Siapa bilang ibu mertua itu galak? Siapa bilang ibu mertua itu sadis? Dan siapa bilang ibu mertua itu killer? Itu sih hanya ada di sinetron-sinetron dan film-film. Buktinya, ibu mertuaku laksana seorang malaikat. Ya, persis dengan ibu kandungku. Meski tak seterbuka ibu kandungku, kasih-sayang dan perhatian ibu mertua itu nyata adanya. Sekarang, ibu mertuaku itu seperti seorang sahabat. Ini salah satu cerita mengenai kebaikan beliau.
***
Siang itu bukanlah hari libur. Kebetulan saja, hari itu tak ada jadwal kuliah, sehingga walau pun sudah jam 11 siang, aku masih bermalas-malasan di dalam kamar. Suamiku sendiri sudah pergi bekerja. Waktu itu, adalah bulan ketiga di usia pernikahanku. Dan aku belum mengalami tanda-tanda kehamilan. Ya, aku memang menikah ketika masih kuliah. Dan karena belum mempunyai rumah sendiri, aku dan suami tinggal di rumah mertua, yang kebetulan memiliki rumah yang besar.
Angin yang besar membuat siang itu terasa dingin. Aku pun tidur-tiduran di dalam kamar dengan berselimut. Tiba-tiba, dari luar kamar terdengar suara orang mengetuk pintu. Karena aku lambat membukanya dan pintu tidak dikunci, akhirnya si pengetuk membuka pintu kamar. Dia ternyata adalah ibu mertuaku. Dengan setengah kaget, dia lalu menghampiriku.
Angin yang besar membuat siang itu terasa dingin. Aku pun tidur-tiduran di dalam kamar dengan berselimut. Tiba-tiba, dari luar kamar terdengar suara orang mengetuk pintu. Karena aku lambat membukanya dan pintu tidak dikunci, akhirnya si pengetuk membuka pintu kamar. Dia ternyata adalah ibu mertuaku. Dengan setengah kaget, dia lalu menghampiriku.
“Kamu sakit?” tanyanya tergopoh-gopoh.
“Enggak, Ma,” jawabku.
“Tapi, kenapa pake selimut?” tanyanya lagi.
“Agak dingin aja, Ma,” jawabku sambil tersenyum.
“Enggak, Ma,” jawabku.
“Tapi, kenapa pake selimut?” tanyanya lagi.
“Agak dingin aja, Ma,” jawabku sambil tersenyum.
Ibu mertuaku lalu pergi ke luar kamar setelah sebelumnya dia memegang keningku terlebih dahulu.
Satu jam berlalu. Ibu mertuaku kembali masuk ke dalam kamarku. Tapi kali ini dia menyuruhku untuk segera makan siang. Dia menawarkan dirinya untuk mambawakan makan siang itu ke kamarku atau aku yang ke ruang makan. Karena aku merasa baik-baik saja, aku pun segera pergi ke ruang makan.
Sesampainya di meja makan, aku kaget teramat sangat. Bagaimana tidak, di meja makan sudah tersedia banyak sekali makanan. Dan makanan-makanan itu adalah makanan yang aku sukai. Ya… ya… ya…, tanpa aku tahu, suamiku pernah mengatakan masakan buatan ibu mertua yang sangat aku sukai padanya. Dan siang itu, semua tersaji di meja makan.
“Ayo makan. Kamu pasti lapar. Jangan biarin calon anakmu kelaparan. Ayo, pilih mana yang mau kamu makan!” ucap ibu mertuaku.
Ya ampun! Ibu mertuaku berpikir bahwa aku sedang ngidam dan mabok sehingga aku tiduran dan berselimut. Dia memasakkan semua makanan di meja makan itu untuk aku. Agar aku dan calon cucu yang dikirannya sudah ada di dalam perutku tidak kelaparan. Aku sungguh terharu. Aku pun menitikkan air mata.
“Tapi, Ma, aku tidak hamil,” ucapku pelan. Aku takut ibu mertuaku kecewa.
Ibu mertuaku tersenyum.
“Ah sudahlah. Mau hamil atau tidak, ayo cepet makan siang. Ini udah jam 12 lewat. Kamu nanti tambah sakit,” ujarnya menenangkanku.
Aku pun tersenyum sambil mengusap air yang menetes dari ujung mataku.
“Makasih, Ma. Mama juga makan, atuh,” kataku.
“Ya sudah, yuk makan bareng,” ajaknya sambil menyendok nasi ke piring untuk aku.
Ibu mertuaku tersenyum.
“Ah sudahlah. Mau hamil atau tidak, ayo cepet makan siang. Ini udah jam 12 lewat. Kamu nanti tambah sakit,” ujarnya menenangkanku.
Aku pun tersenyum sambil mengusap air yang menetes dari ujung mataku.
“Makasih, Ma. Mama juga makan, atuh,” kataku.
“Ya sudah, yuk makan bareng,” ajaknya sambil menyendok nasi ke piring untuk aku.
Jadilah siang itu aku dan ibu mertuaku makan bersama. Sambil bercerita banyak hal, ibu mertuaku menyendokkan makanan ini-itu untukku. Tentu saja, aku senang dibuatnya. Aku sungguh tak menyangka, dia begitu perhatian padaku.
Tanpa aku duga, beberapa hari setelah makan siang itu, kejadian yang sempat disangkakan ibu mertuaku sungguh terjadi. Ya, aku mabok dan ngidam. Benar sekali! Aku hamil. Dan dugaan ibu mertuaku saat siang itu, ternyata benar adanya.
Sejak saat itu, kasih sayang ibu mertuaku semakin terlihat. Dia begitu perhatian pada apa pun yang aku lakukan. Dia bahkan melarangku untuk banyak bekerja hingga kehamilanku mencapai usia yang aman. Bahkan hingga saat aku melahirkan. Dan di saat melahirkan pun, dia setia menemaniku bersama ibuku. Berkat doanya pula, aku bisa melahirkan dengan normal dan lancar. Alhamdulillah. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan umur yang panjang untuk ibu mertuaku. Apalagi di saat sekarang ketika ibu mertuaku sedang sakit. Sungguh, aku sayang ibu mertuaku. Ibu Mertuaku Sahabatku.
ah. terharu banget bacanya. bersyukur banget ya mbak :))
BalasHapusNgak semua ibu mertua itu ternyata sadis ama mantu nya yaaa hahaha
BalasHapuscuma di tv tv aja yang melebih - lebihkan kalau ibu mertua itu killer hehe ya mungkin beberapa memang ada tapi gak seperti dalam film di tv juga yang sadis haha
BalasHapus