Dulu, sewaktu kecil, ketika usiaku sekitar 6 atau 7 tahun, aku pernah memelihara seekor kucing. Kucing lucu yang entah datang dari mana itu, tiba-tiba saja betah di rumahku. Setelah mendapat izin dari mama, aku pun ‘resmi’ memelihara kucing itu. Dan tentu saja, aku senang dibuatnya.
Tapi rupanya, aku bukan tipe anak yang telaten. Meski sangat menyukai binatang, terlebih kucing, aku seringkali lupa dalam memberinya makan, memandikannya, hingga memelihara kesehatannya. Hingga suatu hari, aku mendapatkan kucingku sakit. Dan lagi-lagi, karena ketidaktahuan, aku memberi kucingku obat demam untuk manusia. Sampai akhirnya, dua hari kemudian, kucing itu mati.
Sejak saat itu, mama tak pernah lagi mengizinkanku untuk memelihara binatang. Dan ya, meskipun aku sangat ingin, aku juga sekuat hati menahan diri untuk tidak memelihara binatang lagi. Aku takut ketidaktelatenanku dan kecerobohanku, binatang yang aku pelihara, mati sia-sia.
Tapi rupanya, aku bukan tipe anak yang telaten. Meski sangat menyukai binatang, terlebih kucing, aku seringkali lupa dalam memberinya makan, memandikannya, hingga memelihara kesehatannya. Hingga suatu hari, aku mendapatkan kucingku sakit. Dan lagi-lagi, karena ketidaktahuan, aku memberi kucingku obat demam untuk manusia. Sampai akhirnya, dua hari kemudian, kucing itu mati.
Sejak saat itu, mama tak pernah lagi mengizinkanku untuk memelihara binatang. Dan ya, meskipun aku sangat ingin, aku juga sekuat hati menahan diri untuk tidak memelihara binatang lagi. Aku takut ketidaktelatenanku dan kecerobohanku, binatang yang aku pelihara, mati sia-sia.
Tamagotchi, Alternatifku Memelihara ‘Binatang’
Beberapa tahun lalu, binatang peliharaan digital bernama Tamagotchi sempat mem-booming. Aku yang ingin memelihara binatang sungguhan tapi takut menzaliminya lagi, serasa mendapat angin syurga. Dalam waktu yang tak lama, aku pun berhasil memilikinya.
Tapi dasar aku memang payah. Mau itu binatang sungguhan atau pun binatang digital, tetap saja, ujung-ujungnya si binatang itu mati juga. Sama seperti saat kucingku mati, ketika tamagotchi yang aku pelihara mati, aku rasanya sedih luar biasa. Yayaya… aku mungkin memang lebay. Tapi itulah kenyataannya.
Binatang Peliharaanku di Nokia Lumia
Sejak beberapa bulan yang lalu, ponsel Nokia Lumiaku tak hanya aku gunakan sebagai alat komunikasi di dunia nyata dan maya saja. Aku juga menggunakan Nokia Lumia sebagai tempat memelihara binatang. Yes! Akhirnya, hasrat terpendamku dalam memelihara binatang tercapai juga. Meski hanya dalam bentuk games, binatang peliharaanku ini sangat aku sayangi. Namanya My Talking Tom.
Aku senang dengan games interaktif yang satu ini. Dengan adanya live tiles dari Nokia Lumia, kematian Si Tom bisa aku cegah, sebab apa pun yang terjadi pada Si Tom, misalnya saat Si Tom lapar, Si Tom ingin ke toilet, hingga Si Tom ingin tidur, notifikasinya akan terbaca pada live tiles-nya. Dengan begitu, aku bisa langsung memberinya makan, membawanya ke toilet, atau cepat-cepat menidurkannya.
Notifikasi yang terbaca ketika Si Tom lapar, ngantuk, dan ingin ke toilet di live tiles Nokia Lumia |
Untung aja aku pake Nokia Lumia. Coba kalau misalnya ponsel lain. Karena tak adanya notifikasi yang terbaca langsung di live tiles, sudah pasti, binatang peliharaanku, yakni Si Tom, bisa mati dengan segera. Kini Si Tom tak hanya jadi binatang peliharaanku saja. Anak-anak, bahkan suamiku juga ikut-ikutan memelihara Si Tom. Jadinya, setiap kali ada notifikasi ini atau itu, kami berlomba-lomba untuk segera memenuhi kebutuhan Si Tom.
Si Tom sedang bergaya |
Mau tahu keseruan bermain My Talking Tom di live tiles tanpa takut Si Tom mati layaknya di Tamagotchi? Atau mau tahu asyiknya bermain di live tiles? Yuk pakai Nokia Lumia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)