Laman

26.5.13

Epson, Produk Terbaik untuk Indonesia yang Lebih Baik

Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana sebuah buku yang membuat Anda berdecak kagum saat membacanya bisa sampai ke tangan Anda? Pernahkah Anda ingin tahu seperti apa proses sebuah buku tercipta?

Sebuah buku yang baik tidak 'lahir' melalui satu kibasan tongkat sihir. Dia hadir ke hadapan pembacanya setalah mengalami berbagai macam proses. Penulisan, editing, setting/layout, re-editing, proofreading, dan akhirnya publish. Semua tahapan ini harus dilakukan. Tentu saja agar buku tersebut bisa terhindar dari kesalahan, sehingga ‘enak’dan ‘nyaman’ untuk dilihat dan dibaca siapa saja.

Proses penulisan yang penuh perjuangan
Ketika menulis sebuah buku, seorang penulis akan mencurahkan semua ide yang ada di kepalanya ke dalam bentuk tulisan di dalam komputer atau laptop. Tanpa menghiraukan apa pun, dia akan terus menulis dan menulis sampai semuanya selesai. Jika ada hambatan, dia akan mencari data ke sana-sini. Buku lain, wawancara orang ahli, media masa, hingga browsing melalui internet bisa menjadi sumbernya.

Setelah semua dianggap selesai, dia akan membaca kembali hasil tulisannya. Dengan memerhatikan tata bahasa, norma-norma yang berlaku, dan lain sebagainya, penulis akan melakukan self-editing terhadap tulisannya. Bagi sebagian penulis, mengedit langsung di komputer/laptop biasa dilakukan. Akan tetapi bagi penulis yang lain, mengedit dalam bentuk hard copy alias hasil print out lebih memudahkan. 

Saya sendiri lebih suka mengedit naskah dalam bentuk hard copy. Selain memudahkan karena bisa dicorat-coret dengan spidol berwarna-warni, mengedit dengan cara ini juga membuat lebih teliti. Jika dirasa sudah selesai, saya hanya tinggal mengoreksi bagian-bagian yang salah di file komputernya. 

Demi meminimalkan kesalahan dan agar hasilnya bisa maksimal, self-editing ini saya lakukan berkali-kali. Supaya Anda tahu, di penerbit-penerbit besar, 10 kesalahan typo saja bisa membuat naskah sebagus apa pun hilang kesempatan terbitnya. Di sini, para editor menganggap bahwa penulis tidak cukup serius untuk menerbitkan buku tersebut. 

Setelah naskah buku selesai ditulis, diedit dan dicek berulang-ulang, penulis biasanya akan nge-print naskahnya secara utuh. Dia kemudian mengirimkan naskah tersebut melalui pos atau diantar langsung ke tempat penerbit. Hampir semua penerbit buku meminta naskah kepada penulisnya dalam bentuk hard copy. Lagi-lagi, hal ini dilakukan untuk mempermudah para editor dalam membaca naskah sebelum diputuskan layak-tidaknya naskah buku tersebut untuk diterbitkan. Jika sesuai dan editor suka, naskah akan di-acc. Tetapi jika tidak, naskah akan ditolak dan dikembalikan ke penulisnya.

Proses editing naskah yang 'keriting'
Jika sebuah naskah buku di-acc, penerbit akan meminta file soft copy naskah tersebut kepada penulisnya. File tersebut kemudian akan masuk ke meja editor. Sekali pun penulis sudah melakukan editing, editor penerbit tetap akan mengeditnya. Editing-nya bisa macam-macam. Dari mulai EYD, typo, pemotongan bagian naskah yang dianggap tidak perlu, hingga penambahan-penambahan di sana-sini agar naskah menjadi lebih ‘cantik’. Banyak editor menyebut kegiatan ini sebagai ‘editing naskah yang keriting’. Di sini, editor juga terkadang melakukan printing agar hasil editing awal bisa maksimal.

Di tahap ini, editor juga akan mengatur naskah. Naskah akan dipotong menjadi bagian-bagian yang siap mengisi halam-halaman buku. Penambahan gambar, ilustrasi, tabel, grafik, atau apa pun akan dilakukan editor. Baru kemudian, semua akan di-setting/layout oleh layouter atau desainer. 

Proses setting/layout, re-editing, dan proofreading: menyulap naskah menjadi calon buku yang ‘wah’ 
Tahap ini merupakan tahap mempercantik si calon buku. Naskah yang asalnya hanya berupa tulisan akan diatur ke dalam bentuk halaman-halaman calon buku. Dengan penambahan warna, permainan huruf, pemberian efek, gambar, ilustrasi, dan lain sebagainya, si naskah akan menjadi terlihat ‘wah’.

Sebelum dinyatakan ok, editor akan kembali mengontrol semua. Di sini, layouter/desainer akan melakukan printing dan memberikan hasil print out kepada editor. Editor lalu mengecek setiap detil hasil print out. Tulisannya, kesesuaian isi dengan gambar/ilustrasinya, hingga menarik tidaknya halaman demi halaman yang sudah di-layout/di-setting. Halaman-halaman print out ini pasti penuh coretan editor. Dan setiap kesalahan atau hasil editing dari editor akan di-input kembali oleh layouter.

Setelah semua input selesai dimasukkan, layouter kembali akan melakukan printing. Dia menyerahkannya kepada editor untuk dicek lagi sebagai bagian dari re-editing atau editing akhir. Di tahap ini juga dilibatkan proofreading. Si calon buku akan diperiksa setiap detilnya oleh proofreader. Proofreder harus beda orangnya dari editor, agar kesalahan sekecil apa pun yang terlewat editor bisa terlihat. Setelah semua lolos dan fix, barulah file buku siap masuk ke percetakan untuk dicetak menjadi buku. Oh ya, kertas-kertas print out hasil pengecekan proofreader dan hasil editing akhir editor disebut sebagai dummy.

Hasil yang baik ditunjang produk terbaik
Hasil yang baik tak hanya dilakukan dengan proses kerja yang lama dan pengorbanan yang tidak sedikit saja. Pelibatan produk-produk terbaik juga sangat berpengaruh. Misalnya saja untuk proses printing. Coba saja para mahasiswa melakukan printing skripsi mereka dengan menggunakan printer asal-asalan. Apakah hasil terbaik bisa didapat? Apakah dosen mereka akan memberi nilai terbaik untuk skripsi yang asal-asalan? Pasti tidak! Kalau pun akan mendapatkan nilai terbaik, si mahasiswa tetap harus mengulang alias nge-print lagi skripsinya agar yang lebih baik. Nah, di sinilah perlu dipilih produk-produk terbaik untuk menunjang kerja kita dalam usaha mendapatkan hasil yang terbaik. Dan memilih printer terbaik mutlak dilakukan. 

Semua yang baik akan memberikan output terbaik
Semua penerbit yang menghasilkan buku yang baik pasti menginginkan bukunya berguna di masyarakat. Para mahasiswa yang membuat skripsi dan thesis yang baik juga menginginkan hal yang sama. Penelitian dan ilmunya yang ada di dalam skripsi atau thesis berguna di masyarakat. Pun demikian juga dengan yang lainnya. Semua produsen yang menciptakan dan memproduksi barang kebutuhan masyarakat pasti akan selalu ingin agar produk mereka berguna bagi kehidupan masyarakat.

Ya, sudah menjadi hal yang wajar jika produk yang baik yang dihasilkan dengan kerja dan proses yang baik, akan memberikan output yang baik. Buku yang baik akan menciptakan pembaca yang baik. Teknologi yang baik akan menciptakan pengguna-pengguna yang baik. Semua berkesinambungan dalam menciptakan masyarakat yang baik. Dan bukan mustahil jika pada akhirnya semua kebaikan-kebaikan itu menciptakan kemajuan bangsa menuju ke arah rakyat yang baik. 

Epson untuk Indonesia yang lebih baik

Sumber gambar: https://www.facebook.com/EpsonL100untukIndonesia

Epson adalah satu dari sekian contoh produsen yang baik itu. Dedikasinya dalam menciptakan produk terbaik sudah diakui dunia. Perusahaan ini memimpin dunia di bidang pencitraan dan inovasi untuk produk printer inkjet, projektor 3LCD, dan juga sensor serta perangkat mikro. Teknologinya yang ringkas, hemat energi, dan presisi tinggi sangat disukai penggunanya, baik dari segmen perusahaan, rumahan, hingga perdagangan dan industri.

Di Indonesia, Epson sudah ada sejak Oktober 2000. Di bawah kendali kantor regional Epson Singapore, Pte. Ltd, PT Epson Indonesia hadir memenuhi kebutuhan penggunanya di Indonesia.  Berbeda dengan produsen lain yang biasanya membawa produk dari negara asalnya, Epson hadir di Indonesia dengan membuat sendiri varian produk printer InkTank andalannya di Tanah Air tercinta ini.

Sungguh, hal ini patut diacungi jempol karena Epson mempunyai niat yang kuat dalam memajukan bangsa Indonesia. Tak hanya untuk produk-produknya, tetapi juga dalam hal memajukan kesejahteraan bangsa melalui penyerapan tenaga kerja di perusahaannya. Di samping tentunya, produk-produk Epson akan lebih murah daripada produk yang sengaja didatangkan dari luar negeri. 

Epson L110, Si Mungil yang keren dengan performa paten
Epson L110,
Sumber Gambar : http://www.epson.co.id/epson_indonesia/ink_tank_system_printers/product.page?product_name=Epson_L110

Epson L110 adalah sebuah contoh produk Epson yang berteknologi ringkas, hemat energi, dan presisi tinggi itu. Desainnya yang keren dengan performanya yang paten pasti sangat disukai masyarakat. Beberapa keistimewaan Epson L110 di antaranya adalah menggunakan tinta asli Epson yang relatif murah sehingga biaya cetak ikut menjadi murah; mempunyai kecepatan mencetak yang tinggi (27 ppm untuk cetak hitam putih dan 15 ppm untuk cetak warna); menghasilkan hasil cetakan berkualitas tinggi (untuk tulisan, gambar, atau pun foto); memberikan jaminan pencetakan yang banyak (15000 hasil cetak) dan bebas perawatan selama satu tahun.
(http://www.epson.co.id/epson_indonesia/ink_tank_system_printers/product.page?product_name=Epson_L110).

1 komentar:

  1. lomba, ya? semoga menang. Epson emang bagus kualitasnya :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)