Beberapa hari yang lalu, dalam rangka memeriahkan perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, di kampungku diselenggarakan sebuah pertandingan sepak bola. Pesertanya sendiri adalah pria-pria muda dari tiap RT. Akibat tim RT tempat rumahku berada kalah, anak keduaku, Radit, marah-marah. Dengan diam-diam, aku pun menyimak perbincangan pendek antara Radit dan kakaknya, Reihana mengenai hal itu.
"Coba kalau Kak Bayu masuk tim kita, kita pasti menang," ucap Radit serius.
"Ya enggak bisa lah. Timnya kan dari masing-masing RT. Kak Bayu kan dari RT 1. Kita mah RT 3, ya pesertanya harus dari RT 3 juga" Reihana nyeletuk.
"Iya, tapi jadinya kan gak adil. RT 1 jago-jago. RT 3 enggak," ujar Radit masih dengan ekspresi yang gemas.
"Ya gimana lagi, aturannya udah begitu, kok!" jawab Reihana mengakhiri percakapan.
***
Ngomong-ngomong soal pertandingan sepak bola antar-RT di kampungku, aku jadi kepikiran ASEAN. Maksudku begini, di sini ada satu persamaannya. Ya benar, lokasi! Tim sepakbola di kampungku dibentuk atas dasar domisili alias lokasi rumahnya yang satu RT. Begitu pula dengan ASEAN. Organisasi yang merupakan kumpulan 10 negara ini dibentuk berdasarkan lokasinya yang saling berdekatan dan berada di wilayah Asia Tenggara. Coba saja tiba-tiba Amerika Serikat meminta atau diminta masuk ASEAN, apakah bisa? Tentu saja tidak. Jika pun dilibatkan, Amerika Serikat hanya bisa sebatas negara pengamat atau pendukung. Untuk menjadi anggota, negara tersebut diharuskan berdomisili atau berlokasi di Asia Tenggara.
Negara-negara anggota ASEAN Sumber gambar: http://www.chiangmaicitynews.com/media/data/picture/1375387441.gif |
Selain lokasi, negara-negara anggota ASEAN juga mempunyai kedekatan atau persamaan yang lain. Kedekatan atau persamaan ini berupa kedekatan/persamaan biografis dan historis.
- Kedekatan biografis
Kedekatan yang satu ini terjadi akibat persamaan asal berdasarkan faktor geografis. Pernah dengar kata PANGEA? Nah, kata ini merujuk pada benua super atau benua besar yang konon pernah ada di bumi. Menurut para ahli, bumi dulu hanya terdiri atas satu daratan atau benua (Pangea). Akibat pergerakan bumi, perlahan-lahan, Pangea mengalami keretakan-keretakan. Dalam jangka waktu yang lama, keretakan menyebabkan pergeseran. Pada akhirnya, daratan yang retak dan bergeser membentuk benua-benua baru yang kini kita kenal. Amerika, Eropa, Asia, Afrika, Antartika, dan Australia.
Pangea Sumber gambar: http://img.gawkerassets.com/img/18pefyttaq6i1jpg/ku-xlarge.jpg |
Setiap manusia memiliki persamaan biologis dengan manusia lainnya yang berasal dari benua yang sama. Hal ini karena saat mereka berada dalam satu benua (pangea), komunikasi, hubungan, hingga sifat genetis akibat perkawinan banyak terjadi. Sebenarnya tak hanya manusia, persebaran flora dan fauna juga sama. Ada persamaan di antara negara-negara dari benua yang sama. Coba saja tengok gajah. Binatang yang berukuran besar ini tersebar di negara-negara Asia. Misalnya saja Indonesia dan Thailand. Tapi jangan sampai menyamakan dengan gajah Afrika. Gajah Asia berbeda dengan gajah Afrika. Begitu pula dengan tumbuhan. Rambutan tidak hanya dikenal di Indonesia, di Malaysia dan Thailand juga ada.
- Kedekatan historis
Sudah pernah berwisata ke Candi Borobudur? Menurut penjelasan ahli sejarah, relief Borobudur ada kemiripan dengan Candi Angkor Wat yang berada di Kamboja. Padahal, Borobudur dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat ada. Apakah ini menandakan bahwa negara-negara di ASEAN itu serumpun?
Relief Candi Angkor Wat dan Candi Borobudur Sumber gambar: http://gao.gmxhome.de/images/angkor.jpg http://image.yaymicro.com/rz_512x512/0/3fa/bas-relief-at-borobudur-temple--indonesia-3fa385.jpg |
Dengan sangat jelas, jawaban dari pertanyaan di atas adalah YA. Kedekatan biografis di atas tadi bisa menjelaskannya. Sebab jika ditelusuri, ada kemungkinan kita semua berasal dari nenek moyang yang sama dengan orang Kamboja. Walaupun sudah sangat jauh.
Jika teori mengenai Pangea membuat ragu karena terjadi di zaman yang sudah sangat lampau (zaman paleozoikum dan mesozoikum) maka kedekatan dari sisi historis pasti akan membuat percaya siapa saja.
Masih ingat dengan Kerajaan Sriwijaya? Nah kerajaan pertama yang berdiri di pulau Sumatera ini bisa menjelaskan kenapa relief-relief di Candi Borobudur sangat mirip dengan relief-relief di Candi Angkor Wat. Yuk, buka lagi buku sejarahnya. Di sana pasti tertulis dengan jelas bahwa kekuasaan Kerajaan Sriwijaya itu membentang dari daratan yang sekarang dikenal sebagai negara Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, pulau Sumatera, Jawa, hingga pesisir Kalimantan. Meskipun dulunya merupakan Candi Agama Hindu, karena dikuasai Kerajaan Sriwijaya yang menganut Agama Budha, maka Candi Angkor Wat diubah menjadi Candi yang digunakan masyarakat Budha layaknya Candi Borobudur.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya Sumber gambar: http://www.melayuonline.com/image/history/2009/kerajaan-sriwijaya-01.jpg |
Tak hanya itu saja. Dalam sebuah referensi dikatakan bahwa Wangsa Syailendra yang merupakan dinasti penguasa saat Candi Borobudur dibuat konon memiliki darah Funan (Kamboja). Dan ini tentu saja menguatkan keserumpunan kita dengan negara Kamboja, karena boleh jadi, arsitek Candi Borobudur dan Candi Angkor Wat merupakan orang-orang yang sedarah. Sekali pun kedua Candi pembuatannya terhalang 3 abad lamanya.
Itu keserumpunan kita dengan Kamboja. Ada pun keserumpunan kita dengan negara ASEAN lainnya lebih terang dan jelas. Warna kulit, bahasa, hingga budaya di antara negara kita dengan Malaysia, Brunei, hingga Singapura merupakan bukti yang nyata.
Lalu, Bagaimana dengan Indonesia Bagian Timur?
Dari tadi yang kita bicarakan memang mengenai Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Barat, dan Kalimatan Tengah. Kesemua daerah ini sangat jelas sekali memiliki keserumpunan dengan Negara-negara lain di Asia Tenggara.
Tidak begitu halnya dengan daerah di Indonesia bagian timur. Papua, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi tidak memiliki persamaan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara seperti layaknya Indonesia bagian barat. Indonesia bagian timur justru memiliki kesamaan dan kedekatan karakter dengan negara-negara di benua Australia. Persebaran flora dan faunanya sangat kentara. Coba saja tengok kangguru, kuskus, atau matoa. Tiga jenis flora dan Fauna ini banyak dijumpai di negara-negara yang ada di benua Australia. Jika sudah begini, masih bisakah kita dikatakan serumpun dengan negara-negara ASEAN lain? Karena Indonesia tak hanya milik penduduk Indonesia bagian barat, kita bisa menjawab ya dan tidak. Tapi untuk perkara candi tadi, itu jelas menjadi bukti keserumpunan kita.
Komunitas ASEAN 2015: Sinergi Persaingan di Dalam Persaudaraan
Yayaya…. Komunitas ASEAN 2015 memang dibentuk untuk menciptakan iklim persaingan. Secara umum, persaingan ini diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup semua anggota komunitas. Akan tetapi di sini patut diingat bahwa persaingan yang terjadi hendaknya yang bersifat positif. Itu artinya di dalam persaingan ini tidak ada istilah menguasai dan mengalahkan pihak yang lemah. Apalagi jika dikaitkan dengan adanya keserumpunan yang sudah kita jelaskan. Layaknya dengan saudara, persaingan yang terjadi bisa saling bersinergi dan saling menularkan. Sehingga pada akhirnya, tidak akan terjadi kesenjangan. Nah, sudah siapkah kita untuk itu?
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Wangsa_Sailendra
http://en.wikipedia.org/wiki/Pangaea
http://en.wikipedia.org/wiki/Continent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)