Istilah penemu antibiotik sangat
tepat dialamatkan kepada Alexander Fleming. Penemuan penisilin yang merupakan
tonggak pertama perlawanan efektif terhadap bakteri tidak lahir dari suatu
rancangan percobaan yang sistematis, melainkan ditemukan secara tidak sengaja.
Meskipun demikian, penemuan besar tersebut merupakan bonus dari kerja keras
selama hidupnya yang didedikasikan untuk melawan kuman penyebab penyakit tersebut.
Alexander Fleming lahir pada tanggal
6 Agustus 1881 di Lochfield, sebuah kawasan peternakan terpencil di Skotlandia.
Ia merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara. Keluarganya mengelola peternakan
seluas 800 hektar dan tinggal dalam rumah yang jaraknya sekitar 1 mil dari
tetangga terdekat. Fleming bersaudara tumbuh dalam suasana pedesaan yang
kental. Tidak jarang mereka bermain melalui arus sungai, lembah, dan
gunung-gunung, sehingga secara tidak sengaja mereka banyak belajar dari alam.
Sepeninggal sang ayah, pengelolaan
peternakan dilanjutkan oleh sang kakak tertua. Sementara kakaknya yang lain,
Tom Fleming, mengikuti sekolah kedokteran dan berhasil membuka praktek di
London. Alexander dan empat saudaranya yang lain mengikuti jejak Tom untuk
pindah ke London dengan harapan dapat memperbaiki kualitas hidup mereka.
Alexander yang sebelumnya tercatat sebagai murid Kilmarnock Academy melanjutkan
sekolahnya di Politeknik London. Setelah lulus ia sempat bekerja di sebuah
Firma perkapalan, namun kemudian keluar karena merasa tidak betah.
Tahun 1900 pecah perang Boer antara Inggris dengan koloninya di
Afrika Selatan. Alexander dan dua saudaranya mendaftarkan diri untuk menjadi
prajurit pada Resimen Skotlandia. Meskipun pada akhirnya resimen tersebut tidak
diberangkatkan ke medan peperangan, kamp pelatihan telah mengasah banyak
keterampilan seperti menembak, berenang, bahkan polo air yang biasa mereka
lakukan pada masa senggang.
Sekolah Kedokteran
Usaha praktek kedokteran Tom Fleming
meningkat pesat setelah mendapat suntikan dana dari warisan sang paman. Tom pun
menyarankan agar Alexander menggeluti bidang yang sama dengannya. Tom melihat
potensi yang sangat besar pada diri Alexander. Hal ini terbukti ketika
Alexander mendapatkan nilai tertinggi pada saat ujian masuk sekolah kedokteran.
Pada tahun 1906, Alexander
Fleming memilih untuk menuntut ilmu di sekolah kedokteran ST.
Mary’s. Sebuah sekolah yang pernah menjadi lawannya dalam pertandingan polo
air. Alexander melakukan penelitian dibawah bimbingan Sir Almroth Wright,
seorang perintis dalam bidang terapi vaksin. Pada awalnya ia berkonsentrasi
pada pembedahan, namun kemudian beralih ke bidang bakteriologi dan layanan
inokulasi. Alexander mendapatkan gelar beserta medali kehormatan pada tahun
1908, dan melanjutkan karir kedokterannya di ST. Mary’s sebagai pengajar.
Pada tahun 1909, seorang ahli
fisika-kimia asal Jerman, Paul Ehlrich merancang metode pengobatan kimia untuk
penyakit sipilis. Salah satu dari
ratusan senyawa yang ia coba membuahkan hasil positif. Senyawa tersebut ia beri
nama Salvarsan. Ehlrich kemudian membawa hasil penelitiannya ke London, dimana
Alexander Fleming menjadi salah seorang pengelolanya. Dalam perkembangannya,
Alexander mengembangkan teknik baru dalam pemberian obat Salvarsan dengan
metode injeksi intra pembuluh darah. Ia pun membuka praktek layanan pengobatan
yang sangat banyak dibutuhkan orang pada saat itu.
Ketika perang dunia pertama pecah,
sebagian besar staf dari lab bakteriologi berangkat ke Prancis untuk membangun
lab rumah sakit darurat bagi korban perang. Alexander Fleming yang pernah
mengikuti latihan kemiliteran diangkat menjadi kapten tim medis. Disana mereka
menemukan ganasnya pengaruh bakteri penginfeksi terhadap luka-luka para
prajurit. Banyak diantaranya yang menyebabkan kematian dalam waktu yang
singkat, meskipun hanya berupa infeksi sederhana. Kenyataan ini membuat
Alexander Fleming berpikir keras untuk mendapatkan bahan yang bisa memerangi
bakteri tersebut. ia melakukan banyak inovasi dalam proses perawatan luka-luka
para korban, namun belum juga mendapatkan hasil yang maksimal.
Penemuan dari lab yang
berantakan
Pada tahun 1920 Alexander Fleming
kembali ke ST. Mary’s dan langsung menenggelamkan dirinya dalam pencarian
antiseptik yang efektif. Setelah melakukan banyak penelitian, ia menemukan
bahwa enzim yang dihasilkan oleh cairan tubuh seperti air mata mempunyai efek
anti bakteri yang alami (lisozim). Namun anti bakteri ini tidak berdaya
menghadapi kuman penginfeksi yang kuat.
Alexander Fleming mencoba lagi berbagai
penelitian lain. Alat-alat dan bahan yang ia gunakan bercampur aduk memenuhi
seluruh ruangan sehingga membuat labnya kotor dan berantakan. Salah satu
percobaannya menggunakan kultur bakteri Staphylococcus
yang disebar pada medium dalam beberapa cawan petri. Cawan-cawan tersebut
ditumpuk dan dibiarkan begitu saja ketika ia pergi berlibur selama dua pekan.
Sekembalinya dari liburan, pada pagi
hari tanggal 3 September 1928, Alexander Fleming datang kembali dengan maksud
untuk membersihkan labnya yang berantakan. Tumpukan cawan petri yang berisi
kultur bakteri Stapjylococcus ia
jejerkan pada meja lab untuk dicuci. Sebelum dimasukan ke dalam bak cuci ia
sempat memeriksa satu demi satu kondisi kultur bakteri sampai pandangannya
terhenti pada salah satu cawan petri. Kultur pada cawan tersebut ternyata
ditumbuhi sejenis jamur yang mengeluarkan lapisan bening berbentuk seperti
cincin. Anehnya, disekitar lapisan
tersebut tidak terdapat satupun bakteri Staphylococcus.
Menyadari bahwa saat itu merupakan
momen ‘eureka’ untuknya, Alexander Fleming segera melakukan penelitian lebih
lanjut. Jamur yang mengeluarkan lapisan bening tersebut diketahui kemudian
sebagai Penicilium notatum. Sporanya
terbawa dari lab mikologi yang letaknya satu lantai dibawah lab Fleming. Sungguh
suatu keberuntungan ketika ia tidak menyimpan kulturnya pada inkubator hangat,
dan dibantu dengan kondisi cuaca London yang dingin sang jamur pun bisa
bertahan hidup. Seiring dengan meningkatnya suhu lab maka Staphylococcus tumbuh pesat menutupi seluruh permukaan kultur,
kecuali pada kultur yang terkontaminasi Penicilium
notatum tersebut. fleming menyimpulkan bahwa bakteri pada cawan petri telah
dimusnahkan oleh zat yang dihasilkan oleh koloni jamur, yang kemudian ia
namakan penisilin.
Penelitian berikutnya menunjukan
bahwa penisilin juga ampuh untuk membunuh bakteri jenis lain. Penisilin juga
bisa diujikan secara hati-hati terhadap binatang tanpa menimbulkan efek
samping. Catatan penemuannya ini sempat dicetak pada majalah-majalah sains,
namun tidak mendapatkan tanggapan antusias dari masyarakat pada waktu itu.
Alexander Fleming pun kembali tenggelam dalam penelitian-penelitian medisnya
yang lain.
Pembuktian Penisilin
Pada tahun 1938, berdasarkan temuan
Alexander Fleming, Howard Florey dan Ernst Chain yang bekerja di Universitas
Oxford melakukan pengisolasian penisilin untuk penilitian yang mereka lakukan.
Tiga tahun kemudian seorang dokter Rumah Sakit Oxford, Charles Fletcher
mendengar hasil penelitian mereka. Fletcher mempunyai seorang pasien yang kondisinya
kritis akibat infeksi bakteri pada luka yang dideritanya. Ia kemudian
menggunakan sejumlah penisilin hasil pengisolasian Florey dan Chain kepada
pasiennya tersebut. Beberapa saat setelah diberikan penisilin kondisi si pasien
membaik dengan sangat cepat, namun karena Fletcher tidak memiliki cukup banyak
penisilin untuk membasmi bakteri penginfeksi secara tuntas, beberapa minggu
kemudian sang pasien meninggal. Bagaimanapun juga penisilin telah menunjukan
daya kerja yang luar biasa. Satu-satunya alasan ketidaksembuhan pasien adalah
karena jumlahnya yang sangat terbatas. Florey kemudian berhasil mengatasi
masalah ini dengan menggaet perusahaan obat Amerika untuk memproduksi penisilin
secara masal.
Pembuktian keampuhan penisilin
terjadi pada saat pecahnya perang dunia ke 2. Pada saat itu telah tersedia
cukup banyak penisilin untuk merawat para korban perang. Banyak nyawa yang bisa
diselamatkan. Penisilinpun kemudian dikenal luas sebagai obat ajaib yang paling
mujarab dalam menyembuhkan berbagai penyakit dan mengubah metode penanganan
terhadap infeksi bakteri di seluruh dunia. Pada pertengahan abad, penemuan
Alexander Fleming ini telah melahirkan industri farmasi raksasa. Pembuatan
penisilin sintetis dalam jumlah besar telah dapat menaklukan beberapa penyakit
manusia yang paling menakutkan pada masa itu, seperti sipilis dan tuberkolosis.
Atas jasa-jasanya, Alexander Fleming
diangkat menjadi anggota kehormatan Royal
Society pada tahun 1943, dan menerima gelar kebangsawanan Inggris pada
tahun 1944. Setahun berikutnya, Sir Alexander Fleming beserta penerusnya Howard
Florey dan Ernst Chain menerima hadiah Nobel. Beliau meninggal pada tanggal 11
Maret 1955 dan dimakamkan di Katedral ST. Paul’s.
Dimuat di HU Pikiran Rakyat, September 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)