Kita tentu pernah
menangis. Kegiatan mengeluarkan air dari mata ini biasanya kita lakukan tatkala
hati sedang sedih, tetapi tak jarang pula kita menitikkan air mata ketika hati
bersuka cita.
Orang sering mengidentikkan air mata
dengan wanita yang ‘cengeng’ dan menganggap bahwa menangis didominasi kaum
melankolis. Tetapi apakah demikian adanya? Jawabannya tidak. Siapa saja bahkan
pria yang super jantan dan ‘macho’ pun pasti menangis, bahkan dalam kondisi
tertentu, ia bisa menangis tersedu-sedu layaknya anaknya kecil.
Menangis merupakan salah satu ‘aksi’
dari lonjakan emosi. Sehingga wanita dan pria pasti akan mengalami hal ini.
Adapun salah satu penyebab mengapa pria jarang terlihat menangis adalah mungkin
karena adanya kultur sosial kita. Pria diajarkan untuk tidak menangis, dia
harus tahan terhadap apapun.
Menangis itu sendiri adalah salah
satu kegiatan biologis dimana air keluar dari kantung air mata (terletak di
sudut dalam pangkal mata) untuk membasahi bola mata (lubrikasi) serta untuk
menyingkirkan berbagai kotoran. Air mata yang keluar sebagai lubrikan (pelumas
mata) tidak akan meleh keluar dari mata apalagi sampai ke pipi karena ditahan
oleh lapisan minyak yang terdapat di sudut pelupuk mata. Kantung air mata
menjadi kosong setiap kali kita berkedip, lalu kemudian diisi lagi dari
pembuluh air mata (kelenjar lakrimal). Mekanismenya hampir mirip dengan pompa
pengisap, dimana air mata dari bola mata
akan menuju rongga di belakang hidung lalu masuk kerongkongan dan
tertelan. Karena rongga mata dan rongga hidung saling berhubungan maka bila
kita menangis atau terangsang uap panas (seperti saat makan sambal pedas) atau
uap dingin, air mata bisa mengalir dari hidung.
Lain halnya dengan orang yang terus
menerus mengeluarkan air mata tanpa rasa sedih dan tanpa sebab yang jelas. Hal
tersebut kemungkinan terjadi karena adanya gangguan pada mata, misalnya iritasi
yang mengakibatkan kelenjar air mata terangsang untuk terus mengeluarkan air
mata.
Pada suatu kesempatan, William H.
Frey, direktur Dry Eye and Tears Research Center di Mineapolis, AS, bekerja
sama dengan jurusan psikiatri Universitas Minnesota, melakukan percobaan untuk
meneliti air mata. Beliau memasang iklan di koran kampus untuk menarik kalangan
mahasiswa dengan menawarkan 10 US$ untuk mereka yang bersedia meneteskan air
mata para sukarelawan percobaan dengan cara memutarkan film-film sedih yang
sangat sentimentil. Ternyata dari sekian banyak film, hanya dua film
berdasarkan kisah nyata yang mampu membuat sukarelawan terkuras air matanya.
Selain air mata yang keluar karena suasana hati akibat menonton film sedih
tadi, para sukarelawan juga harus mengeluarkan air mata dengan cara
perangsangan oleh uap bawang merah.
Dari percobaan itu diperoleh hasil
bahwa air mata pada dua keadaan tersebut sama-sama mengandung tiga senyawa
kimia (selain air) yang biasa dikeluarkan saat perasaan tertekan. Senyawa kimia
pertama yaitu protein (leusinenkefalin) yang fungsinya untuk mengatasi rasa
sakit. Protein ini juga bersifat lisogenik, yaitu dapat membunuh
bakteri-bakteri dengan mekanisme perusakkan bagian membran selnya (lisis).
Senyawa kimia kedua yaitu adrenokortikotropik yang merupakan hormon penanda
perasaan tertekan dan juga seagai penghilang rasa sakit. Sedangkan senyawa
kimia ketiga adalah prolaktin yang merupakan hormon peningkat produksi air mata
dan juga pengatur produksi air susu.
Selain itu, Frey juga menemukan,
bahwa kelenjar air mata dapat melarutkan dan mengeluarkan mangan (Mn) yaitu
mineral yang terlibat dalam perubahan suasana hati (mood).
Secara khusus, air mata alami
(emosional) mengandung 24% protein lebih banyak daripada air mata rangsangan.
Frey juga mengemukakan bahwa kadar prolaktin dalam darah wanita dewasa hampir
60% lebih tinggi daripada pria. Hal ini bisa menjelaskan mengapa wanita bisa
menangis empat kali lebih sering daripada pria, dan wanita menopause yang kadar
prolaktinnya berkurang, lebih jarang menangis.
Sementara untuk penelitian psikis,
Frey menambahkan bahwa setelah menangis 85% sukarelawan wanita dan 73% pria
mengaku lebih lega. Frey menduga bahwa air mata membuang zat racun yang ada di
dalam tubuh akibat rasa tertekan.
Dapat ditarik kesimpulan, secara
fisik dan psikis, menahan tangis itu tidak baik, karena mengurangi kemampuan
kita untuk melepas rasa tertekan yang akibatnya akan merangsang pembentukkan
zat beracun dalam tubuh.
Jadi jelas sudah, ternyata menangis
mempunyai banyak sekali manfaat, dan mengingat hal tersebut, maka tak ada
salahnya jika kita tidak ragu-ragu lagi untuk menangis ketika suasana hati
sedang ‘tertekan’, untuk pria sekalipun, karena dengan begitu niscaya
‘himpitan’ dan ‘tekanan’ itu segera sirna dan hati kita kembali tenang untuk
menyongsong hari esok yang mungkin akan lebih ‘ menekan’ dan ‘menghimpit’ kita.
“Tears are the safety valve of the heart when
too much pressure is laid on it “
(by : Albert smith)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)