Laman

22.12.13

IBU, Cinta Tanpa Akhir

Malam itu begitu sempurna. Bintang dan Rembulan bersinar dengan cerahnya. Secerah hatiku yang dipenuhi sinar kehidupan dan harapan yang akan dimulai esok pagi. Ya, semenjak pagi hingga malam beranjak, hari rasanya memang begitu bersahabat. Tak ada setitik pun air langit yang jatuh ke bumi. Sepertinya mereka sangat mengerti. Hari itu, malam itu, dan esok hari adalah milikku. Hari yang akan sangat bersejarah untuk aku, dan kehidupanku.

Air langit memang tidak jatuh di sepanjang hari itu. Dia ternyata pindah ke ujung mata mamaku. Awalnya, hadirnya tak bisa aku rasakan. Tapi sembab matanya, perubahan warna matanya, hingga isak dari hidungnya jelas kentara pada sosok perempuan yang sudah melahirkanku itu.

“Mama, nangis?” tanyaku heran.
“Enggak,” jawabnya pelan sambil menebarkan seulas senyum yang dipaksakan.
“Kenapa nangis?” tanyaku lagi.
“Enggak nangis, ah!” Mama menghindar tatapan mataku.
“Mama… kenapa?” tanyaku memberondong.

Tangis mama pun pecah. Semua air mata yang ditahannya, mengalir deras laksana air keran yang baru saja dibuka. Sontak aku memeluknya. Sungguh, dari dalam hati aku tak mengerti. Mengapa mama menangis? Bukankah siang tadi baik-baik saja?

Puluhan menit aku menanti jawaban mama. Setelah tangis dan emosinya mereda, mama pun terdiam. Dia pun menatapku tajam.

“Mama kenapa?”
“Mama… mama…,” mama masih terdiam dan menatapku tajam.
“Mama bakal kangen kamu!”

Seiring jawaban itu, tangis mama kembali terdengar. Dengan pelukan yang begitu erat, terlihat jelas sekali mama begitu sedih. Dia lalu membelai rambutku. 

“Kamu anak mama yang paling bandel. Kamu yang paling nyusahin mama. Dari mulai melahirkan, sampai kamu sebesar ini. Kamu yang paling susah diatur. Kamu yang selalu melawan ucapan mama. Kamu yang paling cengeng. Tapi… kamu juga yang paling bikin mama khawatir. Dan besok, mama akan kehilangan kamu.” 

Aku terhenyak. Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan mama. 
“Mamaaaa… gak perlu sedih gitu lah. Walopun besok aku jadi seorang isteri, aku kan masih anak mama.”
“Tapi, kamu bakal dibawa suamimu.”
“Mama… dia memang bakal jadi suamiku. Dan aku harus berbakti padanya. Tapi, aku masih tetap sayang mama. Mama gakkan tergantikan.”
“Tapi kamu bakal pindah. Dibawa suamimu. Dan lebih dekat dengan mertuamu. Nanti… kamupasti lebih sayang ibu mertuamu, daripada mama.”
“Ya ampun mama! Aku pasti sayang mertuaku, tapi itu bukan berarti aku gak sayang mama lagi. Emangnya mama jadi gak sayang nenek saat mama sayang ibu mertua? Enggak kan? Nah… aku juga gitu. Mama itu tetap orang yang paling aku sayang. Meskipun aku tak pernah bilang dan tak pernah nunjukin itu.”
“Tapi nanti, kamu bakal jarang ketemu mama….”
“Enggak Ma. Aku bakal sering ke sini. Nengokin mama. Aku janji.”

Mama pun tersenyum. Dia menangis lagi. Tapi kali itu, tangisnya bukan lagi tangis cemburu seperti sebelumnya. 

Cinta seorang ibu memang tak pernah berakhir. Sekali pun kita sudah bukan menjadi tanggung jawabnya lagi, dia tetap selalu mengkhawatirkan anaknya. Sebandel apa pun kita, secengeng apa pun kita, cintanya tak pernah berkurang. 

Malam itu, malam terakhir aku berstatus single, aku benar-benar tersadarkan akan cinta seorang ibu. Cinta yang tak pernah terperhatikan namun begitu terasakan. Mama sayang… semoga kau selalu sehat. Semoga kau selalu dilindungi Allah. Dan semoga kau panjang umur, berkah, dan bahagia selalu. Maafkan aku. Aku sangat menyayangimu….
Aku dan Mama
-ooOoo-

11 komentar:

  1. Cinta Ibu memang tak pernah berhenti, akan selalu abadi sepanjang masa....happy mother day ya mba....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget. Makasih. Happy Mother Day juga. :)

      Hapus
  2. Mba Nia, ostingannya selalu menyenruh, happy mother's day ya

    BalasHapus
  3. Duh, bikin terharu aja nih. Sy jd inget emak di kampung nih, hehehe. Terima kasih udah bagi cerita kak, hehe.

    Oh, iya, bisa kasih masukan kak? Lagi belajar buat resensi nih^^
    http://1coretanhidup.blogspot.com/2013/12/resensi-cineus-meraih-mimpi-sulitkah.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo cepat pulang kampung. Kasian emak. :D
      Sudah mampir ke tekape, ya. Resensinya lengkaaaap!
      Semoga beruntung. :)

      Hapus
    2. Mau sih kak pulang kampung tapi belum bisa -_-

      Wiihh, udah kak? Hehehe, makasih yah kak :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)