Laman

27.1.13

Waspadai Infeksi Virus Penyebab Obesitas!



Negara Indonesia memang tidak semaju negara Amerika, sehingga masalah yang timbul tidak sekompleks negara tersebut. Akan tetapi, untuk masalah kesehatan, Indonesia juga tak kalah dengan negara maju termasuk masalah obesitas. Secara kuantitas masalah obesitas ini tidak terlalu kentara, namun cukup merepotkan terutama untuk kalangan tertentu.
Masalah obesitas atau penyakit kelebihan berat badan atau kegemukan biasanya kita kenal disebabkan karena konsumsi makanan berlebih, kurang olah raga bahkan mungkin karena faktor genetis (turunan).
            Di Amerika, obesitas menjadi penyebab kematian bagi 5 dari 10 kematian. Sedangkan di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali, 10 dari 100 penduduk menderita obesitas. Dan bukan hal baru lagi bila kita tahu bahwa obesitas menjadi pemicu penyakit-penyakit lain seperti jantung, artritis, diabetes serta tekanan darah tinggi.
           Secara normal, gen yang berperan dalam obesitas baru ditemukan dua macam, yaitu gen ob (obesity) yang memproduksi leptin, serta gen db (diabetic) yang memproduksi reseptor leptin. Leptin sendiri dihasilkan dari sel-sel lemak yang diedarkan melalui perderan darah. Ketika leptin mengikat reseptor leptin otak terjadilah proses penghambatan pengeluaran neuropeptida Y, dimana neuropeptida Y memberi efek meningkatkan nafsu makan. Konsekuensi logisnya, jika tak ada leptin maka nafsu makan mejadi tidak terkontrol.
            Kondisi demikian akhirnya mengilhami dunia kedokteran untuk melakukan terapi suntik leptin guna menghindari gejala obesitas, yang juga menjadi alternatif dalam upaya menjaga kelangsingan tubuh.         Sejumlah teknik pemroduksian leptin secara besar-besaran pun dilakukan, yang salah satunya dengan cara kloning gen leptin terhadap bakteri E. coli.
Percobaan terhadap tikus yang disuntik gen leptin menunjukkan adanya berat badan selama diberikan terapi. Namun pun begitu, tidak semua tikus dan manusia memberikan hasil yang sama. Hal ini menjadi tanda tanya besar, yang membuat banyak ahli berpikir tentang adanya faktor lain yang menyebabkan obesitas.
Di Amerika, para dokter dan ilmuwan berpikir keras akan hal ini. Dan yang tengah menjadi pembicaraan hangat yaitu temuan tentang adanya virus yang dapat menginfeksi lemak yang akhirnya mengakibatkan obesitas.
Dr. Richard Atkinson, seorang dokter peneliti virus lemak dari Universitas Wisconsin, Madison, mengatakan bahwa temuan ini tidaklah terlalu mengherankan, karena kita tahu bahwa virus bisa menyebabkan penyakit apapun seperti penyakit jantung, diabetes, bahkan gangguan saraf. Atkinson juga menambahkan, ada sekitar 36 virus yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) yang sebagian virus itu juga mnyebabkan masalah pencernaan, serta peradangan otak.
Hal serupa juga diamini Dr. Nikhil Dhurandar yang juga dari Universitas yang sama. Mereka menyatakan bahwa virus ini dapat mengakibatkan penumpukan lemak dalam tubuh. Mereka juga menambahkan bahwa virus ini pertama kali ditemukan pada ayam. Ayam yang terinfeksi virus ini lebih gemuk dibandingkan dengan ayam yang tidak terinfeksi.
Kadar kolesterol serta trigliserid darah ayam yang terinfeksi lebih rendah dibandingkan dengan ayam normal. Padahal biasanya orang yang gemuk cenderung memiliki kadar kolesterol dan trigliserid yang tinggi dibandingkan dengan orang normal. Hal ini kemungkinan terjadi karena saat infekasi terjadi, virus ini menyebar ke dalam darah dan sel-sel lemak yang kemudian memacu sel-sel lemak untuk mengambil kolesterol dan trigliserid dari darah. Penemuan isu ini telah diublikasikan dalam International Journal of Obesity.
Hasil yang didapat dari penyuntikan virus ini terhadap ayam, tikus dan monyet menunjukkan peningkatan lemak dalam tubuh berkisar 50-100 % dengan hewan normal serta dengan porsi makanan yang sama.
Virus penginfeksi lemak ini berasal dari golongan adenovirus-36. Ada sekitar 50 jenis adenovirus yang lebih dulu ditemukan para ahli dan menginfeksi manusia, dan diantaranya menjadi penyebab penyakit influensa, diare hingga radang otak. Adenovirus biasanya ditularkan melalui udara, kontak langsung, bahkan lewat air.
Dokter Atkinson menambahkan bahwa virus lemak ini semenular flu biasa dari seorang yang terinfeksi ke orang yang tidak terinfeksi, akan tetapi mekanisme penularannya masih dalam penelitian lebih lanjut. Kecenderungannya, virus ini banyak menyerang orang yang gemuk. Tetapi disini bukan berarti orang kurus tidak dapat terinfeksi virus ini. Pola makan yang tepat, dengan gizi seimbang, serta banyak olah raga dan istirahat cukup, tetap menjadi jurus jitu guna mencegah infeksi virus ini, imbuhnya.
Sejumlah teknik laboratorium dalam pendeteksian virus ini tengah banyak dikembangkan dan populer di Amerika. Setiap orang menjadi penasaran akan terinfeksi-tidaknya tubuh mereka oleh virus ini. Mulai dari klinik sederhana, moderen bahkan hingga tes infeksi virus melalui internet, menjadi sasaran orang Amerika dalam memenuhi keinginyahuan ini. Sayang sekali di indonesia teknik pendeteksian ini belum ada.
Dalam Washington Post edisi Agustus 2004 tersurat, Asosiasi Obesitas Amerika melaporkan tentang teknik laboratorium pendeteksian virus lemak ini. Banyak orang yang terinfeksi virus ini tidak menyadari adanya infeksi ini sampai dilakukan tes laboratorium, karena sekali lagi, infeksi virus lemak ini tidak menimbulkan gejala klinis yang spesifik, sehingga hal ini masih dalam penelitian para dokter Amerika.


Dimuat di HU Pukuran Rakyat, Januari 2005
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)