Kita
tahu, penambahan usia, kebiasaan hidup, serta zat-zat kimia memberi dampak yang
sangat kompleks bagi tubuh kita. Efek itu bisa berupa proses penuaan, timbulnya
penyakit, bahkan hingga kematian. Kita juga tentu familiar dengan istilah
radikal bebas. Ya, bagaimana tidak, molekul yang kehilangan satu atau lebih
elektronnya ini sangat labil dan agresif untuk ‘merampok’ elektron milik
molekul lain dengan cara mengikatkan diri dengan molekul yang dituju.
Serbuan radikal bebas secara terus
menerus inilah yang akhirnya menyebabkan efek-efek pada tubuh kita seperti
proses penuaan hingga penyakit serius. Salah satu contohnya yaitu kerusakan
pembuluh darah yang memicu penyakit lain seperti arterosklerosis, stroke,
demensia (kepikunan) dan hipertensi. Dan jika menyerang sel otak, akan
mempercepat kerusakan dan proses penuaan pada otak yang berakibat kepikunan
dini. Otak terdiri atas 100 miliar sel neuron. Jumlah itu menyusut 50 000 – 100
000 sel setiap hari sejak usia 30 tahun. Akibatnya terjadi penurunan fungsi
otak secara wajar (gampang lupa) maupun
penurunan fungsi kognitif yang tak wajar (lupa akan hal yang baru saja
terjadi) atau pikun.
Kebiasaan hidup sehat seperti
berolah raga teratur, mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang serta
hidup terbebas dari polutan zat-zat kimia, tetap menjadi cara untuk menghindari
serangan molekul radikal bebas.
Akan tetapi beberapa tahun terakhir
kita sering mendengar tentang beberapa tanaman yang ditengarai mempunyai
khasiat sebagai antioksidan, yaitu zat yang mempunyai kemampuan menolak molekul
radikal bebas.
Dari
sekian banyak tanaman itu, tersebutlah Ginkgo biloba yang tahun-tahun
belakangan ini begitu akrab di telinga kita. Dalam suatu ensiklopedia dikatakan
bahwa Ginkgo biloba yang biasa disebut dengan maidenhair tree adalah sejenis
tanaman hias. Tanaman ini sudah hidup sejak 190 juta tahun bahkan 250 juta
tahun yang lalu dengan tinggi bisa mencapai 36 meter.
Di
Amerika utara dan Eropa, tanaman ini biasa dijadikan tanaman hias pinggir jala,
sedangkan di Jepang dan China, tanaman ini telah dijadikan tanaman hias pada
candi-candi sejak beberapa abad yang lalu.
Ginko
biloba saat ini sudah tersebar keseluruh dunia yang memiliki suhu cenderung
dingin. Pohon Ginkgo banyak diminnati karena selain indah, bentuknya juga tahan
terhadap hama. Penyakit, dan mengurangi polusi udara. Berbeda dengan genus
Ginkgo yang lainnya yang biasanya selalu evergreen atau selalu berdaun hijau,
pohon Ginkgo biloba selalu berubah kekuningan bahkan meskipun di Indonesia
tidak memiliki musim gugur, pohon imiran ini tetapi menggugurkan daunnya ketika
musim kemarau.
Ekstrak
alami tanaman ini mengandung asam organik yaitu asam kinurenat dan asam folat,
kemudian flavone glyosides (senyawa flavonoid dan terpen) yang berkhasiat
menghambat kerusakan membran sel neuron, menghambat pembentukan radikal bebas
nitrit oksida, melebarkan pembuluh darah, serta menghambat pembetukan PAF
(platelet Activating Factor) yaitu suatu butir darah merah kental yang
menghambat aliran darah ke otak dan daerah periferi lainnya. Dengan
penghambatan pembentukan PAF tersebut, aliran darah menjadi lebih lancar dan
kebutuhan sel otak serta sel-sel tubuh lainnya terhadap oksigen lebih mudah
terpenuhi sehingga otak dan tubuh menjadi lebih segar.
Dalam
suatu laporan dikatakan bahwa Ginkgo biloba dapat meningkatkan jumlah saraf
transmisi dan jumlah sisi reseptor pada saraf transmisi. Fraksi ekstrak Ginkgo
biloba terdiri atas flavonoid quercetin, kaemferol dan isorhamnetin serta
terpenoid ginkgolides dan bilobalides. Aktivitas antioksidan Ginkgo biloba
lebih baik daripada antioksidan yang dikandung biji gandum dan alfalfa yang
digunakan sebagai penjaga aktivitas radikal bebas dan kerusakan yang disebabkan
oleh reaksi oksidatifnya.
Berbagai
penelitian untuk meneliti khasiat ekstrak alami Ginkgo biloba telah banyak
dilakukan dan hasilnya pun sangat menggembirakan, seperti temuan Universitas
California yang menyatakan bahwa ekstrak Ginkgo biloba dapat mengatasai masalah
seksual pada 84 % pria yang mengkonsumsi obat anti depresan seperti Prozac,
dimana dosis yang dianjurkan adalah 80 mg tiga kali sehari.
Penelitian
lain yang juga telah lolos uji klinis yaitu pengujian terhadap suatu ekstrak
Ginkgo biloba produksi perusahaan farmasi Perancis Beaufour Ipsen yang diberi
nama Egb-761. ekstrak ini, efek, kemanjuran dan keamanan klinisnya telah
dibuktikan secara luas.
Seperti
tanaman aslinya, akstrak alami Ginkgo biloba ini mempunyai efek memperbaiki
aliran darah, meningkatkan peredaran darah ke atak, efek antioksidan,
meningkatkan metabolisme sel otak (neuron) dan fungsi neurotransmisi (aliran
sinyal sel saraf). Singkatnya memiliki efek neuroprotektif dan mampu
meningkatkan fungsi serta kinerja neuron secara alami.
Salah
satu preparat yang diujicobakan kemanjurannya adalah ekstrak Ginkgo biloba yang
konstituen aktif utamanya adalah Ginkgo flavonoid (24%) dan terpene-lactone
(6%). Walau belum sepenuhnya diketahui, aksi ekstrak Ginkgo biloba terhadap
sel-sel saraf merupakan hasil dari efek sinergis multipel berbagai zat yang
terdapat dalam ekstrak tersebut.
Telah
dibuktikan pula bahwa Ginkgolide merupakan antagonis yang poten terhadap faktor
aktivasi trombosit sehingga dapat berefek langsung terhadap fungsi saraf dan
pengaturan proses inflamasi. Pada sisi lain, flavonoid diketahui mempunyai
sifat antioksidan yang turut menurunkan tekanan oksidasi serta peroksidasi dari
membran saraf. Kedua mekanisme tersebut mungkin memainkan peranan penting pada
patofisiologi dari penyakit alzheimer.
Alasan-alasan
ini yang kemudian menjadi landasan Pierre L. Le Bars dan koleganya untuk
meneliti efek ekstrak Ginkgo biloba pada kelainan demensia (kepikunan). Pasien
yang diujikan berusia diatas 45 tahun dengan diagnosis alzheimer tanpa
komplikasi atau demensia multi-infark.
Pada
minggu ke 12, 26 dan 52 dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pengaruh EGb
kepada pasien. Pengukuran terhadap efek EGb dilakukan melalui 3 cara, yaitu
pengukuran perubahan kognitif pasien alzheimer, kemudian perubahan aktifitas
sehari-hari dan kehidupan sosial serta pengukuran kemajuan kondisi klinis
pasien.
Dari
hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Ginkgo biloba
menghasilkan efek positif pada pasien-paien dengan kelainan demensia, sehingga
dapat dipertimbangkan pemberian ekstrak ini sebagai terapi adjuvan atau terapi
alternatif dari preparat antikolinesterase. Walaupun harus dilakukan penelitian
lebih lanjut tentang hubungan
dosis-respon dari ekstrak ini.
Tah hanya dalam bentuk obat
dan suplemen, ternyata akhir-akhir ini, ekstrak Ginkgo biloba sudah
dikembangkan sebagai bahan tambahan makanan dan minuman yng hasilnya dikatakan
baik. Bahkan Chen dan kawan-kawan dari Universitas Guang Xi, mencoba membuat
jus yang terbuat dari buah-buahan dengan tambahan ekstrak Ginkgo biloba yang
berkhasiat sebagai makanan kesehatan terutama cocok untuk penderita jantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)