Laman

18.12.14

Sanitasi dan Kesehatan, Kunci Menggapai Mimpi dan Masa Depan

Semasa kuliah dulu, saya punya teman yang memiliki kebiasaan unik. Kebiasaannya begini: setiap ke suatu tempat selain di rumahnya, dia tak pernah sembarangan buang air. Baik itu buang air besar atau pun buang air kecil. Alasannya, semua tempat selain di rumahnya mempunyai air yang kotor.

Di awal-awal masa perkuliahan, teman saya itu terlihat sangat tersiksa. Bagaimana tidak, meskipun rumahnya cukup dekat dari kampus, ketika dia ingin buang air, dia pasti akan pulang ke rumahnya. Tak sekali pun saya melihat dia ke toilet kampus untuk buang air. Barulah ketika masuk semester 2, dia berani buang air. Itu pun hanya di toilet lantai 3 gedung jurusan kami. Jadi tak heran, jika sedang kebelet sekali pun, dia akan lari terbirit-birit menuju toilet lantai 3 gedung jurusan. Ketika saya tanya kenapa, jawabnya: toilet lantai 3 itu airnya cukup bersih di mata dia. Selain itu, semuanya kotor. Katanya, dia sudah melakukan survey di semua toilet kampus.

Kebiasaan uniknya tak cuma itu saja. Dia juga selalu membawa sabun pencuci tangan di dalam ranselnya. Bahkan jika sedang kuliah lapangan, sabun pencuci tangan itu ditemani air mineral. Ya, air mineral yang dibekalnya dobel. Sebagian untuk minum dan sebagian lagi untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Lagi-lagi, alasannya karena air di lapangan pasti sangat kotor. Sungguh, kebiasaan yang menurut saya super duper steril itu membuat geleng-geleng kepala.

Keheranan saya terjawab saat saya kerja kelompok di rumahnya. Ya, kebiasaan si teman saya tadi, ternyata tidak hanya dilakukan dia seorang. Kakak-kakaknya, adik-adiknya, bahkan orangtuanya pun begitu. Hal ini saya tahu ketika saya dan teman-teman yang lain diajak makan bersama. Mereka sekeluarga mencuci tangan dengan sabun pencuci tangan sebelum makan. Bahkan ibunya, mencuci tangan dengan menggunakan air mineral. Padahal itu di rumahnya sendiri. Bagaimana bisa? Saya yang hanya mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar saja, tentu sangat heran dengan kebiasaan keluarga yang satu itu.

Usut punya usut, kebiasaan yang cukup unik ini ternyata ada penyebabnya. Semua berawal dari pekerjaan ibunya. Yupp! Ibunya yang bekerja sebagai peneliti di sebuah lembaga, pada suatu kali mendapat tugas meneliti sampel air limbah. Entah mungkin karena kurang berhati-hati atau karena apa, si ibu teman saya itu, tubuhnya terkontaminasi bakteri coliform. Bakteri yang banyak tumbuh di kotoran manusia itu ternyata masuk ke dalam tubuhnya. Bahkan sampai ke saluran kandung kemihnya (yang meliputi ginjal, ureter, kantung kemih, dan juga uretra), sehingga akhirnya, si ibu teman saya itu terinfeksi dan sakit. Nama penyakitnya adalah urinary tract infection atau infeksi saluran kandung kemih.

Jika saat itu hanya penyakit itu saja yang menimpa, mereka sekeluarga mungkin tidak separanoid itu terhadap kotor. Musibah lainlah yang membuat mereka sangat bersedih. Ya, bertepatan dengan kejadian sakit yang berlangsung hampir 3 bulan itu, beasiswa S-2 ke luar negeri yang diajukan dan begitu diimpikan sang ibu, tiba-tiba ada kabarnya. Dan sang ibu, menjadi salah satu penerima beasiswa tersebut. Tetapi karena si ibu tidak bisa mengikuti sesi wawancara dan seleksi lainnya hingga sampai waktu yang ditentukan, bahkan hingga masa tambahan habis, kesempatan emas itu pun hangus begitu saja. Dari sanalah, sejak saat itu, mereka sekeluarga sangat memperhatikan kebersihan. Bagi mereka, kebersihan bukan hanya urusan tubuh semata, tetapi juga menjadi penentu masa depan dalam mencapai impian.

Wah, Ternyata Bisa Sampai Begitu!
Apa yang terjadi pada teman saya, memang cukup mengagetkan. Benarkah bisa sampai begitu? Benarkah kelalaian dalam menjaga kebersihan bisa membuat cita-cita dan impian kita melayang? Ya, itu benar! Ibu teman saya adalah contoh nyatanya dan dia hanya satu dari sekian banyak manusia di dunia atau di Indonesia yang kehilangan kesempatan dalam mewujudkan cita-cita dan impiannya. Ada banyak sekali orang, bahkan anak-anak di luar sana yang kehilangan masa depan hanya karena kesehatan tubuhnya yang buruk akibat sanitasi yang buruk pula. Padahal, penyakit-penyakit akibat sanitasi yang tidak layak ini, bisa dicegah.

Pantas saja ibu teman saya, tubuhnya terkontaminasi bakteri coliform. Sebab dari catatan Joint Monitoring WHO/UNICEF (2010), ada lebih dari 63 juta orang yang di dunia ini yang buang air tidak pada tempatnya. Dan lebih dari 46% rumah tangga belum memiliki fasilitas jamban yang memadai. Jadi jelas, bakteri coliform yang memang berasal dari feses manusia, dengan mudah mencemari sumber air minum kita. Tidak asing juga kan kita mendengar anak-anak bahkan orang dewasa yang terjangkit penyakit diare? Ya, penyebab terbesar dari penyakit diare ini adalah sanitasi yang buruk yang bisa dilihat dari tidak layaknya air yang digunakan sehari-hari, terutama air minum. Dan di Indonesia, dua per tiga kematian balita disebabkan oleh diare. Sungguh mengerikan, bukan? Tentu saja, sebab sebagaimana kita tahu, anak-anak merupakan tunas harapan bangsa. Di tangan merekalah bangsa ini kelak akan dipegang. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus, akan seperti apa negara kita? Bukan mustahil juga nantinya negara kita kehilangan satu atau beberapa generasi, jika masalah kesehatan generasi penerusnya tidak ditangani sejak sekarang.

Semua Bisa Diawali dengan Hal yang Kecil...
Ibu saya pernah berkata bahwa kebanyakan penyakit, itu berawal dari perut. Maksudnya, pangkal dari hampir semua penyakit itu adalah makanan dan kebiasaan dalam makan. Diabetes, itu terjadi karena kebiasaan makan makanan yang manis. Kolesterol, itu terjadi karena kebiasaan makan makanan berlemak. Hampir semuanya begitu. Dan untuk diare, jelas itu terjadi karena makanannya yang kotor atau tangannya yang kotor saat makan.

Perilaku mencuci tangan dengan benar, sepertinya masih sangat minim dilakukan warga negara kita. Sebagai contohnya saya pernah mengamati orang-orang yang hendak makan di sebuah restoran. Entah karena terburu-buru ingin makan atau memang karena kebiasaannya begitu, mencuci tangan dilakukan hanya sebatas membasahi tangan semata. Jangankan memakai sabun, membiarkan air mengalir melewati tangan saja tidak. Bahkan banyak dari mereka yang meminta air kobokan sebagai tempat mencuci tangan. Baik untuk mencuci sebelum makan maupun setelah makan. Bisa dibayangkan bukan kuman-kuman yang ada di air kobokan?

Mencuci tangan memang hal yang sepele. Sekilas, mencuci tangan dengan benar dan tidak benar itu tidak ada bedanya. Tapi begitulah adanya. Hal besar selalu diawali dengan hal yang kecil. Bahkan terlihat sepele tadi. Termasuk kesehatan. Mencuci tangan yang benar dengan memakai sabun dan menggunakan air mengalir dapat menurunkan risiko diare hingga 50%. Jika diare bisa dihindari, maka kesehatan akan terus terjaga. Dan bukan mustahil, jika dilakukan semua orang, kematian akibat diare tidak akan terjadi lagi.

Awali dari Diri Sendiri dan Dimulai Saat Ini!
Apa yang terjadi pada teman saya, sedikit banyak mengubah pola pikir saya. Saya yang biasanya hidup seenaknya dan tak begitu peduli pada kebersihan, sejak saat itu, meskipun tidak sesteril si teman, saya mulai perhatian dengan kesehatan yang dimulai dari kebersihan tangan. Tak hanya untuk diri saya sendiri. Mengingatkan orang lain untuk selalu menjaga kebersihan tangan, terutama saat akan makan, sesudah makan, dan sesudah buang air dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun, selalu saya lakukan. Sungguh, saya tidak mau jika kejadian serupa menimpa saya, orang-orang yang saya cintai, atau orang-orang di sekitar saya yang lainnya. Jangan sampai penyakit akibat kelalaian dalam menjaga kebersihan menghentikan cita-cita dan impian.

Yuk, kita perbaiki kebiasaan kita! Tak perlu menunggu hingga penyakit-penyakit itu ‘mampir’ pada tubuh kita atau tubuh-tubuh orang di sekitar kita. Tak perlu juga kita melakukan hal yang besar di luar kemampuan kita. Cukup dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum makan, setelah makan, dan setelah buang air. Jangan lupa juga untuk tidak buang air besar sembarangan, tetapi di kloset yang ditampung septic tank. Mari lakukan semuanya dari diri sendiri dan dimulai saat ini!

Lima Pilar Sanitasi
Pemerintah sudah pasti adalah pihak yang paling concern dengan permasalahan sanitasi ini. Karenanya, pemerintah membuat Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Program ini memiliki lima pilar yang merupakan kerangka kerja. Tentu saja, pilar-pilar ini penting untuk memperbaiki sanitasi. Kelima pilar tersebut adalah sebagai berikut.
•    Penghapusan buang air besar di tempat terbuka
•    Mencuci tangan dengan sabun
•    Pengolahan air rumah tangga
•    Pengelolaan sampah padat
•    Pengelolaan limbah cair
Nah dari 5 pilar di atas, yang manakah yang bisa kita lakukan untuk membantu pemerintah dalam menyukseskan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)? Betul sekali! PILAR MENCUCI TANGAN DENGAN SABUN!

ProjectSunlight
Beruntung sekali kita punya pihak swasta yang peduli pada permasalahan sanitasi ini. Tanpa komando dan tanpa bantuan materil dari pemerintah, pihak swasta ini bergerak dalam mengkampanyekan pentingnya sanitasi bagi kehidupan. Tak hanya untuk kehidupan sekarang, kehidupan kita dan anak cucu kita di masa yang akan datang, tak luput dari program kepeduliannya. Pihak swasta ini tak lain dan tak bukan adalah PT Unilever Indonesia, Tbk melalui program ProjectSunlight. Mau tahu seperti apa ProjectSunlight itu? Coba saja Anda lihat di www.projectsunlight.co.id dan juga https://www.facebook.com/unileverid. Tak hanya menyediakan berbagai info mengenai program ini, Anda juga akan diajak untuk ikut berpartisipasi. Anda bisa menonton tayangan video gagasan anak tentang masa depan, menuliskan ide untuk brightfuture, menjadi relawan brightfuture atau berkontribusi dalam pembelian produk PT Unilever Indonesia. Dari sini, Unilever akan mengalokasikan setiap partisipasi sebagai bentuk dukungan dalam menyelenggarakan program edukasi dan penyediaan fasilitas sanitasi di Sumba, NTT.
Dira Noveriani, salah satu ikon ProjectSunlight

Ah Semoga Saja...
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan dengan air mengalir mungkin memang bukan kebiasaan kita. Akan tetapi, karena hal ini bertujuan untuk kebaikan diri kita sendiri dan juga demi kebaikan orang banyak, kita harus mau melakukannya. Dan kita juga harus mampu mengajak orang lain untuk turut serta melakukannya. Kemudian menjadikannya sebagai kebiasaan. Inilah hal kecil yang bisa kita lakukan dalam mewujudkan dan menyukseskan salah satu dari 5 pilar Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dari pemerintah.

Semoga saja apa yang kita, pemerintah, dan juga ProjectSunlight lakukan, bisa berjalan dengan lancar dan sukses. Sehingga tujuan baiknya bisa tercapai dengan segera. Dan penyakit-penyakit akibat sanitasi buruk, tidak terjadi lagi. Dan sanitasi serta kesehatan bisa menjadi kunci untuk menggapai mimpi dan masa depan.  Yuk kita ikut andil menyukseskannya!

4 komentar:

  1. iya ya mak, keliatannya sepele..cuma cuci tangan...tapi pengaruhnya besar bagi kesehatan...TFS. Saya nih yg suka bandel kalo cuci tangan pake air aja...:)

    BalasHapus
  2. simple things like washing our hands can help ...semoga semua terbiasa ya..dan bisa hidup lebih sehat tentunya :)

    BalasHapus
  3. Selamat mak Nia !!
    Proud of you.

    BalasHapus
  4. semuanya berawal dari diri sendiri, ya, Mak :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)