Jika sekarang ini kita tak asing lagi dengan penyakit TBC atau
Tuberculosis atau TB, berterima kasihlah pada Robert Koch. Beliaulah ilmuwan
sekaligus dokter yang pertama kali menemukan penyakit ini. Penyakit yang
disebabkan bakteri Mycobacterium
tuberculosis, ditemukannya pada 24 Maret 1882.
Robert Koch lahir pada 11 Desember 1843 di Clausthal, pegunungan
Harz, Jerman. Sejak usianya 5 tahun, Koch kecil sudah terlihat pintar.
Orangtuanya yang merupakan ahli teknik pertambangan, dibuat heran dengan
kemampuannya membaca padahal saat itu Koch kecil belum bersekolah.
anak
yang pintar
Ketertarikannya pada dunia biologi dan kedokteran sudah ada sedari
Koch anak-anak. Pembuktian terhadap minat ini dilakukannya dengan memasuki
Universitas Gottingen jurusan Medicine
(kedokteran) pada tahun 1862. gelar MD pun diraihnya empat tahun kemudian. Di
tahun itu pula, Koch menikahi gaids bernama Emmy Fraats.
Selama 6 bulan setelah itu, Koch belajar studi Kimia di Berlin.
Barulah di tahun 1867, dia mapan dan menjabat asisten rumah sakit umum di Hamburg. Pada awalnya,
Koch membuka praktek di Langenhagen, tetapi kemudian di Rackwitz, Provinsi
Posen di tahun 1869. Disinilah Koch lulus ujian petugas kesehatan distrik.
Di tahun 1870, Koch mengabdikan diri menjadi sukarelawan perang Franco-Prussian dan menjadi petugas
kesehatan distrik Wollstein dari tahun 1872 hingga tahun 1880. Di tempat inilah
kemampuannya meneliti berbagai macam hal mulai berkembang. Penyakit Antrax yang
saat itu sangat endemik dan membooming
ditelitinya dengan seksama meskipun saat itu peralatan laboratorium serta
referensi yang ada tentang Antrax masih sangat terbatas. Rumahnya disulap
menjadi tempat penelitian. Alat-alat lab dan mikroskop didapatnya dari sang
isteri. Dengan menginokulasi kuman dari tikus-tikus yang mati karena penyakit
ini, Koch mampu membuktikan bahwa Antrax disebabkan oleh bakteri berjenis bacillus. Pada akhirnya bakteri penyebab
Antrax ini ditemukan spesies lengkapnya oleh Rayer dan Davaine.
riset
bakteri Antrax
Koch menuliskan bahwa bakteri Antrax ini mempunyai kemampuan
membentuk spora ketika lingkungan di sekitar bakteri tak menguntungkan,
terutama saat kekurangan oksigen. Jadi meski manusia ataupun hewan lain tak
bersentuhan dengan bakteri antrax secara langsung, spora Antrax ini tetap dapat
menginfeksi melalui udara, air ataupun tanah yang tercemar spora bakteri
antrax. Hasil ini dilaporkannya pada Ferdinand Cohn, Profesor Botany dari Universitas
Breslau dan Profesor Cohnheim, seorang Profesor Patologi dan Anatomi yang
dipanggil Koch menjadi saksi dalam pendemonstrasian risetnya. Kedua Profesor
ini sangat terkesan pada apa yang ditemukan Koch. Dan pada saat Cohn menjabat
sebagai editor Jurnal Botani di tahun 1876, hasil penelitian Koch ini
diterbitkannya. Semenjak itu Koch menjadi tekenal.
Ketenaran Koch tak membuatnya lupa diri. Riset demi riset dilakukan
Koch untuk memuaskan segala kepenasaranannya. Teknik fixing, pewarnaan hingga pemotretan bakteri yang ditemukannya
semakin mengalami kemajuan. Lebih jauh, Koch juga melakukan riset pada bakteri
penginfeksi luka, di tahun 1878. Keadaan lab yang seadanya tak menyurutkan
semangat Koch dalam melakukan riset. Untunglah, saat Koch menjadi anggota Reichs Gesundheitsamt (Biro kesehatan)
di Berlin,
laboratorium ini banyak mengalami peningkatan. Loeffler, Graffky dan beberapa
orang lainnya, disewa Koch untuk menjadi asisten.
reinkulturen
Bersama para asistennya, Koch melakukan riset lanjutan yang dilakukannya
selama di Wolstein. Bahkan dia menemukan metode baru dalam kultivasi kultur
bakteri yang disebutnya sebagai reinkulturen.
Metode ini memakai media solid dengan memakai kentang sebagai substrat utama,
ditambah agar-agar dan diplat pada cawan petri dan sekarang disebut sebagai
PDA atau potato dekstrose agar. Dia
juga mengembangkan metode pewarnaan bakteri yang membuat bakteri tersebut lebih
mudah dilihat dan mudah teridentifikasi. Selain itu hasil penelitiannya dengan
metode reinkulturen membuat kultur
bakteri murni yang terpisah dari organisme lain lebih mudah di dapat. Dari
hasil kerjanya ini, sekarang kita mengenal postulat Koch yang bunyinya kurang
lebih: ”beberapa bakteri menyebabkan beberapa jenis penyakit”.
Dua tahun setelah tinggal di Berlin,
Koch menemukan bakteri Tuberculosis dan
juga metode pengembangbiakannya sebagai kultur murni. Di tahun 1882, barulah
dia mengumumkan penemuan mengenai keberadaan bakteri yang sekarang disebut
sebagai Mycobacterium tuberculosis. Dia
sangat sibuk mengerjakan proyek bakteri penyebab TB ini. Termasuk saat dia
pergi ke Mesir, tahun 1883, dalam misi komisi investigasi dan sosialisasi
penyakit Kolera.
Pada penyakit ini, Koch menemukan bahwa Kolera disebabkan bakteri
vibrio. Dari Mesir, Koch membawa kultur murninya untuk diteliti di Jerman.
Selain dari Mesir, Koch mempelajari kolera di India. Di tahun 1893 Koch
mengumumkan aturan formula untuk mengontrol penyakit epidemik kolera yang
disetujui oleh Great Powers di
Dresden. Metode ini masih dipakai sampai sekarang. Seratus ribu Mark Jerman
menjadi hadiah yang diterima Koch atas jasa besarnya ini.
Sebelumnya, di tahun 1885, Koch dipilih sebagi Profesor Hygiene di
Universitas Berlin
dan menjabat Direktur Institut Hygiene pada Universitas di kota itu. Koch beruntung mempunyai rekanan
seperti Ehrlich, von Behring dan Kitasato karena bersama merekalah Koch bisa
membuat penemuan besar dalam dunia kedokteran.
Tuberculin
Ketertarikannya pada bakteri Tuberculosis tak pernah sirna. Dia
membuat zat semacam antibakteri yang diambil dari kultur bakteri tersebut dan
disebutnya sebagai tuberculin. Secara
berturut-turut Koch membuat dua preparat Tuberculin,
yang satu disebut sebagai tuberculin
muda dan yang lainnya tuberculin tua.
Tuberculin ini menjadi penemuan yang
kontroversi. Bagaimana tidak, harapan menyembuhkan tuberculin terhadap penyakit tuberkulosis ternyata tidak tercapai.
Banyak kalangan yang menyalahkan Koch akan hal ini. Tuberculin ini diumumkan Koch di tahun 1896. meskipun demikian,
penemuan ini pada akhirnya ditanggapi sebagai kemajuan positif dari diagnosis tuberkulosis.
Pengabdian Koch pada dunia kedokteran terus berjalan sekalipun
kegagalan kerap dikecapnya. Di tahun 1896, beliau pergi ke Afrika Selatan untuk
mempelajari rinderpest. Meskipun tak
bisa teridentifikasi apa penyebabnya, Koch mampu menurunkan angka kasus infeksi
dengan menyuntik ternak sehat menggunakan ekstrak empedu hewan-hewan yang
terinfeksi. Setelah Afrika, Koch pergi ke India dalam penanggulangan malaria,
demam blackwater, dan surra yang dipublikasikannya pada tahun
1898.
Misi ke Italia dan beberapa negara tropis segera dilakukan sekembalinya
Koch ke Jerman. Disana beliau meneliti beberapa kasus mengenai berbagai jenis
dan tipe malaria yang mampu dikendalikan dengan obat kina. Pekerjaannya ini
dipertanggung jawabkan Koch kepada Sir Ronald Ross.
Pada Kongres Tuberkulosis Internasional, di London tahun 1901, Koch
memberi pernyataaan tentang adanya perbedaan bakteri penyebab tuberkulosis yang
menginfeksi manusia dengan bakteri yang menginfeksi sapi. Pro dan kontra pun
dituai Koch pada kongres itu. Faktanya, pernyataan Koch itu sekarang menjadi
benar adanya.
Di bulan Desember 1904, Koch dikirim ke Afrika Selatan lagi. Kali
ini beliau membuat observasi tentang demam pesisir pantai yang banyak terjadi
disana. Di negara ini, Koch menemukan fakta-fakta penting mengenai bakteri Babesia dan Trypanosoma serta tickborne
spirochaetosis.
award
Koch menerima banyak medali dan penghargaan atas semua kerja
kerasnya. Gelar dotor honoris kausa juga didapat Koch dari berbagai Universitas
dari seluruh penjuru dunia. Tak terhitung jumlahnya. Tetapi yang paling
dikenang semua umat manusia di bumi ini adalah penghargaan Nobel (Nobel Price) yang di dapatnya pada tahun
1905 untuk bidang Fisiologi dan kedokteran. Penghargaan itu tak henti-hentinya
di dapat beliau sekalipun beliau telah wafat pada 27 Mei tahun 1910.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)