Beberapa tahun silam, sebuah artikel yang saya baca di internet membuat kening saya berkerut. Di sana tertulis dengan jelas, bahwa katanya, para ilmuwan dunia, saat itu sedang senang tiada tara. Penyebabnya sederhana saja, mereka menemukan bukti adanya air di planet Mars. Meski hanya baru bisa dibuktikan dengan gambar dari satelit, fakta itu membuat hipotesis yang sudah ada sejak puluhan tahun tentang hadirnya air di sana, menjadi tak hanya sekadar isapan jempol belaka. Ya, memang sudah sejak lama, para ilmuwan menduga jika di Mars itu ada air. Dan baru saat itulah, bukti gambar adanya air bisa didapat.
Hal yang membuat kening saya berkerut bukanlah penemuan adanya air tersebut. Saya justru baru tahu jika sebelumnya, orang-orang menganggap bahwa di Mars itu tidak ada air. Saya kira, air itu ada di mana-mana, termasuk di Mars atau planet lainnya. Bukan tanpa sebab, anggapan saya akan adanya air di mana-mana tentu karena memang di lingkungan saya, di mana pun itu, rasanya air begitu mudah dijumpai. Dan begitu juga pikir saya di planet lain. Air bisa ditemui dengan mudahnya seperti di bumi.
Tak sampai di situ saja, penjelasan para ilmuwan mengenai air di Mars juga membuka mata saya. Menurut mereka, adanya air tersebut memungkinkan terdapatnya bentuk kehidupan di Mars yang selama ini diklaim sebagai planet tanpa kehidupan. Meskipun bentuk kehidupan tersebut mungkin hanya berupa koloni bakteri yang paling sederhana saja.
Ya, Air Memang Pembentuk Kehidupan!
Saya mungkin hanya satu orang dari sekian banyak yang menganggap air adalah benda lumrah yang ada di mana saja. Karena terbiasa melihatnya, fakta-fakta mengenai air ini pada akhirnya menjadi hal yang cukup mengagetkan. Terutama ketika dihubungkan dengan kehidupan, di mana air merupakan indikator dari adanya bentuk kehidupan. Sebab ternyata tanpanya, tak ada satu pun makhluk yang dapat hidup di tempat tersebut.
Ya! Dari airlah segala bentuk kehidupan dimulai. Dan bukan mustahil, meski masih banyak diperdebatkan, kehadiran air di Mars menjadi ciri dari adanya bentuk kehidupan tersebut. Dan boleh jadi pula, berawal dari bentuk kehidupan sederhana yang hanya berupa koloni bakteri, lambat laun, di Mars tercipta kehidupan yang kompleks layaknya di planet Bumi.
Pentingnya air sebagai pembentuk kehidupan membuat saya teringat pada pelajaran Biologi SMA. Itu lho, di bab Tingkat Organisasi Kehidupan. Di sana jelas sekali bagaimana air berperan besar di tiap tingkatan organisasi kehidupan. Dari mulai tingkatan sel, tingkatan jaringan, tingkatan organ, tingkatan sistem organ, hingga ke tingkatan organismenya. Sebagai contoh yang paling gampang adalah manusia.
Di tingkatan sel, air berperan sebagai isi dari sel itu sendiri, yaitu plasma sel dan nukleoplasma atau cairan inti. Di dalam plasma sel, terjadi berbagai macam metabolisme. Pun demikian juga di dalam nukleoplasma. Air bertindak sebagai pembawa materi genetik dan materi penting dari organisme. Tanpa air, sel mungkin hanya akan mirip seperti balon yang kosong. Dan sudah barang tentu, segala kegiatan metabolisme kehidupan tidak akan terjadi. Ini berarti, sel akan mati.
Di tingkatan jaringan, air juga berperan penting. Segala macam pertukaran antar sel, baik itu difusi, osmosis, atau pun transport aktif berbagai materi hanya terjadi ketika ada air. Tanpa air, metabolisme antar sel sangat mustahil terjadi. Proses kehidupan pun sudah pasti tidak berlangsung.
Di tingkat organ juga demikian. Di lambung, di usus, di ginjal, di jantung, di paru-paru, dan di semua organ, pasti terdapat air. Fungsinya bermacam-macam. Bisa sebagai pelarut, pembawa sari-sari makanan, pembawa sisa-sisa metabolisme, dan lain-lain. Tanpa air, lagi-lagi, semua organ dijamin tidak bisa berfungsi.
Nah lalu di tingkat sistem organ. Sistem pencernaan sangat jelas memerlukan air. Air berperan sebagai pengencer, pelancar proses pencernaan, pelarut, pembawa sari makanan, dan lain-lain. Sistem pernapasan juga begitu. Sistem peredaran darah pun melibatkan air. Adakah sistem organ di tubuh manusia yang tidak membutuhkan air? Tidak ada! Air sangat diperlukan di semua sistem organ manusia.
Jika semua tingkatan organisasi dari mulai tingkat sel hingga tingkat sistem organ itu memerlukan air, sudah pasti tingkat organisasi paling tinggi dari individu, yaitu organisme juga membutuhkan air. Tentu saja sebab organisme itu disusun dari berbagai macam sistem organ.
Itu adalah pelibatan air di dalam sebuah individu (organisme), lalu bagaimana jika cakupannya lebih luas? Tingkat populasi? Komunitas? Ekosistem, Bioma, hingga Biosfer? Sama saja, bahkan mungkin lebih nyata. Air berperan penting di dalam semua tingkatan dan semua lapisan kehidupan. Apa jadinya populasi manusia jika tidak ada air? Apa yang akan terjadi jika ekosistem hutan tidak lagi mempunyai air? Apa pula yang akan menimpa kehidupan jika air sudah tidak ada sama sekali? Kepunahan makhluk hidup sudah pasti menjadi jawaban mutlaknya.
Air… Riwayatmu Kini!
Kebutuhan akan air, besarnya peran air, serta ketidakberdayaan kehidupan tanpa air sudah disadari semua orang sejak lama. Akan tetapi berkebalikan dari itu, ketersediaan air, terutama air bersih untuk diminum justru semakin berkurang. Bahkan di beberapa tempat, air bersih layak minum ini sudah menjadi barang yang langka. Sehingga untuk mendapatkannya, diperlukan usaha yang benar-benar ekstra.
Mengapa bisa demikian? Bukankah secara teori, air itu tidak mungkin habis? Bukankah air itu mempunyai siklus?
Air memang mempunyai siklus. Secara teori, perputaran air di dalam siklus air akan membuat air tidak akan pernah habis atau berkurang. Dari mulai terevaporasi, terkondensasi, hingga terpresipitasi, jumlah air bisa dikatakan tetap. Tapi, itu terjadi jika tidak ada faktor-faktor penghambat. Dan jika ada faktor-faktor penghambat, air, terutama air bersih, akan semakin berkurang. Kenyataan inilah yang sedang menimpa kita sekarang. Air bersih (air layak minum), dari hari ke hari, jumlahnya semakin berkurang saja.
Apa yang membuatnya demikian?
Jika dilihat fakta bahwa ketersediaan air di sekitar kita yang semakin berkurang, sangat logis bagi kita berpikir bahwa sudah pasti faktor penghambat siklus air berjalan sempurna itu sangat banyak. Coba kita amati ilustrasi siklus air di bawah ini, kemudian cermati faktor-faktor yang memungkinkan menjadi penghambat siklus air itu.
Hal yang paling kentara dan yang potensial menjadi faktor penghambat siklus air di lingkungan kita sekarang adalah semakin berkurangnya tumbuhan. Padahal tumbuhan ini berperan sebagai salah satu sumber uap air dan juga sebagai penahan air. Dengan semakin berkurangnya tumbuhan, air hujan tidak akan terserap ke tanah. Akibatnya, cadangan air tanah tidak mengalami peningkatan. Dan karena penggunaan yang terus menerus, air tanah pun menjadi semakin sedikit.
Selain kuantitas air tanah yang semakin sedikit, persoalan air bersih juga semakin diperparah dengan penurunan kualitasnya, yaitu dengan polusi air. Coba saja kita tengok sungai-sungai yang ada di sekitar kita. Jangankan di kota-kota besar, di pinggiran kota bahkan di kampung-kampung saja, air sungai sudah banyak tercemar. Dari mulai dicemari sampah plastik, limbah industri, hingga limbah-limbah rumah tangga yang susah terurai seperti detergent. Jika sudah begini, air bersih pun semakin susah saja didapat. Sungguh menyedihkan!
Air di Indonesia
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber air. Sekitar enam persen dari persediaan air dunia atau sekitar 21% dari persediaan air di Asia Pasifik, disuplai negara kita. Dari mulai air danau, air sungai, hingga air cekungan.
Kembali, secara teori, air yang ada di Indonesia seharusnya bisa mencukupi kebutuhan semua lapisan masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya, dari waktu ke waktu, berbagai daerah di negara kita selalu mengalami kelangkaan dan kesulitan air. Kecenderungannya, konsumsi air naik secara drastis, sedangkan ketersediaan air bersihnya berkurang jauh lebih banyak. Penyebabnya sudah bisa kita duga yang tidak lain dan tidak bukan adalah kerusakan dan pencemaran lingkungan yang konon sekitar 15–35% per kapita per tahun.
Kesulitan mendapatkan air bersih juga tak hanya terjadi karena berkurangnya cadangan air yang ada. Ketidakmerataan air pun memberi andil akan hal itu. Nusa Tenggara Timur merupakan contoh daerah yang sulit mendapatkan air bersih ini. Jadi tak heran, masyarakat di sana terbiasa mengonsumsi air tidak layak untuk kebutuhan sehari-harinya, bahkan untuk minumnya.
Oase di Padang Pasir…
Semua makhluk hidup membutuhkan air, terutama air bersih yang layak untuk diminum. Apalagi manusia. Dalam setiap aktivitasnya, manusia selalu membutuhkan air bersih. Tanpa air bersih, keberlangsungan hidup akan terganggu. Dan sebaliknya, jika manusia mengonsumsi air yang tidak layak minum, apalagi dalam kurun waktu yang lama, kekurangan air bersih ini bisa menurunkan kualitas manusianya. Terlebih anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Berbagai macam penyakit (misalnya saja diare, cacingan, hingga keracunan yang bisa mengakibatkan kematian) dan juga menurunnya tingkat kecerdasan menjadi bayang-bayang yang selalu merongrong hidup mereka.
Beruntung kesusahan ini dipahami beberapa pihak. Tanpa ‘komando’ dari pemerintah, pihak-pihak ini dengan sukarela menyediakan air bersih, terutama yang layak minum untuk masyarakat yang selama ini membutuhkan. Tak tanggung-tanggung, sejak tahun 2006, pihak ini menjadi oase di padang pasir. Ya, dialah perusahaan air minum Aqua. Di samping mengeluarkan produk air minum yang berkualitas prima, perusahaan ini juga berkomitmen ganda dalam mengedepankan keseimbangan antara keberhasilan ekonomi dan kemajuan sosial. Sehingga bisnisnya juga berkontribusi sosial pada masyarakat. Salah satunya dengan menyediakan sarana dan prasarana air bersih layak minum untuk masyarakat yang membutuhkannya. Kini, lebih dari 100.000 orang di Indonesia sudah menikmati kemudahan mendapatkan air bersih layak minum tersebut.
Jika Mereka Bisa, Kita Juga Bisa!
Apa yang dilakukan perusahaan air minum Aqua layak menjadi teladan semua pihak, termasuk kita. Ya, kita juga bisa berkontribusi pada negara secara khusus dan pada dunia secara umum mengenai problema air bersih layak minum ini.
Bagaimana caranya?
Jika perusahaan air minum Aqua membuat dan memberi sarana dan prasarana air bersih layak minum secara langsung di tempat-tempat yang membutuhkan, maka kita bisa berpartisipasi dalam hal ini secara tidak langsung, yaitu dengan mengurangi beban Bumi akan penyusutan jumlah air bersih dari waktu ke waktu. Tindakan nyatanya bisa dilakukan sebagai berikut.
Hal yang membuat kening saya berkerut bukanlah penemuan adanya air tersebut. Saya justru baru tahu jika sebelumnya, orang-orang menganggap bahwa di Mars itu tidak ada air. Saya kira, air itu ada di mana-mana, termasuk di Mars atau planet lainnya. Bukan tanpa sebab, anggapan saya akan adanya air di mana-mana tentu karena memang di lingkungan saya, di mana pun itu, rasanya air begitu mudah dijumpai. Dan begitu juga pikir saya di planet lain. Air bisa ditemui dengan mudahnya seperti di bumi.
Tak sampai di situ saja, penjelasan para ilmuwan mengenai air di Mars juga membuka mata saya. Menurut mereka, adanya air tersebut memungkinkan terdapatnya bentuk kehidupan di Mars yang selama ini diklaim sebagai planet tanpa kehidupan. Meskipun bentuk kehidupan tersebut mungkin hanya berupa koloni bakteri yang paling sederhana saja.
Gambar air yang tampak di planet Mars (Sumber: di sini) |
Ya, Air Memang Pembentuk Kehidupan!
Saya mungkin hanya satu orang dari sekian banyak yang menganggap air adalah benda lumrah yang ada di mana saja. Karena terbiasa melihatnya, fakta-fakta mengenai air ini pada akhirnya menjadi hal yang cukup mengagetkan. Terutama ketika dihubungkan dengan kehidupan, di mana air merupakan indikator dari adanya bentuk kehidupan. Sebab ternyata tanpanya, tak ada satu pun makhluk yang dapat hidup di tempat tersebut.
Ya! Dari airlah segala bentuk kehidupan dimulai. Dan bukan mustahil, meski masih banyak diperdebatkan, kehadiran air di Mars menjadi ciri dari adanya bentuk kehidupan tersebut. Dan boleh jadi pula, berawal dari bentuk kehidupan sederhana yang hanya berupa koloni bakteri, lambat laun, di Mars tercipta kehidupan yang kompleks layaknya di planet Bumi.
Pentingnya air sebagai pembentuk kehidupan membuat saya teringat pada pelajaran Biologi SMA. Itu lho, di bab Tingkat Organisasi Kehidupan. Di sana jelas sekali bagaimana air berperan besar di tiap tingkatan organisasi kehidupan. Dari mulai tingkatan sel, tingkatan jaringan, tingkatan organ, tingkatan sistem organ, hingga ke tingkatan organismenya. Sebagai contoh yang paling gampang adalah manusia.
Di tingkatan sel, air berperan sebagai isi dari sel itu sendiri, yaitu plasma sel dan nukleoplasma atau cairan inti. Di dalam plasma sel, terjadi berbagai macam metabolisme. Pun demikian juga di dalam nukleoplasma. Air bertindak sebagai pembawa materi genetik dan materi penting dari organisme. Tanpa air, sel mungkin hanya akan mirip seperti balon yang kosong. Dan sudah barang tentu, segala kegiatan metabolisme kehidupan tidak akan terjadi. Ini berarti, sel akan mati.
Di tingkatan jaringan, air juga berperan penting. Segala macam pertukaran antar sel, baik itu difusi, osmosis, atau pun transport aktif berbagai materi hanya terjadi ketika ada air. Tanpa air, metabolisme antar sel sangat mustahil terjadi. Proses kehidupan pun sudah pasti tidak berlangsung.
Di tingkat organ juga demikian. Di lambung, di usus, di ginjal, di jantung, di paru-paru, dan di semua organ, pasti terdapat air. Fungsinya bermacam-macam. Bisa sebagai pelarut, pembawa sari-sari makanan, pembawa sisa-sisa metabolisme, dan lain-lain. Tanpa air, lagi-lagi, semua organ dijamin tidak bisa berfungsi.
Nah lalu di tingkat sistem organ. Sistem pencernaan sangat jelas memerlukan air. Air berperan sebagai pengencer, pelancar proses pencernaan, pelarut, pembawa sari makanan, dan lain-lain. Sistem pernapasan juga begitu. Sistem peredaran darah pun melibatkan air. Adakah sistem organ di tubuh manusia yang tidak membutuhkan air? Tidak ada! Air sangat diperlukan di semua sistem organ manusia.
Jika semua tingkatan organisasi dari mulai tingkat sel hingga tingkat sistem organ itu memerlukan air, sudah pasti tingkat organisasi paling tinggi dari individu, yaitu organisme juga membutuhkan air. Tentu saja sebab organisme itu disusun dari berbagai macam sistem organ.
Itu adalah pelibatan air di dalam sebuah individu (organisme), lalu bagaimana jika cakupannya lebih luas? Tingkat populasi? Komunitas? Ekosistem, Bioma, hingga Biosfer? Sama saja, bahkan mungkin lebih nyata. Air berperan penting di dalam semua tingkatan dan semua lapisan kehidupan. Apa jadinya populasi manusia jika tidak ada air? Apa yang akan terjadi jika ekosistem hutan tidak lagi mempunyai air? Apa pula yang akan menimpa kehidupan jika air sudah tidak ada sama sekali? Kepunahan makhluk hidup sudah pasti menjadi jawaban mutlaknya.
Tingkatan organisasi kehidupan yang membutuhkan air (gambar: di sini) |
Air… Riwayatmu Kini!
Kebutuhan akan air, besarnya peran air, serta ketidakberdayaan kehidupan tanpa air sudah disadari semua orang sejak lama. Akan tetapi berkebalikan dari itu, ketersediaan air, terutama air bersih untuk diminum justru semakin berkurang. Bahkan di beberapa tempat, air bersih layak minum ini sudah menjadi barang yang langka. Sehingga untuk mendapatkannya, diperlukan usaha yang benar-benar ekstra.
Mengapa bisa demikian? Bukankah secara teori, air itu tidak mungkin habis? Bukankah air itu mempunyai siklus?
Air memang mempunyai siklus. Secara teori, perputaran air di dalam siklus air akan membuat air tidak akan pernah habis atau berkurang. Dari mulai terevaporasi, terkondensasi, hingga terpresipitasi, jumlah air bisa dikatakan tetap. Tapi, itu terjadi jika tidak ada faktor-faktor penghambat. Dan jika ada faktor-faktor penghambat, air, terutama air bersih, akan semakin berkurang. Kenyataan inilah yang sedang menimpa kita sekarang. Air bersih (air layak minum), dari hari ke hari, jumlahnya semakin berkurang saja.
Apa yang membuatnya demikian?
Jika dilihat fakta bahwa ketersediaan air di sekitar kita yang semakin berkurang, sangat logis bagi kita berpikir bahwa sudah pasti faktor penghambat siklus air berjalan sempurna itu sangat banyak. Coba kita amati ilustrasi siklus air di bawah ini, kemudian cermati faktor-faktor yang memungkinkan menjadi penghambat siklus air itu.
Sumber gambar : The Amazing Biology, 2008 |
Hal yang paling kentara dan yang potensial menjadi faktor penghambat siklus air di lingkungan kita sekarang adalah semakin berkurangnya tumbuhan. Padahal tumbuhan ini berperan sebagai salah satu sumber uap air dan juga sebagai penahan air. Dengan semakin berkurangnya tumbuhan, air hujan tidak akan terserap ke tanah. Akibatnya, cadangan air tanah tidak mengalami peningkatan. Dan karena penggunaan yang terus menerus, air tanah pun menjadi semakin sedikit.
Selain kuantitas air tanah yang semakin sedikit, persoalan air bersih juga semakin diperparah dengan penurunan kualitasnya, yaitu dengan polusi air. Coba saja kita tengok sungai-sungai yang ada di sekitar kita. Jangankan di kota-kota besar, di pinggiran kota bahkan di kampung-kampung saja, air sungai sudah banyak tercemar. Dari mulai dicemari sampah plastik, limbah industri, hingga limbah-limbah rumah tangga yang susah terurai seperti detergent. Jika sudah begini, air bersih pun semakin susah saja didapat. Sungguh menyedihkan!
Air di Indonesia
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber air. Sekitar enam persen dari persediaan air dunia atau sekitar 21% dari persediaan air di Asia Pasifik, disuplai negara kita. Dari mulai air danau, air sungai, hingga air cekungan.
Kembali, secara teori, air yang ada di Indonesia seharusnya bisa mencukupi kebutuhan semua lapisan masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya, dari waktu ke waktu, berbagai daerah di negara kita selalu mengalami kelangkaan dan kesulitan air. Kecenderungannya, konsumsi air naik secara drastis, sedangkan ketersediaan air bersihnya berkurang jauh lebih banyak. Penyebabnya sudah bisa kita duga yang tidak lain dan tidak bukan adalah kerusakan dan pencemaran lingkungan yang konon sekitar 15–35% per kapita per tahun.
Kesulitan mendapatkan air bersih juga tak hanya terjadi karena berkurangnya cadangan air yang ada. Ketidakmerataan air pun memberi andil akan hal itu. Nusa Tenggara Timur merupakan contoh daerah yang sulit mendapatkan air bersih ini. Jadi tak heran, masyarakat di sana terbiasa mengonsumsi air tidak layak untuk kebutuhan sehari-harinya, bahkan untuk minumnya.
Oase di Padang Pasir…
Semua makhluk hidup membutuhkan air, terutama air bersih yang layak untuk diminum. Apalagi manusia. Dalam setiap aktivitasnya, manusia selalu membutuhkan air bersih. Tanpa air bersih, keberlangsungan hidup akan terganggu. Dan sebaliknya, jika manusia mengonsumsi air yang tidak layak minum, apalagi dalam kurun waktu yang lama, kekurangan air bersih ini bisa menurunkan kualitas manusianya. Terlebih anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Berbagai macam penyakit (misalnya saja diare, cacingan, hingga keracunan yang bisa mengakibatkan kematian) dan juga menurunnya tingkat kecerdasan menjadi bayang-bayang yang selalu merongrong hidup mereka.
Beruntung kesusahan ini dipahami beberapa pihak. Tanpa ‘komando’ dari pemerintah, pihak-pihak ini dengan sukarela menyediakan air bersih, terutama yang layak minum untuk masyarakat yang selama ini membutuhkan. Tak tanggung-tanggung, sejak tahun 2006, pihak ini menjadi oase di padang pasir. Ya, dialah perusahaan air minum Aqua. Di samping mengeluarkan produk air minum yang berkualitas prima, perusahaan ini juga berkomitmen ganda dalam mengedepankan keseimbangan antara keberhasilan ekonomi dan kemajuan sosial. Sehingga bisnisnya juga berkontribusi sosial pada masyarakat. Salah satunya dengan menyediakan sarana dan prasarana air bersih layak minum untuk masyarakat yang membutuhkannya. Kini, lebih dari 100.000 orang di Indonesia sudah menikmati kemudahan mendapatkan air bersih layak minum tersebut.
Jika Mereka Bisa, Kita Juga Bisa!
Apa yang dilakukan perusahaan air minum Aqua layak menjadi teladan semua pihak, termasuk kita. Ya, kita juga bisa berkontribusi pada negara secara khusus dan pada dunia secara umum mengenai problema air bersih layak minum ini.
Bagaimana caranya?
Jika perusahaan air minum Aqua membuat dan memberi sarana dan prasarana air bersih layak minum secara langsung di tempat-tempat yang membutuhkan, maka kita bisa berpartisipasi dalam hal ini secara tidak langsung, yaitu dengan mengurangi beban Bumi akan penyusutan jumlah air bersih dari waktu ke waktu. Tindakan nyatanya bisa dilakukan sebagai berikut.
- Menghemat penggunaan air bersih dengan cara mandi menggunakan shower; mencuci dalam jumlah yang sekalian banyak; hingga menggunakan air bekas mencuci untuk kepentingan menyiram jalan yang berdebu.
- Melakukan penanaman pohon atau tumbuhan di lahan yang kita punya dan membuat biopori. Tujuannya tentu adalah agar air hujan bisa terserap ke tanah sehingga bisa menambah cadangan air tanah.
- Tidak membuang sampah plastik, styrofoam, hingga detergent dan zat berbahaya lain yang susah diuraikan ke sungai.
- Menggunakan produk Aqua, sebab perusahaan Aqua mempunyai program #DariKita, di mana dari setiap produk yang terjual, sebagiannya akan disisihkan untuk mereka yang membutuhkan air bersih. Semakin banyak kita menggunakan, maka semakin banyak pula air bersih beserta sarana dan prasarananya diberikan untuk yang membutuhkan.
Yuk Kita Mulai!
Sebagus apa pun sebuah program, sepeduli apa pun kita pada lingkungan dan masyarakat, jika kita tidak memulainya, dan hanya bicara saja, semua tentu tidak akan menghasilkan apa-apa. Yuk tunjukkan kepedulian kita akan air bersih di Indonesia dan dunia! Bukankah tak ada jaminan bahwa hanya mereka saja yang membutuhkan air bersih? Bukankah suatu saat, lingkungan kita juga mungkin akan mengalami keadaan seperti mereka? Atau mungkin kelak anak cucu kita yang akan merasakannya? Memulainya dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang kecil, dan mulai saat ini juga adalah kunci sukses untuk itu. Misalnya saja dengan melakukan hal-hal sederhana seperti yang sudah diceritakan di atas. Jika semua orang melakukannya, bukan mustahil, semua permasalahan akan kekurangan air bersih bisa teratasi. Dan mungkin juga, siklus air bersih yang sempurna bisa terjadi. Air bersih mudah didapat dan dalam jumlah yang banyak. Sehingga berbagai macam gangguan kesehatan yang menurunkan kualitas rakyat Indonesia bisa dikurangi dan dihindarkan. Indonesia lebih sehat. Kehidupan bangsa Indonesia pun menjadi lebih baik. Aamiin… Aamiin… Ya Rabbal Alamin….
Referensi
- http://www.aqua.com/aqua_lestari
- http://nationalgeographic.co.id/forum/topic-1901.html
- http://edition.cnn.com/2014/02/10/tech/innovation/mars-water-flows/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air
- Pitriana, Pipit. 2008. The Amazing Biologi. Bandung: PT. Tinta Emas.
Baca tulisanmu membuat harapnaku akan kemenangan pupus mak, hehehe keren bangett. Btw aku nemu bukumu di rak buku mertuaku, yang judulnya "Rahasia Otak Tengah" keren ya udah cetak ulang banyak kali
BalasHapustulisannya selalu keren mak Nia, aku doakan menang ya
BalasHapuswoaaaaaaaaaaaaaa..................... tulisannya keren mak ,............ idenya itu lho kok nemu aja sih yang kaya gini ... tampil beda :)
BalasHapusWidih, mak Nia juga ikutan euy. *langsung jiper* *melipir minggir*
BalasHapusdi tempat saya air bersih banyak Teh... cuma ngangkutnya harus lewat tanjakan huhuhuhu
BalasHapuskomplit mak bahasanya...salut punya baby masih sempat ikut lomba...
BalasHapuskita tak bisa hidup tanpa air mak, orang bilang kita bisa tahan seminggu kalo gak makan, tapi klo sehari gak minum wasalam
BalasHapus