Pagi itu, seperti biasa, cuaca kota Bandung sangatlah dingin. Meski diperjelas dengan kabut tebal yang menyelimuti beberapa gedung kampus, saya tak sedikit pun merasa kedinginan. Sebaliknya, saya malah kepanasan. Dengan jantung yang terus berdegup kencang dan keringat bercucuran yang membasahi badan.
Sebenarnya badan yang kepanasan itu sudah saya rasakan sejak langkah pertama meninggalkan rumah. Tapi karena pikiran tak tenang, semua hal itu menjadi terkesampingkan.
Ya, hari itu adalah hari terakhir pembayaran SPP. Walau sudah mendapatkan penangguhan selama sebulan, uang SPP yang saat itu sekitar 500 ribuan, belum juga saya dapatkan. Tidak, saya tidak suka disebut sebagai mahasiswa yang miskin. Saya hanya seorang anak dari orang tua yang pas-pasan, yang menguliahkan 3 anaknya, dalam waktu yang bersamaan. Bisa dibayangkan bukan bagaimana repotnya orang tua saya yang tidak punya asuransi pendidikan untuk anak-anaknya, tapi harus mengeluarkan uang SPP dalam waktu yang hampir bersamaan?
Sebagai anak yang dikuliahkan paling akhir, saya tentu harus mengalah. Kakak-kakak saya yang sudah di semester-semester terakhirlah yang diprioritaskan mendapat uang SPP itu. Sementara saya, akan diusahakan belakangan. Namun hingga hari terakhir penangguhan, uang SPP itu tak juga saya dapatkan.
Pikiran saya tak jelas arah. Bayangan putus kuliah, membuat saya ingin marah. Tapi saya bisa apa? Yang saya lakukan cuma bisa pasrah.
Saat sedang kalut, tiba-tiba saya teringat akan beasiswa kerja yang saat itu baru saja dijalani sekitar sebulanan. Ya, di kampus saya, dulu ada yang namanya beasiswa kerja. Beasiswa yang mengharuskan mahasiswanya bekerja sekitar 2 - 3 jam per hari di sela-sela waktu perkuliahannya itu, konon uang beasiswanya bisa turun bahkan di awal-awal tugas pekerjaan dilaksanan. Berbekal harapan itu, saya pun berbesar hati dan langsung menuju ATM BNI.
Air hangat pun mengalir di kedua ujung mata saya. Enam digit angka di layar mesin ATM, begitu jelas terbaca. Menguap sudah kesedihan saya. Dan bayangan cita-cita itu, kembali tergambar nyata.
BNI Si 'Cinta Pertama'
Kejadian itu terjadi sekitar 17 tahun yang lalu. Meski sudah lama, saya masih bisa mengingatnya. Bahkan hingga ke bagian-bagian detailnya. Sebab saat itu, saya sudah merasa, cita-cita saya berkuliah hingga tamat dan kemudian bekerja, akan berakhir saja.
Beruntung, ATM BNI menyelamatkan saya. Uang beasiswa yang tak pernah saya bayangkan, ternyata muncul di saat yang diharapkan. Dan begitu seterusnya. Tak sekali dua kali. Hampir setiap bulan, uang beasiswa saya dapatkan. Tak hanya dari beasiswa kerja, beasiswa-beasiswa lainnya pun turun melalui rekening BNI saya. Dan tentu, ini teramat sangat membantu uang perkuliahan saya, yang seringnya tidak menentu.
Sebagai anak desa, mempunyai tabungan di bank tentu adalah hal yang luar biasa. Dan BNI menjadi bank pertama bagi saya. Meski tak banyak menabung, dan seringnya hanya menjadi sarana untuk membayar SPP serta ‘diamnya’ uang beasiswa, tetapi BNI sangat berkesan di hati saya. Tak cuma sebagai penyimpan uang saja, BNI sudah saya anggap sebagai sahabat. Ada perasaan yang mengharu biru setiap kali mengenang pengalaman bersama BNI di waktu dulu. Ada tawa gembira ketika uang beasiswa-beasiswa itu tiba. Dan ada pula tangisan sedih ketika ATM yang sekaligus KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) BNI hilang entah ke mana. Semua sungguh, membuat BNI menjadi layaknya ‘cinta pertama’, yang kenangannya tak lekang ditelan masa.
BNI, Kepadamu Saya Kembali
BNI, buat saya bukanlah sekadar masalah uang, bank, dan nasabahnya. Ada perasaan dan kenangan saya yang terlibat dengannya. Bersamanya saya punya harapan. Bersamanya saya bisa bermimpi. Dan bersamanya, saya bisa menggapai mimpi.
Kini, 'cinta' saya kembali bersemi kepada BNI. Dengan membuka Taplus di sana, kenangan saya akannya, seperti berwujud nyata. Meski bukan menjadi nasabah di bank BNI yang dulu, tetapi di bank BNI dekat rumah, kenangan-kenangan indah itu menguatkan 'cinta' saya kepadanya. Semoga saja, kenangan-kenangan indah itu, kian hari, kian bertambah.
Kenapa Pilih BNI?
Banyak sekali hal yang membuat saya kini memilih BNI. Mau tahu apa sajakah itu?
Selain Itu…
Selain produk Taplus, BNI punya banyak produk yang bisa dipilih. Misalnya saja BNI Taplus Bisnis, BNI Taplus Muda, BNI Tappa, BNI Haji, BNI Tapenas, BNI Taplus Anak, Tabunganku, BNI Giro, BNI Dollar, BNI Deposito, dan BNI Duo. Produk pinjamannya juga banyak. Untuk mendapatkan info lengkapnya, kita cuma tinggal datang ke BNI terdekat dan meminta info, kemudian memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan kita. Mudah dan praktis.
Yuk Ke BNI!
Pengalaman BNI yang sudah berdiri sejak tahun 1946 tentu bisa dijadikan pegangan. Keamanannya, kenyamanannya, kemudahannya, produk-produknya, hingga keuntungannya sudah dirasakan jutaan nasabahnya. Demikian juga dengan saya. Saya tak ragu dengan BNI. Sebaliknya, saya justru bangga menjadi salah satu nasabah BNI. Sebab BNI memiliki banyak prestasi dan kepedulian yang tiada henti. Bersama dengan BNI, saya sudah menggapai mimpi. Yuk ke BNI!
Dalam menyambut ulang tahun yang ke-96, sebagai salah satu nasabahnya, saya mengucapkan Dirgahayu, BNI. Semoga BNI selalu amanah, semakin dipercaya, semakin maju, dan semakin turut menyejahterakan bangsa Indonesia. Hingga pelosok nusantara. Jaya terus BNI!
Sebenarnya badan yang kepanasan itu sudah saya rasakan sejak langkah pertama meninggalkan rumah. Tapi karena pikiran tak tenang, semua hal itu menjadi terkesampingkan.
Ya, hari itu adalah hari terakhir pembayaran SPP. Walau sudah mendapatkan penangguhan selama sebulan, uang SPP yang saat itu sekitar 500 ribuan, belum juga saya dapatkan. Tidak, saya tidak suka disebut sebagai mahasiswa yang miskin. Saya hanya seorang anak dari orang tua yang pas-pasan, yang menguliahkan 3 anaknya, dalam waktu yang bersamaan. Bisa dibayangkan bukan bagaimana repotnya orang tua saya yang tidak punya asuransi pendidikan untuk anak-anaknya, tapi harus mengeluarkan uang SPP dalam waktu yang hampir bersamaan?
Sebagai anak yang dikuliahkan paling akhir, saya tentu harus mengalah. Kakak-kakak saya yang sudah di semester-semester terakhirlah yang diprioritaskan mendapat uang SPP itu. Sementara saya, akan diusahakan belakangan. Namun hingga hari terakhir penangguhan, uang SPP itu tak juga saya dapatkan.
Pikiran saya tak jelas arah. Bayangan putus kuliah, membuat saya ingin marah. Tapi saya bisa apa? Yang saya lakukan cuma bisa pasrah.
Saat sedang kalut, tiba-tiba saya teringat akan beasiswa kerja yang saat itu baru saja dijalani sekitar sebulanan. Ya, di kampus saya, dulu ada yang namanya beasiswa kerja. Beasiswa yang mengharuskan mahasiswanya bekerja sekitar 2 - 3 jam per hari di sela-sela waktu perkuliahannya itu, konon uang beasiswanya bisa turun bahkan di awal-awal tugas pekerjaan dilaksanan. Berbekal harapan itu, saya pun berbesar hati dan langsung menuju ATM BNI.
Air hangat pun mengalir di kedua ujung mata saya. Enam digit angka di layar mesin ATM, begitu jelas terbaca. Menguap sudah kesedihan saya. Dan bayangan cita-cita itu, kembali tergambar nyata.
Bank BNI di kampus tercinta Sumber di sini |
BNI Si 'Cinta Pertama'
Kejadian itu terjadi sekitar 17 tahun yang lalu. Meski sudah lama, saya masih bisa mengingatnya. Bahkan hingga ke bagian-bagian detailnya. Sebab saat itu, saya sudah merasa, cita-cita saya berkuliah hingga tamat dan kemudian bekerja, akan berakhir saja.
Beruntung, ATM BNI menyelamatkan saya. Uang beasiswa yang tak pernah saya bayangkan, ternyata muncul di saat yang diharapkan. Dan begitu seterusnya. Tak sekali dua kali. Hampir setiap bulan, uang beasiswa saya dapatkan. Tak hanya dari beasiswa kerja, beasiswa-beasiswa lainnya pun turun melalui rekening BNI saya. Dan tentu, ini teramat sangat membantu uang perkuliahan saya, yang seringnya tidak menentu.
Sebagai anak desa, mempunyai tabungan di bank tentu adalah hal yang luar biasa. Dan BNI menjadi bank pertama bagi saya. Meski tak banyak menabung, dan seringnya hanya menjadi sarana untuk membayar SPP serta ‘diamnya’ uang beasiswa, tetapi BNI sangat berkesan di hati saya. Tak cuma sebagai penyimpan uang saja, BNI sudah saya anggap sebagai sahabat. Ada perasaan yang mengharu biru setiap kali mengenang pengalaman bersama BNI di waktu dulu. Ada tawa gembira ketika uang beasiswa-beasiswa itu tiba. Dan ada pula tangisan sedih ketika ATM yang sekaligus KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) BNI hilang entah ke mana. Semua sungguh, membuat BNI menjadi layaknya ‘cinta pertama’, yang kenangannya tak lekang ditelan masa.
BNI, Kepadamu Saya Kembali
BNI, buat saya bukanlah sekadar masalah uang, bank, dan nasabahnya. Ada perasaan dan kenangan saya yang terlibat dengannya. Bersamanya saya punya harapan. Bersamanya saya bisa bermimpi. Dan bersamanya, saya bisa menggapai mimpi.
Kini, 'cinta' saya kembali bersemi kepada BNI. Dengan membuka Taplus di sana, kenangan saya akannya, seperti berwujud nyata. Meski bukan menjadi nasabah di bank BNI yang dulu, tetapi di bank BNI dekat rumah, kenangan-kenangan indah itu menguatkan 'cinta' saya kepadanya. Semoga saja, kenangan-kenangan indah itu, kian hari, kian bertambah.
Kenapa Pilih BNI?
Banyak sekali hal yang membuat saya kini memilih BNI. Mau tahu apa sajakah itu?
- Kenangan yang tak hilang ditelan zaman. Hal pertama yang membuat saya kini memilih BNI, jujur adalah kenangan saya dengan BNI di zaman perkuliahan. Iya, kenangan indah dan sedih itu sangat membekas. Mengingat BNI, seperti mengingat perjalanan menggapai mimpi. Dan mimpi itu, Alhamdulillah bisa terwujud kini.
- BNI adalah bank yang paling dekat dari rumah. Yupp, bank terdekat dari rumah saya adalah BNI. Jaraknya hanya sekitar 500 meter saja. Jadi jelas, dengan menjadi nasabah BNI, bertransaksi apa saja, sangat mudah saya lakukan.
Bank BNI di kota saya |
- ATM BNI jumlahnya banyak dan ada di mana-mana. Ini yang sangat penting. ATM BNI jumlahnya banyak dan ada di mana-mana. Jadi ketika bank BNI tutup, masa-masa liburan, atau kapan saja butuh uang, tinggal tarik tunai di ATM terdekat. Dari satu ATM BNI ke ATM BNI lainnya, jaraknya tak lebih dari 1 km saja.
- Bank BNI memberikan banyak layanan. Meski saya hanya menggunakan layanan BNI Taplus, layanan BNI yang ditawarkan cukup banyak dan membuat saya nyaman. Dari mulai e-banking, sms banking, ATM 24 jam, hingga pengikutsertaan pada undian berhadiah.
- Proses pembukaan rekening yang mudah. Setelah rekening tabungan BNI kampus ditutup karena lulus, untuk membuka tabungan baru, awalnya saya enggan. Tapi karena prosesnya yang mudah, dan berbagai alasan yang saya kemukakan di atas, akhirnya saya membuka rekening baru. Ya, hanya dengan membawa KTP dan uang setoran awal sebesar Rp250.000 saja, saya sudah memperoleh rekening, buku tabungan, dan juga kartu ATM. Adapun kartu yang ditawarkan adalah kartu Silver, Gold, dan juga Platinum.
Tabungan BNI Taplus milik saya |
Selain Itu…
Selain produk Taplus, BNI punya banyak produk yang bisa dipilih. Misalnya saja BNI Taplus Bisnis, BNI Taplus Muda, BNI Tappa, BNI Haji, BNI Tapenas, BNI Taplus Anak, Tabunganku, BNI Giro, BNI Dollar, BNI Deposito, dan BNI Duo. Produk pinjamannya juga banyak. Untuk mendapatkan info lengkapnya, kita cuma tinggal datang ke BNI terdekat dan meminta info, kemudian memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan kita. Mudah dan praktis.
Yuk Ke BNI!
Pengalaman BNI yang sudah berdiri sejak tahun 1946 tentu bisa dijadikan pegangan. Keamanannya, kenyamanannya, kemudahannya, produk-produknya, hingga keuntungannya sudah dirasakan jutaan nasabahnya. Demikian juga dengan saya. Saya tak ragu dengan BNI. Sebaliknya, saya justru bangga menjadi salah satu nasabah BNI. Sebab BNI memiliki banyak prestasi dan kepedulian yang tiada henti. Bersama dengan BNI, saya sudah menggapai mimpi. Yuk ke BNI!
Dalam menyambut ulang tahun yang ke-96, sebagai salah satu nasabahnya, saya mengucapkan Dirgahayu, BNI. Semoga BNI selalu amanah, semakin dipercaya, semakin maju, dan semakin turut menyejahterakan bangsa Indonesia. Hingga pelosok nusantara. Jaya terus BNI!
ini memang bank andalan...saya juga pakai lhoo...dan ada cabangnya di New York :)...good luck yaaaa
BalasHapusDi New York ada? Wow...
HapusTengkyu, Mak :)
Dikampusku juga dulu pake BNI mak..biasanya buat transfer SPP :)
BalasHapusKayaknya semua PTN pake BNI, ya...
HapusBNI memang bank udah melegenda bgt ya mak.secara umurnya juga hampir sm dengan umur kemerdekaan indonesia
BalasHapusBetul, Mak...
HapusWah..ternyata banyak cerita dengan BNI ya .. Suka duka di masa perkuliahan bersama BNI gak akan mudah dilupakan, ya mbak...
BalasHapusIya, Mak...
HapusDaku juga nasabah BNI. Dari SMA sudah jadi nasabahnya :)
BalasHapusWaw... udah lama dong, ya...
Hapusitu bni yg di taman sari yah? dulu saya biasanya ke bni yg di gku baru...
BalasHapusBetul, itu BNI Taman Sari. Aku ke BNI GKU Baru kalo nabung, ke BNI Taman Sari mah buat bayar SPP :)
Hapusoh... hihihi...
HapusCinta sejati nih sama BNI :-)
BalasHapusBetul betul betul... :D
HapusHihi, sama mbaa... Aku jg pertama buka tabungan di BNI, eh dpt cc jg BNI. Makin lancar lab urusan travelingku. Sukses selalu utk mu yaaa. ..
BalasHapusTengkyu, maaak...
Hapussepertinya BNI pun menjadi cinta pertama Farras, anak saya mba.... :D
BalasHapusToss sama Farras :)
HapusBNI memang bank yang paling nyaman untuk bertransaksi, proses nya juga ga ribet kalo pas pembukaan rekening baru
BalasHapusIya bangeeet...
HapusTeteeeeh..
BalasHapusAku punya rekening BNI dari jaman kuliah lhoooo...
Dan sampe sekarang hanya berani punya 1 kartu kredit aja teh, dan BNI aja...dipake kalo lagi urgent aja siiiih...
Buat ngeborong dipidi misalnya hehehe...
Wuih hebat. DVD drakor, kan? Minjeeeem :D
HapusBNI udah lama ya melayani masyarakat ya, Teh ^^b
BalasHapusBetul, udah 69 tahun ya....
HapusBNI ini cinta pertama saya juga Mbak, hehe..
BalasHapus*Toss* :D
Hapusdulu saya pakai BNI pas masih mahasiswa. soalnya akses buat bayar semesteran yang cepet ya pake BNI...tapi sekarang BNI nya udh gak aku pakai..hangus...hahah
BalasHapusWiih teteh sudah merasakan manfaat dari BNI, saya juga sama ... jualan madu pada umumnya pelanggan menggunakan BNI sebagai alat transfer-nya ... SUKSES ya Ceu :D
BalasHapusgood luck deh buat mba nia hhehehe aku belum pake BNI mba :)
BalasHapuscinta pertama bukan cinta monyet ya mbak hehehe. BNI emang top dari jaman dulu ya
BalasHapusBNI itu cabangnya udah banyak banget. Jadi memang memudahkan juga kalau menabung di BNI :)
BalasHapusPTNku dulu juga kerjasama dengan BNI untuk urusan pembayaran SPP atau transfer beasiswa. Bahagia bisa narik uang dari KTM yang sekaligus jadi ATM BNI. Kalau sekarang BNI untuk nerima gaji suami hi hi hi. Sukses terus BNI.
BalasHapusBtw, sekalian mau minta di follow back ya Mbak hi hi (ngarep), baru manjat thread follow-follow an di KEB. Terima kasih :)
Tabungan BNI ku mati hehehe, kayak nya perlu di isi ulang :-)
BalasHapusBNI masa kuliah, penuh dengan kenangan, sayapun merasakannya mbak aktu jadi mahasiswa dulu, bergantung banget sama ATM BNI
BalasHapusTabungan BNI ku jarang diisi, tapi dua adekku pake BNI ini. Hehe. Moga menang ya, mak.
BalasHapusnasabah setia..
BalasHapussaya juga ada rekening BNI tapi lebih aktif di bank Jatim dan BRI heheee
Dulu pertama kali buka tabungan sendiri ya di BNI, soalnya bayar kuliah harus lewat BNI :)
BalasHapusIni udah ada pengumumannya belum ya mak>
BalasHapus-bukanbocahbiasa-