Coba sejak dulu ada fesbuk, aku pasti gak perlu buku diary. Begitu pikirku suatu waktu, entah beberapa bulan atau tahun yang lalu. Ya, sebab saat itu, fesbuk memang jadi tempat curhatku. Layaknya buku diaryku di zaman dahulu. Saat galau, saat marah, saat senang, atau saat apa pun, fesbuk pasti jadi tempat aku menuliskan semua isi hatiku.
Tapi... itu dulu. Sekarang, tak semua yang aku pikirkan dan aku rasakan, aku tumpahkan di fesbuk. Sebaliknya, hanya di keadaan tertentu saja, aku menuliskan apa yang ingin aku tuliskan. Sebabnya sederhana sekali yaitu kenyataan yang makin ke sini, aku makin kurang ide dalam menulis status di fesbuk. Status-status temen-temenku di fesbuknya pada keren-keren. Aku minder banget. So, aku lebih memilih menjadi penebar jempol sadjah. Hehehehe...
Ikutan GA PakDe GusLix Galaxi ini awalnya kupikir sederhana. Aku tinggal comot 2 apdetan status yang ada di wall fesbukku. Tapi ternyata gak gitu. Aku sungguh kesulitan. Sebabnya ya itu tadi. Aku jarang apdet status. Yo weis... daripada gak ikutan GA yang unik ini, aku 'gali' profile fesbukku sendiri untuk nyari 2 apdetan status yang kira-kira 'enak' untuk aku posting di artikel ini. Dan ini dia, 2 status jadul, cerita di balik itu, dan tanggapan temen-temen mengenai status-status tersebut.
Status #1
Status 1 |
Nah, itu status yang saya tulis pada tanggal 29 November tahun 2013 lalu. Saat itu, putera kedua saya, Radit, pulang dari sekolah dalam keadaan meringis-ringis. Begitu tahu alasannya, aku langsung aja kecewa. Ya iyalah, gimana aku gak kecewa, udah berkali-kali, anak-anakku diimunisasi di sekolahnya tanpa ada pemberitahuan ke orangtuanya. Emang sih orangtua yang nungguin anaknya di sekolah di kasih tahu, tapi untuk aku yang jarang banget nganter dan nungguin anak-anak di sekolahnya, apa harus dicuekin? Aduh... kok bisa sih?
Yang jadi khawatir aku sebenernya bukan anak-anakku. Aku percaya, dan Inshaa Allah, anak-anakku sehat-sehat dan baik-baik aja setelah diimunisasi. Anak-anak lain yang aku khawatirkan. Anak yang mungkin sedang sakit, punya masalah kesehatan tertentu, sudah diimunisasi hingga jadi 2 kali, atau yang lainnya. Bukankah di media massa sudah banyak contoh kasus mengenai anak-anak yang bermasalah setelah diimunisasi di sekolahnya? Dan kebanyakan dari mereka tak diketahui oleh orangtuanya.
Beragam komentar pun muncul. Ada yang memberi masukan supaya aku menegur pihak sekolah. Ada yang curhat soal serupa. Ada yang mendoakan supaya semua baik-baik saja. Ada yang menyebutkan supaya aku memberi 'perhatian' pada sekolah bahwa hal itu pelanggaran hukum. Dan masih banyak yang lainnya. Sebagai si pemilik status, aku tentu bersyukur mendapatkan masukan yang banyak. Dari sini, aku jadi tahu dan bisa meminta sekolah anakku untuk memberi surat pemberitahuan jika di lain hari akan dilakukan imunisasi lagi. Ya, aku berdoa, semoga saja tak ada kejadian apa pun yang terjadi pada anak-anak setelah diimunisasi. Sekali pun itu dilakukan tanpa persetujuan orangtua murid.
Salah satu komen teman tentang statusku yang di atas |
Status #2
Status 2 |
Ini statusku yang kedua. Aku menulisnya ada tanggal 22 Oktober 2013 yang lalu. Saat itu, aku menulis status ini setelah diomelin orangtua. Sebenernya, waktu itu aku kesel. Aku tak habis pikir, bagaimana mungkin orangtua masih memarahiku layaknya aku ini anak-anak. Padahal, aku kan sudah jadi orangtua juga. Anakku sudah 3. Dan anakku yang terbesar, sudah ABG. Aduuuuh... sudah tua begini masa masih dianggap anak-anak?
Awalnya status itu hanya sekadar curhat kekesalan. Tapi, begitu ada komentar dari teman-teman yang juga menerima hal serupa dari orangtuanya, aku jadi sedikit terhibur. Walah... aku ternyata gak sendiri.
Sungguh, komentar teman-teman membuat aku tersadar. Begitulah orangtua. Berapa pun usia kita, di matanya, kita adalah anak-anak mereka yang tetap 'anak-anak' yang masih menjadi tanggungjawab mereka. Yang masih harus disayang, harus dinasehati, harus diarahkan, dan mungkin harus dimarahi.
Ada komentar yang benar-benar menohokku. Dia bilang bahwa aku harus bersyukur masih bisa diomelin mereka. Bayangkan jika mereka sudah tiada. Jangankan kasih sayang dan perhatiannya, bahkan omelan mereka akan sangat dirindukan. Dan kebetulan memang, temanku itu sudah tidak memiliki orangtua. Duh... aku jadi sedih dan malu sendiri. Saking malunya, aku sempat terpikir untuk menghapus status itu. Tapi, aku mengurungkan niatku itu. Semoga saja, status itu, dan komentar-komentar di bawahnya menjadi pengingatku agar aku tak mengeluh dan selalu bersyukur atas cinta kasih dan perhatian orangtua. Apa pun itu bentuknya.
Komentar seorang teman atas statusku tentang diomelin orangtua |
Fesbuk Oh Fesbuk...
Fesbuk memang memfasilitasi kita untuk melakukan banyak hal. Dari sekadar berbagi kabar baik, curhat galau, hingga foto atau video bisa kita tampilkan di sana. Kita juga bisa memetik banyak hal dari sana. Tak perlu dari status wall sendiri, status orang lain pun sering kali memberi kita hikmah dan pengetahuan yang tak sedikit. Ya seperti aku inilah contohnya. Si jarang apdet status tapi dapet hikmah dari status-status orang lain. Kuncinya hanya satu: bijaksana dalam menyikapinya.
Ah.... Semoga saja, fesbuk bisa memberi kita lebih banyak manfaat ketimbang mudharat. Aamiin....
Artikel ini diikutkan dalam Giveaway Blogger Dengan Dua Status di BlogCamp
Terima kasih atas partisipasi sahabat
BalasHapusSegera didaftar
Keep blogging
Salam hangat dari Surabaya
kalau ndak ada fesbuk mungkin aku ndak kenal mbak Nia :)
BalasHapusBtw.. anakku suka bawa surat pemberitahuan beberapa hari sebelum jadwal imunisasi dari sekolah. Surat itu harus ditandatangani setuju atau tidak anaknya diimunisasi. Coba cek tas anaknya deh mbak. Jangan2 suratnya keselip dan anaknya lupa ngasi. *aku malah jadi tertarik ngebahas surat itu..hehehehe
BalasHapusKomplit nya jeng Nia ^_^
BalasHapusITu status udah jadi flash fiction sekaligus yaa
eh barusan disms ibu. trus bc ini. alhamdulillaah...masih punya karomah hidup yg doanya diijabah Alloh. orang tua mmg anugerah yg sgt besar y mbak.
BalasHapuskalau disekolahnya pascal biasanya ada surat edaran dan surat persetujuan dari orang tua untuk imunisasi
BalasHapusfacebook oh facebook...engkau membuat orang lain tertawa ngakak manakala membaca status yang lucu bingits seperti statusnya mbak Nia....tapi semoga saja kita bisa mengambil segi positif dari facebook ya mbak
BalasHapusdi sekolah anakku, TK, ada pemberitahuan, minimal edaran gitu. jadi pas imun, ortu bisa datang menunggui..
BalasHapussuka status yg kedua, segede apapun, anak tetaplah anak kecil bagi orang tuanya :D
Wah kalau soal imunisasi di sekolah gak bilang2 itu sih biasa Mak.. maksudnya, aku juga biasa ngadepin masalah yg sama spt itu. Berulang kali shasa dapat imunisasi di sekolah yang sebelumnya tak ada pemberitahuan pd ortunya :(
BalasHapusMungkin sekolah atau dinkes terlalu repot untuk membuat surat edaran bagi orang tua murid ya?
Salam Takzim
BalasHapusoh Fesbuk kenapa kau datang terlambat, hebat karyanya semoga isa menggelitik shohibul kontes agar menjadi salah satu pemenang
Salam Takzim Batavusqu
Yang imunisasi pernah kita bahas di twitter, ya.
BalasHapusSoal teguran orangtua, bener banget, ibuku masih bawel banget ngurusin printilannya aku, kayak aku ini masih kecil aja. tapi bawelnya ibu itu, ngangenin. bahkan makin kesini, jadi makin pengen diurusi ibu lagi kaya masih kecil :D
Mungkin nanti akan sama ya, Mba. Mba Nia akan cuap-cuapin anak2 pas mreka udah berkeluarga. Katanya sing rantai kehidupan. :D
BalasHapusiya mbak.. bisa bahaya juga kan buat anak...
BalasHapuskita berpersangka baik saja mbak. ..tapi wajar juga kalau kita merasa kecewa solanya ibu mana yang tega melihat ana-anaknya kenapa napa. ..!!!
BalasHapusItu bikin deg2an aja yang imunisasi disekolah --"
BalasHapusYang untuk ibu...ituuuuuu bener bangetttt :")
Hmmmm aku kok ya jarang facebookan ya sekarang? Kalau buka FB langsung ke group. Soalnya skrg temannya random banget. Males. Dulu kan teman2 dekat aja
BalasHapusAku banyak belajar juga dari Pakde, Mak. :)
BalasHapus