Video di atas mengingatkan saya pada ‘dosa-dosa lama’. Ya, beberapa tahun lalu, Reihana, putri sulung saya, bernasib sama seperti anak-anak itu. Dia bangun pagi-pagi sekali untuk sekolah. Kemudian pulang sekolah, les Matematika, IPA, atau Bahasa Inggris. Dan lalu sore harinya, mengaji di TPA dekat rumah. Jeda antar-aktivitas satu dengan yang lainnya, mungkin hanya sekitar satu jam saja. Lepas Maghrib, barulah Reihana bisa beristirahat. Itu pun kalau tidak ada PR. Jika ada, nyaris, waktu aktif Reihana tersita habis oleh kegiatan-kegiatan itu.
Awalnya, saya tidak menyuruh Reihana untuk les ini dan itu. Tapi melihat teman-temannya yang setiap hari ‘sibuk’ seperti itu, Reihana dan saya akhirnya sepakat untuk ikut les-les tersebut. Selain karena teman-temannya, harapan akan peningkatan prestasi Reihana juga menjadi alasan saya.
Sebulan dua bulan, aktivitas yang full seperti itu, menurut Reihana cukup menyenangkan. Dia jadi banyak teman dan banyak belajar. Di bulan ketiga, kebosanan itu datang. Reihana mulai membolos di pertemuan les-les itu. Karena terlalu banyak membolos, akhirnya Reihana tak mau ikut les lagi. Waktu istirahat yang cukup lama yang bisa digunakannya untuk bermain dengan teman-teman seusianya di lingkungan rumah, ternyata lebih menarik perhatian dia.
Awalnya, saya tidak menyuruh Reihana untuk les ini dan itu. Tapi melihat teman-temannya yang setiap hari ‘sibuk’ seperti itu, Reihana dan saya akhirnya sepakat untuk ikut les-les tersebut. Selain karena teman-temannya, harapan akan peningkatan prestasi Reihana juga menjadi alasan saya.
Sebulan dua bulan, aktivitas yang full seperti itu, menurut Reihana cukup menyenangkan. Dia jadi banyak teman dan banyak belajar. Di bulan ketiga, kebosanan itu datang. Reihana mulai membolos di pertemuan les-les itu. Karena terlalu banyak membolos, akhirnya Reihana tak mau ikut les lagi. Waktu istirahat yang cukup lama yang bisa digunakannya untuk bermain dengan teman-teman seusianya di lingkungan rumah, ternyata lebih menarik perhatian dia.
Awalnya saya mengira, apa yang dilakukan Reihana akan menurunkan nilai-nilai (prestasi) harian di sekolahnya, sebab dia tak lagi ikut les-les mata pelajaran itu yang memang kebanyakan gurunya adalah guru dia juga di sekolah. Tapi perkiraan saya salah. Prestasi Reihana ternyata tidak menurun. Malah sebaliknya, nilai-nilai harian dia cenderung naik. Saya pun heran, kenapa bisa begitu? Bukankah waktu Reihana justru kebanyakan dipakai untuk bermain?
Ternyata, Banyak Bermain Itu…
Keheranan saya kini terjawab sudah. Bermain ternyata memang berperan penting di dalam perkembangan anak-anak. Termasuk dalam hal meningkatkan prestasi akademiknya. Tentu saja karena bermain itu justru membuat anak-anak lebih fokus ketika belajar. Dan berkebalikan dengan anak-anak yang kurang bermain atau terlalu sering belajar. Mereka konon lebih susah berkonsentrasi. Penyebabnya bisa karena bosan, capek, ngantuk, atau pun karena menurunnya vitalitas tubuhnya.
Jujur, saya kaget sekali ketika menyadari bahwa waktu yang dipakai anak saya untuk belajar itu justru lebih banyak daripada waktu yang digunakan orang-orang dewasa dalam bekerja. Dan kebutuhan akan waktu bermain anak (secara aktif) yang minimal 5 jam itu jarang terpenuhi. Mengingat hal ini, duh… saya merasa berdosa sekali.
Mari Patahkan Siklus Kesibukan!
Saya memang tidak sendiri. Kebanyakan anak-anak sekarang, konon memang cenderung memiliki siklus kesibukan yang monoton seperti itu. Tapi, kini saya sudah sadar. Menyuruh anak-anak untuk banyak belajar itu adalah salah. Dan itu hanya keegoisan saya yang menjadikan anak saya perpanjangan tangan saya untuk sukses.
Yuk, ayah, bunda, kita patahkan siklus kesibukan pada anak-anak kita. Biarkan mereka menikmati masa kanak-kanaknya dengan bermain secara aktif. Toh dengan bermain, dengan sendirinya akan membuat anak-anak kita pintar secara fisik, sehat secara emosi, dan cerdas akademik. Yuk, mari!
Ternyata, Banyak Bermain Itu…
Keheranan saya kini terjawab sudah. Bermain ternyata memang berperan penting di dalam perkembangan anak-anak. Termasuk dalam hal meningkatkan prestasi akademiknya. Tentu saja karena bermain itu justru membuat anak-anak lebih fokus ketika belajar. Dan berkebalikan dengan anak-anak yang kurang bermain atau terlalu sering belajar. Mereka konon lebih susah berkonsentrasi. Penyebabnya bisa karena bosan, capek, ngantuk, atau pun karena menurunnya vitalitas tubuhnya.
Ya, dulu, saya memang termasuk orangtua yang seperti itu. Mencetak anak yang sukses itu adalah dengan cara membuatnya belajar, belajar, dan terus belajar. Dan bermain, hanyalah penyelang atau aktivitas yang hanya dilakukan saat berisitirahat.
Jujur, saya kaget sekali ketika menyadari bahwa waktu yang dipakai anak saya untuk belajar itu justru lebih banyak daripada waktu yang digunakan orang-orang dewasa dalam bekerja. Dan kebutuhan akan waktu bermain anak (secara aktif) yang minimal 5 jam itu jarang terpenuhi. Mengingat hal ini, duh… saya merasa berdosa sekali.
Mari Patahkan Siklus Kesibukan!
Saya memang tidak sendiri. Kebanyakan anak-anak sekarang, konon memang cenderung memiliki siklus kesibukan yang monoton seperti itu. Tapi, kini saya sudah sadar. Menyuruh anak-anak untuk banyak belajar itu adalah salah. Dan itu hanya keegoisan saya yang menjadikan anak saya perpanjangan tangan saya untuk sukses.
Yuk, ayah, bunda, kita patahkan siklus kesibukan pada anak-anak kita. Biarkan mereka menikmati masa kanak-kanaknya dengan bermain secara aktif. Toh dengan bermain, dengan sendirinya akan membuat anak-anak kita pintar secara fisik, sehat secara emosi, dan cerdas akademik. Yuk, mari!
Tulisan ini diikutsertakan dalam #KidsToday #KidsTodayProject Blogger Competition
yang diselenggarakan Rinso Indonesia.
yang diselenggarakan Rinso Indonesia.
Iya Mak, sekarang mah anak-anak cuma sekolah dan ngaji aja di deket rumah. Kasian, mereka stres kebanyakan belajar serius. Mendingan mereka main aja deh sepuasnya. Selain jadi lebih sehat, mereka juga ceria selalu. :)
BalasHapusberbagai les itu obsesi orangtuanya ya,...heheh. padahal dengan bermain anak bisa menemukan bakat dan minatnya
BalasHapusBetul, Mak. Les ini-itu emang maunya aku. Pengen banget punya anak serba bisa. Duh... emaknya aja bukan superwomen, lha ini anak-anak mau dijadiin superkid. Kasian mereka... huhuhu...
Hapus*ngelus dada*
emang sih aku belum punya anak, tp liat adekku jg yg plang skolah les ini itu, jd kasian sendiri.
BalasHapusEhm ngmong-ngmong tante, itu kepala reihana yg di ats meja, gmna caranya tantee?
penasaran (baca:kepo)
Iya, bener banget. Kebanyakan belajar, apalagi dengan tambahan les ini-itu bikin anak jenuh.
HapusOh itu, itu foto Reihana lagi main di Science Center. Itu namanya tipuan cermin. Kita masuk meja yang penuh cermin. Jadi orang ngira, itu hanya kepala saja. Coba deh ke sana. Di Padalarang. Seruuuuuu... :)
kita aja kalau terlalu sibuk bikin lelah trus males ngapa2in, ya Mak. Mikir aja males. Apalagi anak2 :)
BalasHapusNah iya. Kita itu egois banget. Pengen anak segala bisa, dan aktif di segala hal. Kita aja kalo banyak aktivitas capek... :)
Hapusbermain itu penting untuk anak-anak ya mbak
BalasHapusBanget, Mbak. Yuk ah banyakin mereka bermain. Dan kita ikut bermain juga. :)
HapusMemang ibu hal yang bersifat memaksakan kehendak itu akan berakibat kurang baik buat pertumbukan anak tehadap lingkungannya, seandainya sang anak kurang berkenan untuk mengikuti pelajaran atau ekstra kulikuler lebih baik jangan dipaksakan, kenapa?? dalam Bimbingan Belajar suasana Anak sendiri harus dalam keadaan senang tidak ada tekanan ataupun perasaan sedih, dengan suasana hati senAng itulah apa yang diajarkan oleh guru pembimbing akan lebih bisa diterima oleh anak,,,trim telah share...bu...
BalasHapusBetul sekali. :)
HapusSama kayak saya dulu, pulang sekolah, les ini itu, ga ada waktu buat main. :( Makanya sekarang jadi pengen main2 terus. Hahahaha. *dipentung swamih*
BalasHapusHehe, iya Mak. Aku dulu juga banyak les. Tp itu pas SMA. Kalo anak-anak SD mah kasian lah. Kalo persiapan menuju UN sih, untuk anak kelas 6, masih wajar. Yuk ah... emak-emak juga butuh main... :)
Hapusbagaimanapun bermain adalah hak anak, karena bermain adalah bagian dari pembelajaran, semoga sukses untuk blog kompetisinya
BalasHapusBetul sekali. Terima kasih. Aamiin...
HapusDuhh... jadi kepengen punya anak kecil lagi...:)
BalasHapusIya, biar bisa main sepuasnya :D
Hapusharus berani kotor ya mak,,agar keasikan anak bermain tidak terganggu, agar kreatifitasnya juga semakin bertambah,,, :)
BalasHapusBetul sekali. :)
HapusUntung saya juga segera sadar Mak... haha
BalasHapusDulu saya juga menghabiskan waktu untuk antar jemput les ini-itu..
Anak-anak juga terlalu padat jam les-nya dan sedikit waktu bermainnya
*Tosss* :D
HapusBetul banget Mbak. Kadang orang tua yang sibuk memberi anak les ini itu, tapi anaknya sebenarnya hanya ingin bermain. Saya ini sudah sadar, tapi pingsan lagi, tersadar lagi, hahah... Semoga bisa memberikan anak waktu bermain dan istirahat yang pas.
BalasHapusHihihi... aku juga mungkin nanti mau masukkin mereka les lagi. Tp mungkin SMA. Untuk SD dan SMP, kalo ada kesulitan pelajaran, aku dan bapaknya anak-anak masih bisa bantu. :)
HapusAku menghabiskan waktu lebih banyak di masa kecil untuk baca buku dan nonton, tsah elaaah
BalasHapusBaca bukunya sih bagus, tapi nontonnya itu yang kadang lebih banyak dan malah mendominasi. Jadinya, anak-anak menjadi pasif. Main-main di luar aja yuuuuuk.... :)
HapusBermain adalah kebutuhan seorang anak, hanya beberapa tahun dari episod hidupnya,
BalasHapussemoga kita orangtua tidak merampasnya,
sukses di blog kompetisinya.
Betul sekali. Aamiin. Makasih. :)
Hapusistilah makjleb : SIKLUS KESIBUKAN...
BalasHapusSaya perhatikan semenjak ujug jd ortu ini, mapel anak sekolah sekarang padat banget. Makanya kami membebaskan anak-anak dr aneka les, jika mereka minta les dan bs enjoy, dengan sennag hati kami ikutkan les yg dia ingnkan. Prinsip kami, di Usia anak-anaknya [masih SD], kami berharap mereka bisa menikmati masa indahnya
Iya, pelajaran anak-anak sekarang padat dan udah susah-susah.
HapusBetul.... yang penting mereka enjoy dan gak terpaksa untuk ikut :)
dunia bermain adalah hak asasi anak-anak....
BalasHapusBetul Mas Taufiq. Makanya, yuk biarkan mereka bermain...
Hapusaku malah fokus ke meja yang ada kepalanyaaa... Iya Mba...anak masih suka bermain dan beraktivitas apa yang dia mau...
HapusHehehe... itu lagi main di Science Center, Mak Astin. :)
HapusKeren videonya
BalasHapusPunyanya Rinso Indonesia :)
Hapusnah kaan... ga melulu belajar itu bikin anak makin pinter.. yg ada malah jenuh dan si anak makin ogah2an..
BalasHapusBanget, Mak...
Hapusbermain dan belajar kudu seimbang kalo aku mbak.....hikz aku masih perfeksionis huhuhu
BalasHapusberarti yg sekarang aku pikirin gimana belajar dengan fun ^^
Kalo seimbang itu diartikan sebagai kuantitas belajar dan bermain itu sama, bagi anak-anak usia 'player' (2-6) tahun, itu sebaiknya jangan. Akan lebih baik jika jumlah bermainnya lebih banyak. Karena bermain bagi usia anak 'player' itu juga bisa berarti belajar. Belajar banyak hal. Bukan belajar pelajaran sekolah.
HapusBarulah jika usia anak sudah meningkat, apalagi di atas 10 tahu misalnya, bermain dan belajar bisa diseimbangkan. Dan jelas, untuk anak-anak, belajar memang harus fun. Kalo enggak, mereka pasti akan cepat bosan.
Hehehehe... IMHO. ^^
iya juga sich...anak2 waktu belajarnya lebih banyak..sehingga waktu bermain hampir tak ada lagi...., kasihan juga..tapi bila bermain...tentunya harus bijak...dipilih permainan yang edukatif...jangan asal bermain
BalasHapusselamat berlomba...semoga menjadi yang terbaik
keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
Betul sekali, Pak Har.
HapusTerima kasih. Aamiin....
masa kanak2 masanya bermain ya, mak. kalo udah dewasa biasanya udah sibuk sama kegiatan di sekolah
BalasHapusIya, Ila. Makanya puas-puasin deh waktu kanak-kanak yang sebentar itu untuk bermain. Kalo udah dewasa, susah dan lagi sudah bukan masa stimulasi untuk tumbuh-kembang ini dan itu lagi...
Hapusiya yaa.. belajarnya anak2 itu justru di waktu bermainnya yaa. selain lebih bahagia, mereka bisa belajar jadi lebih fokus. menariik projectnyaa, mau ikutan aaah :d
BalasHapusBetul sekali. Yuk ikutan. Diana pasti seneng :)
HapusTampaknya sekarang orangtua ingin anaknya menjadi pintar dalam waktu cepat ya Jeng.
BalasHapusJangan lupa lho, anak-anak juga perlu mendapatkan waktu untuk istirahat,bermain dan bersosialisasi.
Semoga berjaya dalam GA
Salam hangat dari Surabaya
Nah, itu dia Pakde. Aku dulu juga banyak ngelesin anak itu dengan tujuan agar anakku bisa cepet ngerti pelajaran. Ternyata begitu, anak malah jenuh. Harusnya dibiarkan alami saja. Toh nanti ada saatnya dia mengerti. Dan ya, bermain juga harusnya dianggap penting. Karena memang juga merupakan ajang belajar.
HapusTerima kasih, PakDe :)
yang penting bisa ngaji, mengerti hak dan kewajiban, sanksi dan hukuman serta reward. INsya Cerdas bersosial akan lebih beaik untuk masa depan.
BalasHapusYa. Buatku sekarang, yang penting anak bisa ngaji, belajar di sekolah, dan main semau mereka. Tentu dengan pengawasan agar tidak membahayakan dirinya. reward dan punishment ada, tapi karena mereka masih di bawah umur, punishment hanya biar mereka inget aja kalo itu salah. Gak yang berat-berat. Mungkin nanti kalau mereka sudah baligh, hak dan kewajiban akan lebih difokuskan. Sekarang mah, bermain-main aja dulu.
HapusMakasih, Mak. :)
Anakku enggak ikutan les apa2 Mak Nia, mana kalau diminta belajar adaaaaa aja alesannya. Hehehee....berarti aku gak usah pusing lagi kali ya, memang bawaannya anak2 lagi pengin bermain gitu *lantas emaknya asik ngeblog :))
BalasHapusHehehe... itu juga. Ternyata dengan membiarkan mereka bermain-main, pekerjaan ortu jadi sedikit berkurang. Ya, akhirnya, kita bisa ngeblog deh. :)
HapusAnak butuh waktu bermain.. Bermain juga proses belajar juga terutama belajar bermasyarakat dan mengenal lingkungan skitar
BalasHapusBetul banget. :)
HapusShasa juga gak ikutan les mapel Mak... sehari-sehari dia malah sibuk mengerjakan tugas kelompok dg teman2nya. :(
BalasHapusEntah mengapa sekarang tugas dari sekolah banyaaaakkk bingits shg menyita waktu bermain anak2.
Iya, Mak Reni. Makanya kasian banget kalo mereka ikut les. Makin tersita deh waktunya...
HapusInsya Allah anak2 mbak Nia akan tumbuh jadi anak2 yang lebih baik dengan kesadaran emaknya :)
BalasHapusAamiin. Makasih banyak Mak Niar :)
Hapusbener mbak, memaksa anak untuk terus belajar ternyata malah membuatnya snewen. Saya dulu juga seperti itu, karena anak akan merasa terbelenggu di dalam rumah dan tak bebas bergerak. Kini saya juga memberikan kebebasan kepada anak saya untuk bermain di luar, namun masih tetap saya berikan arahan agar dia tidak terpengaruh hal-hal buruk, karena dunia luar tidak selalu baik atau buruk. Kalau kita mengarahkannya dengan benar ditambah dengan membekalinya ilmu agama, insyaallah anak kita akan mendapat lindungan dariNya. Terima kasih tulisannya yang sangat bermanfaat
BalasHapusBener banget, Mbak Yuni. Makasih banget kunjungannya. :)
Hapusmak selamat ya, udah menang lomba ini :)
BalasHapusMakasih banyak, Mak. :)
Hapusselamat ya mak nia menang
BalasHapus