Laman

23.1.16

Lagu Anak Indonesia, Riwayatmu Kini...


“Nia, budakna si eta mah pinter pisan,” ucap mama semangat.
“Pinter kumaha?” jawab saya.
“Eta, nyanyi Sambalado si Ayu Tingting meni nepi ka tamat,” ucap mama lagi.
“Waduh!”

Seperti itulah percakapan saya dan mama siang itu. Yang bukan orang sunda pun kayaknya ngerti dengan percakapan di atas. Ya, mama memuji anak tetangga depan rumah karena kepiawaiannya dalam menamatkan lagu Ayu Tingting, Sambalado. Senada dengan hal itu, di saat yang berbeda, para ibu-ibu lain begitu senang dan bangganya melihat anak-anaknya jogged dangdut ala penyanyi dangdut panggung di sebuah pesta ulang tahun seorang anak tetangga yang lain, manakala diputar lagu Da Aku Mah Apa Atuh, yang dipopulerkan oleh Cita Citata. Saya yang mendengar dan melihat dua kejadian itu, terus terang kaget. Apa yang membanggakannya? Bukankah itu justru membuat miris?

Iya, kedua contoh kejadian di atas menurut saya tidaklah membanggakan. Dan sebaliknya, itu membuat saya miris. Di contoh pertama, tentu hal ini karena lagu Sambalado kan lagu yang isinya tentang percintaan orang-orang yang sudah dewasa. Meskipun tak ada yang bisa dibilang 'bahaya', untuk anak usia 3 tahun, rasanya tak 'sehat' untuk nyanyi seperti itu. Adapun di contoh kejadian kedua, sudahlah anak-anak joged ala penyanyi panggung yang cenderung mengeksploitasi 'bagian perut ke bawah', lagu yang diputar yang ternyata dihafal anak-anak tersebut di luar kepala, adalah jenis lagu dewasa yang muatannya negatif. Iyalah negatif, masa anak-anak kecil sudah diperkenalkan dengan kata 'selingkuhan' dan 'pacar gelap'. Haduh haduh haduh... ngeri!

Alah Bisa Karena Biasa
Beruntung anak balita saya, Zaudan (3,5 tahun) tidak ikut-ikutan seperti itu. Iya, dia tahu lagu-lagu dewasa seperti itu, tapi itu didengarnya bukan dari rumah saya. Di rumah, saya tak pernah menyetel lagu-lagu seperti itu. Dan kalopun anak-anak saya yang besar gak sengaja memutarnya, saya langsung mematikannya. Kemudian, saya jelaskan semua-semuanya. Termasuk pada Zaudan, dengan bahasa sederhana yang bisa dimengertinya. Misalnya, lagu itu mah gak enakeun, atau lagu itu mah lagu buat teteh-teteh dan aa-aa, dan seterusnya. Karena terbiasa seperti itu, si balita pun jadinya gak hafal dan asing dengan lagu-lagu seperti itu.

Ya, alah bisa karena biasa. Prinsip itu yang kiranya saya pegang di dalam hal ini. Otak balita yang gampang suka dengan musik dan lagu, saya arahkan pada musik dan lagu jenis lain yang lebih 'sehat'. Misalnya pada lagu-lagu Nursery Rhyme. Meskipun awalnya tidak sengaja, akhirnya, dua balita di rumah, Zaudan dan Rayyan (1,5 tahun) jadi suka dengan lagu-lagu tersebut.


Mana Lagu-lagu Anak Indonesia?
Dua contoh kejadian di atas mungkin tak akan terjadi jika lagu-lagu anak Indonesia masih popular dan masih eksis. Anak-anak pasti akan bernyanyi lagu-lagu sehat seperti zaman saya dulu yang kalau nyanyi-nyanyi itu lagunya lagu Si Komo, Semut-semut Kecil, atau mungkin lagunya Enno Lerian. Tapi ya gimana lagi, lagu anak-anaknya tidak ada. Ya jelas, lagu-lagu yang sekarang ngehitslah yang kemudian dinyanyikan anak-anak.

Sesekali, lagu-lagu anak-anak zaman dulu memang kadang terdengar, lewat odong-odong misalnya. Tapi lagi-lagi, karena didengarnya tidak terus menerus, yang dinyanyikan mereka tetap saja lagu-lagu dewasa. Pernah lho, karena asingnya anak-anak di lingkungan saya dengan lagu anak-anak, saat naik odong-odong, mereka protes dengan lagunya. Dan lalu mereka minta diputer lagu-lagu dangdut. Duh... Lagu anak Indonesia, riwayatmu kini.

Yuk Memulainya dari Rumah
Anak-anak memang seperti pita kaset atau cd yang masih kosong. Mereka menyerap dan merekam apa-apa yang ada di sekitarnya. Ketika mereka lebih banyak terdedah di lingkungan dewasa, mereka sangat mungkin akan dewasa sebelum waktunya. Hal yang sama jika mereka dibesarkan di lingkungan yang 'diciptakan' pas dengan usianya. Boleh jadi, mereka akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap yang seharusnya.

Menunggu keadaan agar sesuai dengan yang seharusnya bagi anak-anak, misalnya saja dalam hal tersedianya lagu-lagu anak-anak, itu sangat tidak mungkin. Tapi menciptakan keadaan di rumah sendiri agar seperti itu, tidaklah mustahil. Dengan berbagai sarana yang kini sudah ada, seperti internet, kita bisa mengondisikannya.

Yuk kita mulai semua dari rumah. Kita ciptakan kondisi agar anak-anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Jangan biarkan, efek-efek negatif dari luar merusak pola pikir dan memori anak-anak kita. Kita mulai saja dari hal kecil dan kemudian membiasakannya. Yuk yuk yuk....

9 komentar:

  1. Miris ya :( Sayangnya anak-anak sekarang jarang ada yang mau jadi penyanyi anak kayak dulu. Acara idola" cilik di TV pun kebanyakan nyanyi lagu dewasa, hiks -_-

    BalasHapus
  2. Iya betul banget nih. Di sini juga banyak yang seneng banget kalau anak2nya pintar nyanyi lagu2 dewasa. Padahal, lagu anak2/ lagu zaman dlu itu lebih enak didenger sih

    BalasHapus
  3. makasih diingetin mba, saya tuh sekarang kayanya jarang nyanyi buat anak soalnya udah disediain youtube lagu anaknya :)

    BalasHapus
  4. Makanya saya sekarang kalo di mobil atau di rumah nyetelnya lagu-lagunya Popzle dan juga lagu-lagu anak Indonesia yang di jazz kan mbak Nia. Biar anaknyabtahu lagu anak. Hehehe.

    BalasHapus
  5. Benar sekaliii,, saya mau bilang RIP lagu anak indonesia yang dulu sangat populer, anak2 kecil sekarang malah dididik ikut acara TV yang gakkaruan itu,, saya yg masih hamil saja sediihh sekali, mbak :(

    BalasHapus
  6. dulu kita sangat akrab dengan lagu anak-anak, sekarang anak-anak kita malah akrab dengan lagu orang dewasa, hiks :(

    BalasHapus
  7. Iya sesih kadang rindu deh lagu anak2 sekarang anak2 udah ga ada yg tau paling diajarin beberapa aja paa TK terus lupa deh karena kebanyakan tontonan ga mutu ato kita biawa nyetelin youtube kaya aku dirumah. Jadinya nadia lebih banyak tau lagu anak2 yg dari barat.
    Makasih udah diingetin teh kayanya harus mulai nyanyi lagu anak2 Indonesia lqgi sama nadia :)

    BalasHapus
  8. Kangen lagu anak2 jaman dulu. Kalaupun nyanyi bersama anak2, padahal gampang hafalnya, eh malah liriknya diganti...

    BalasHapus
  9. Setelah tahun 2000 ke atas, sudah jarang kita denger lagu anak-anak yang murni lagu anak. Sekarang yang ada anak-anak nyanyi lagu orang dewasa. Duh, miris banget, masih mending didengerin lagu sholawatan jd kalaupun hapal malah bagus buat si Anak. Salam kenal ya mba Nia :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)