiannya, dukungannya, dan cinta kasihnya itu absen di keseharian saya. Bapak telah pergi untuk selama-lamanya. Ya, hari itu, Selasa, 24 Februari 2015 lalu, bapak dipanggil-Nya. Dan saya, kehilangan cinta pertama saya, untuk selama-lamanya.
Diabetes mellitus…
Semua karena diabetes mellitus. Penyakit yang disebut juga sebagai penyakit gula ini, menggerogoti tubuh bapak hingga 5 tahun lamanya. Kopi manis, makanan-makanan manis, hingga faktor risiko genetis, memberi andil yang besar pada penyakit bapak. Tak tanggung-tanggung, di awal vonis penyakit tersebut, kadar gula darah bapak mencapai 500 mg/dL. Tak heran, rasa lemas yang berlebihan dan buang air kecil yang terus menerus, bapak rasakan setiap hari. Berat badannya pun turun drastis. Dari yang asalnya 80 kg menjadi 60 kg saja.
Awalnya bapak susah untuk mengurangi konsumsi gula, tapi karena efek penyakit itu sangat nyata di tubuh bapak, akhirnya bapak mau mengubah pola hidup dan pola makannya. Tak ada lagi kudapan manis, kopi manis, atau apa pun yang manis-manis. Semuanya serba diatur. Dari makanan berat hingga ke minumannya.
Dukungan mama
Sebulan, dua bulan, tiga bulan berlalu. Kondisi bapak perlahan meningkat. Air mukanya yang biasa lemas dan tubuhnya yang selalu letih, perlahan berubah segar dan ceria. Untuk membuktikan dugaan, saya dan mama pun membawanya ke laboratorium. Tes darah lalu kembali dilakukan bapak. Hasilnya sungguh mencengangkan. Kadar gula darah bapak turun menjadi 180 mg/dL. Walau pun belum masuk kategori normal (150 mg/dL), pencapaian di angka itu adalah rekor terbaik yang pernah bapak capai.
Semua tentu tak akan bisa seperti itu tanpa dukungan mama. Ya, perhatian dan cinta kasih mama pada bapak begitu besar. Mama menyiapkan makanan khusus untuk bapak. Mama mengantar bapak ke dokter. Mama menemani bapak ke laboratorium untuk cek darah. Dan mama jugalah yang selalu mendampingi bapak untuk berjalan-jalan pagi dan berolahraga.
Cinta mama pun terlihat dalam mengubah makanan kesukaan bapak. Bapak yang asalnya sangat menyukai kue-kue manis beralih pada kue-kue lain yang tidak manis, yang bahkan tidak ditambah gula sama sekali. Misalnya saja kue-kue dari keju Kraft. Dan ya, bapak menjadi sangat suka dengan kue-kue keju Kraft ini. Terutama kue-kue keju Kraft buatan mama, seperti kastangel, nastar keju, dan juga cheese stick. Jadi tak heran, sejak bapak menderita diabetes, di rumah sangat jarang sekali ditemukan kue-kue manis. Dan sebaliknya, kue-kue keju seperti seperti kastangel, nastar keju, dan juga cheese stick hampir selalu tersedia di atas meja.
Kue-kue keju kesukaan bapak |
Tuhan Berkata Lain
Semua cara telah bapak tempuh dalam mengobati penyakit diabetesnya. Tapi Tuhan berkata lain. Meskipun gula darah bapak sudah hampir normal, yaitu 180 mg/dL, dan semua makanan yang masuk ke dalam perutnya selalu dipantau, bukannya sembuh, bapak malah terserang stroke, yang menurut dokter dikategorikan sebagai stroke ringan. Bapak pun kemudian kami bawa ke rumah sakit.
Perawatan di rumah sakit tak banyak membantu. Berbagai obat dan tindakan yang diberikan dokter tidak meningkatkan kesehatan bapak secara berarti. Sehingga di hari ke-3 di sana, bapak pun menghembuskan nafas terakhirnya.
#IndahnyaMemberiCinta
Kehilangan cinta pertama, yaitu cinta bapak, sangat menyakitkan bagi saya. Tapi hidup harus terus berjalan. Ada suami, anak-anak, dan juga mama yang harus saya perhatikan. Saya tak boleh egois. Sebab yang kehilangan cinta dan kasih sayang bapak bukan hanya saya saja. Dan justru, mamalah orang yang paling sedih itu. Bagaimana tidak, kenangan selama 45 tahun bersamanya dalam suka dan duka, tentu tak bisa hilang begitu saja.
Bapak memang sudah tiada, tapi cintanya tetap mengalir di dalam hati saya, mama, kakak-kakak dan adik saya. Darinya saya belajar banyak hal. Salah satunya adalah selalu memberi cinta. Kepada anak, kepada orang tua, dan kepada siapa saja tanpa banyak berkata-kata. Tunjukkan saja dalam perbuatan yang nyata, maka mereka akan merasakannya. Begitu pesan tersirat yang ditinggalkannya.
Ramadan kali ini adalah Ramadan pertama tanpa bapak. Meski kesedihan akan kehilangannya begitu terasa, kami mencoba untuk menetralkannya. Dan membangun aura cinta yang selalu ditebarkan bapak. Salah satunya adalah dengan menghadirkan kue-kue kesukaan bapak. Kue-kue keju yang menemaninya di hari-hari terakhir kehidupannya.
Seringkali saya senyum-senyum sendiri manakala mengingat saat-saat bapak menyuapi kue-kue keju itu ke mulut cucu-cucunya, anak-anak saya. Kue keju yang bukan sembarang kue. Tapi kue cinta yang diberikan seorang kakek kepada cucu-cucunya. Kue cinta yang dibuat dengan tulus oleh seorang istri untuk suaminya. Kue cinta yang memberi banyak hikmah dari orang tua kepada anak-anaknya.
Menjelang lebaran nanti saya sudah bertekad, saya akan membuat kue-kue keju kesukaan bapak sendiri tanpa bantuan mama. Cukup sudah mama melakukannya selama ini untuk kami semua. Dan sudah saatnya, saya membalas segala kebaikan, ketulusan, serta cinta mama kepada saya.
Saya juga akan membuat kue-kue keju itu lebih banyak. Saya ingin agar tak hanya mama dan keluarga dekat saja yang merasakan cinta di dalam kue itu. Tetapi juga semua orang yang datang bersilaturahmi ke rumah kami dan mencicipi kue-kuenya. Semoga saja, hal itu membuat mama bahagia dan bapak tersenyum serta tenang di alam sana.
Teman-teman, mari ungkapkan cinta kita kepada orang-orang yang selama ini menyayangi kita. Terutama kepada orang tua. Selagi mereka masih ada. Tak perlu dengan kata-kata, tindakan yang nyata atau bentuk karya kita, malah akan lebih mudah sampai ke hati mereka. Sungguh, inilah sebenar-benarnya makna di balik #IndahnyaMemberiCinta….
Teman-teman, mari ungkapkan cinta kita kepada orang-orang yang selama ini menyayangi kita. Terutama kepada orang tua. Selagi mereka masih ada. Tak perlu dengan kata-kata, tindakan yang nyata atau bentuk karya kita, malah akan lebih mudah sampai ke hati mereka. Sungguh, inilah sebenar-benarnya makna di balik #IndahnyaMemberiCinta….
Kebersamaan bersama almarhum bapak di saat Lebaran beberapa tahun yang lalu |
Meskipun saya anak semata wayang, dengan bapak saya malah kurang dekat. Baak tipe orang yang serius. Bnayak diam dan kalau sekali bicara uhh...nendang banget.
BalasHapusSemoga Bapak Mbak Nia tenang di sana. Bahagia di sana. Aamiin.
Aamiin, makasih, mbak Ika...
HapusSaya terharu bacanya mba..
BalasHapusSemoga almarhum bapak ditempatkan di sisi-Nya, aamiin..
Aamiin. Makasih banyak, Mbak Nur...
HapusSabar ya Mbak Nia... selalu doakan almarhum Bapak agar segala amal ibadahnya diterima dan mendapat tempak terbaik di sisiNya...
BalasHapusAamiin. Makasih banyak, Mbak Rita...
HapusAaah I Feel You Mak... rasanya ada yang hilang dan kosong saat menjalani puasa tanpa Bapa untuk pertama kalinya. Sudah 14 tahun tp selalu kangen dan jd haru biru mengingat alm Bapa
BalasHapusIya, Mak Ophi...
HapusDari semalam saya juga terisak ingat ibu, sekarang jd terisak lagi membaca artikel ini. Semoga Almarhum bapak diberi tempat terbaik di sisi Nya. Amiin...
BalasHapusAamiin, makasih Mbak Ety...
HapusSemoga almarhum Bapak bisa tenang di sisi-Nya ya mbak...mbak sekeluarga juga diberi kesabaran..aamiin..aamiin
BalasHapusAamiin, makasih banyak Mbak Nurul...
Hapusbetul mbk, indahnya memberi cinta, terutama yang masih punya ortu.
BalasHapusIya mbak Naqi...
HapusLaaah kok pas banget aku lagi nyiapin bahan kastengel tp kayaknya udah kemaleman ini, besok saja heheee..... Al Fatihah saya buat ayahnda ya.
BalasHapusMakasih banyak, Mak Lusi...
HapusDuh, jadi ikut melow mbak. Semangaaat
BalasHapusSemangaaaaat..
Hapussmg bapak mak Nia d terima d sisiNya...
BalasHapus*kabita ku foto kue na*
Aamiin, makasih mak Rina. Hayuk atuh ke Bandung...
HapusCarimbasbas... walau papihku udah gak ada lama banget, baca tulisan ini jadi sonooo...
BalasHapusIya, aku juga sonoooo....
Hapussemoga ayahanda di tempatkan di tempat yang terbaik di sisi-Nya aamiin aamiin...
BalasHapuspokoknya kita harus semangat menjalani ramadhan tahun ini :)
Aamiin, makasiih mak...
Hapussaya juga suka kue keju, biasanya beli ga bikin sendiri, belum punya oven :p
BalasHapus:)
Hapusya ampun mba..... kue kejunya bikin meleleh, saya kan suka sama kue keju :)
BalasHapusmengenai bapak, alm. bapak saya juga meninggal karena stroke. awalnya memiliki diabetes juga, lalu merembet ke yg lainnya, sedih memang ya mba, jika mengenang sosok seorg bapak
Iya, sama kayak bapak saya, begitu juga...
Hapuskue kejunya menggoda mbak..sudah aku lihat2 disosmednya mbak Nia..amat sangat menggoda..dan akhirnya kue itu muncul disini lagi...hahaha
BalasHapusHayuk atuh ke Bandung...
HapusTergoda sama kastengel dan terharu dengan tulisannya.
BalasHapus:)
HapusAku sedih sekaligus senyum-senyum sendiri bacanya mba.
BalasHapusSemoga almarhum mendapatkan tempat terbaik disisiNYA. aamiin :)
Aamiin. Makasih mas...
Hapussudah saya follow ya mak :D
BalasHapusMakasih...
Hapusmba yang sabar ya, semoga bapak diterima disisinya
BalasHapusAamiin, makasih mbak...
HapusSemoga di sana Bapak juga bisa menikmati kue-kue keju seperti di atas.
BalasHapus:)
HapusSemoga Bapak tenang di sana dan dilampangkan jalan nya menuju surga Nya
BalasHapusAamiin. Makasih, mas...
HapusSemoga Bapak tenang disisiNya ya Mbak. Bapak mertua saya juga diabetes. Huhuhu. Mbak aq udah follow blognya ya :)
BalasHapusAamiin, makasih mbak Tetty...
Hapuskenangan indah bersama bapak ya mbak. Semoga bapak tenang ya ikut mendoakan
BalasHapusnice story mbak :') bapakku juga kena diabet, dan aku juga takut.. takut kehilangan bapak karena penyakit itu, saat inipun aku juga masih memperjuangkan bapak, berdoa dengan penuh pengharapan bagi kesembuhan bapak, karena dokter sudah menyuruh untuk tindakan oprasi :')
BalasHapusdiabet katanya juga menurun ya mbak :'(
kenangan yang sangat indah ya mak...kalau saya dulu kenagan terakhir sm alm abah itu,untuk terakhir kalinya diantar ke Pare les bahasa inggris...^^
BalasHapussalah fokus ke kue kejuu :(
BalasHapuskue keju memang favorit banyak orang ya..termasuk kami di sini. papaku almarhum juga meninggal karena stroke mak, yang dipicu oleh diabetes... kita memang harus hati-hati ya..
BalasHapusTerharu mbak T-T Jadi teringat alm. Bapak juga. Eh kue-kue kejunya bikin ngeces hehe. Aku sdh folow blognya mbak :)
BalasHapusJadi ikutan kangen bapak. Indah sekali ceritanya, mba. Semoga bapak diberikan tempat yg terbaik di sisi-Nya.
BalasHapusAl fatihah buat almarhum bapak..peluk mba nia...
BalasHapus