Saya, Kopi Instan, dan Kopi Terasi

Teman-teman suka kopi? Sama dong, saya juga. Tapi meskipun suka, saya tidak masuk ke dalam kategori pencandu. Sebab sehari, saya paling hanya minum sekali. Itu pun cuma white coffee, cappuccino, atau semacamnya. Alasannya karena rasanya yang enak. Penginnya sih iya minum banyak. Tapi apa daya, tubuh saya gak kuat dengan efek kopi. Bikin perut perih, gemeteran, dan gampang lapar. Apalagi kalo kopi hitam. Udah deh, setengah gelas aja udah mampu bikin asam lambung saya melambung-lambung dan makan jadi lebih rakus 5 kali lipat. Hehehehehe…

Perkenalan saya dengan kopi sebenernya sudah sejak kecil. Zaman SD, saya sering curi-curi minum kopi hitam dari gelas almarhum bapak. Dan berlanjut serius minum saat hidup saya mengenal kata begadang semasa kuliah. Iya, tugas yang banyak, laporan praktikum, hingga belajar SKS (sistem kebut semalem) di kala mau ujian, bikin saya kenal akrab dengan kopi. Punya suami yang doyan kopi jelas membuat kebiasaan minum kopi menjadi susah hilang. Buntutnya, sampai sekarang, kebiasaan itu gak pernah bisa dihilangkan. Sekali pun sudah berusaha untuk melupakannya.

Efek Kopi di Tubuh Saya

Untuk tubuh saya, kopi memang seringkali menjadi penyebab asam lambung yang naik. Tapi efek ini tentu tak bisa dimengabaikan manfaatnya. Selain rasanya enak, semua orang juga tahu bahwa minum kopi bikin mata yang ngantuk menjadi seger. Yupp, sebagai WAHM (work at home mom), saya seringnya kerja malam. Apalagi sebagai emak yang punya dua balita. Kerja di siang hari jelas-jelas sangat tidak mungkin. Jadinya ya, malemlah saat yang tepat untuk ngedate asyik bareng laptop. Dan mata yang ngantuk di pagi hari, disegarkan lagi dengan segelas kopi. Asyeeeeek!

Minum kopi memang membuat ngantuk hilang. Tapi ini bukan berarti jam tidur menjadi lebih sedikit. Saat efek kopi sudah hilang, si ngantuk pasti dating lagi. Simpelnya, kopi cuma membuat jam ngantuk jadi bergeser. Dan agar kesehatan tubuh tetap terjaga, ketika ngantuk datang lagi, baiknya kita langsung tidur. Kalo ditunda lagi dengan cara minum kopi lagi bisa bahaya. Tubuh bisa ‘berontak’. Beruntung saya mah punya balita yang masih menyusui. Jadi kalo malem begadang dan kurang tidur, jadwal menyusui yang dilakukan sambil tiduran di kasur bisa jadi ajang untuk ‘balas dendam’. Si balita tidur, saya pun ikut tidur. Ya, walopun sesekali, eh sering juga, setelah beres menyusui, si balita turun dari kasur dan main, sedangkan saya ditinggal di kasur karena tertidur. Wkwkwkwk….

Penyuka Kopi Instan

Sebagai penyuka kopi, seringnya saya minum kopi instan. Selain praktis, saya termasuk orang yang gak bisa meracik kopi yang enak. Kalo pake kopi instan kan tinggal seduh aja pake air panas. Udah deh siap minum. Tapi kalo meracik, belum tentu seperti itu. Seringnya saya gagal dapet secangkir kopi yang enak.

Ngomong-ngomong soal kopi instan, saya adalah pemburu kopi jenis kopi ini. Maksudnya begini, dalam rangka nyari kopi instan yang enak, semua jenis kopi instan selalu saya coba. Tak terkecuali dengan kopi yang baru ke luar di pasaran. Mau itu murah atau pun mahal. Dan barulah, jika kopi itu enak, atau cocok dengan selera saya, serta gak gampang bikin perut perih, kopi tersebut akan masuk ke dalam kopi favorit saya.

Pengalaman Buruk Membuat Kopi Sendiri

Sebab lain saya gak suka meracik kopi, selain karena gak bisa, saya juga punya pengalaman buruk. Pengen ngakak dan sekaligus sedih kalo inget cerita ini. Begini, dulu, waktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, almarhum bapak pernah nyuruh saya untuk membuat kopi. Dalam sekejap, kopi yang diminta bapak (tentu saja atas petunjuk bapak dalam jumlah kopi dan gulanya) langsung terhidang. Tapi bukannya puas, baru seteguk bapak meminumnya, dia langsung memuntahkannya. Iya, di muntah.

Ternyata, minuman yang saya seduh bukanlah kopi dan gula. Melainkan terasi dan gula. Iya terasi, penyedap sambel yang terbuat dari udang itu. Kenapa bisa saya sangka sebagai gula, karena di rumah saya, dulu, mama selalu menyimpan terasi udang favoritnya di tempat bumbu yang mirip dengan tempat kopi dalam bentuk serbuk. Jadi terasi yang bentuknya batangan, yang dibelinya langsung dari pembuat terasi di Cirebon dalam jumlah banyak, akan disangrainya sampai matang dalam bentuk serbuk. Dan lalu dimasukkan ke dalam tempat bumbu. Jadi gak heran, kalo sedang buru-buru, siapa pun bakal terkecoh menganggap terasi sebagi kopi. Aduh… bagaimana rasanya ya itu kopi terasi? Hehehehe… saya cuma bisa nyengir bayanginnya.

Untuk Para Peminum Kopi

Untuk para peminum kopi, meskipun saya bukan penggila kopi, pesan saya, banyak-banyak minum air putih, ya. Kopi bikin tubuh dehidrasi. Dari mulai bikin gampang keringetan, bikin haus terus, hingga bikin bolak-balik buang air kecil. Kalo kurang air putih, bahaya. Penyakit-penyakit serius bisa mengancam kita. Pokoknya mah, jaga selalu kesehatan deh. Mencegah akan lebih baik daripada mengobati. Tanpa kopi aja, kita harus banyak minum air putih, apalagi kalo minum kopi. Wajib pisan minum banyak. Tetap sehat selalu!