Laman

20.1.16

Sejarah dan Perkembangan Pestisida dari Masa Ke Masa


Indonesia termasuk negara tropis. Karena hal inilah, tingkat keanekaragaman hayatinya menjadi tinggi. Termasuk hewan dari jenis serangga, misalnya saja nyamuk. Di Indonesia, berbagai macam jenis serangga, hidup subur di mana-mana. Jadi tak heran jika produsen pestisida dan berbagai produk pest control, termasuk obat nyamuk juga banyak di Indonesia.

Ngomong-ngomong soal pestisida dan obat nyamuk, saya jadi tergelitik untuk mengetahui sejarahnya. Sejak kapan sih pestisida itu digunakan? Atau secara lebih luasnya, bagaimana sih sejarah dan perkembangan pestisida dari masa ke masa?

Bangsa Mesir
Pestisida sudah digunakan sejak 500 tahun SM. Pestisida tersebut mencakup pestisida insektisida (pembasmi serangga), rodentisida (pembasmi pengerat) dan mitisida (pembasmi rayap). Pestisida-pestisida ini digunakan dalam mengendalikan hama tikus, tungau, dan juga serangga umum. 

Bangsa Mesir dipercaya sebagai orang pertama yang membuat pestisida. Hal itu berawal dari penggunaan kucing sebagai pemburu tikus. Akan tetapi karena terlalu sering memburu tikus liar, si kucing malah diserang kutu tikus. Beruntunglah, seorang berkebangsaan Mesir yang tidak diketahui siapa namanya mempunyai ide brilian dalam membasmi kutu. Ya dia kemudian menciptakan suatu ramuan yang akhirnya bisa membasmi kutu tikus yang hidup di tubuh kucing. 

Pestisida pertama
Sulfur atau belerang merupakan pestisida yang pertama dipakai dalam sejarah pestisida. Zat ini dipakai karena baunya yang cukup menyengat. Saat itu, bau belerang yang menyengat diduga mempunyai zat berkhasiat. Dan benar saja, belerang mampu membasmi hama yang ada saat itu. Belerang yang digunakan didapat dari gunung berapi, air panas, meteorit, gips, garam epson, dan juga barit. Bukti penggunaan belerang sebagai pestisida saat itu (sekitar 1000 tahun SM) bisa dilihat dari karya-karya penulis Yunani yang bernama Homer.

Setelah Homer yang menyebutkan penggunaan belerang sebagai pestisida, di Yunani, seorang penulis lain dari negeri Romawi juga mengemukakan hal yang sama. Namun, penulis yang bernama Cato ini tidak menyebutkan belerang. Dalam beberapa karyanya, dia menyebutkan bahwa saat itu (sekitar 200 tahun SM) ada banyak petani anggur yang membakar aspal guna mengusir serangga hama dari kebunnya.

Di awal tahun 1700, seorang ahli herbal yang juga seorang ahli tumbuhan (botanis), John Parkinson, menggunakan jenis pestisida baru. Pestisida ini bersifat alami karena terbuat dari campuran cuka, kotoran sapi, dan juga urin sapi. Campuran semuanya John pakai dalam membasmi hama-hama tanaman yang ada di kebunnya. Sejak saat itulah, banyak para pakar tumbuhan yang memakai pestisida alami (organik) dalam mengendalikan hama. Hal ini tentu saja karena pestisida jenis ini dirasakan relatif aman terhadap organism lain selain hama. Pestisida alami yang digunakan itu misalnya saja ramuan pohon tertentu dan juga campuran air tembakau.

Pestisida modern mulai berkembang di tahun 1867. Saat itu ada sejenis hama yang susah sekali dikendalikan yang menyerang tanaman kentang. Namanya adalah kumbang Colorado. Untuk membasminya, pemerintah Amerika Serikat menggunakan pestisida berbahan dasar Arsen. Arsen kemudian dikenal sebagai racun yang tak hanya membasmi kumbang Colorado saja. Manusia juga bisa mati dengan at yang bernama Arsen ini.

Penggunaan pestisida di bidang pertanian

Pestisida sintetik (buatan) modern yang pertama kali dikenalkan di pasaran adalah kalium dinitro-2-cresylate. Pestisida ini pertama kali dijual di Jerman. Beberapa waktu berselang, pestisida ini kemudian menyebar di berbagai Negara. Sejak saat itulah, pestisida sintetik muncul di pasaran dengan berbagai merek dan dengan berbagai bahan dasar. Jenis-jenisnya pun semakin khusus, yaitu insektisida (pembasmi serangga), fungisida (pembasmi jamur), dan herbisida (pembasmi gulma). 

DDT
DDT atau Dikloro Difenil Trikloroetana adalah pestisida yang paling terkenal dari semua pestisida yang pernah ada. Hal ini karena DDT diketahui kemudian sebagai pestisida yang berbahaya. Tak hanya bagi hewan lain yang dibasminya. DDT juga bisa mengakibatkan penumpukan di tubuh tumbuhan, hewan lain yang bukan merupakan target basmi, bahkan bisa menumpuk di tubuh manusia. Hal yang paling parah, di dalam tubuh manusia, DDT bisa menjadi at pemicu berbagai penyakit, termasuk kanker. DDT sendiri dibuat pada abad ke-19. Tepatnya pada tahun 1939. Pembuatnya adalah seorang pria bernama Dr Paul Muller. 

Sekarang ini, ada banyak sekali jenis pestisida. Pestisidanya ada yang modern atau pestisida sintetik dan juga pestisida alami (pestisida organik). Salah satu jenis pestisida yang banyak dikenal adalah kapur barus. Kapur barus ini digunakan sebagai pestisida yang bisa membasmi ngengat pada pakaian. Tak hanya karena itu, kapur barus juga digunakan karena mempunyai wewangian yang bisa mewangikan pakaian. Penggunaannya yang sederhana, yang cukup disimpan di dalam lemari juga menjadi kelebihannya.

Pestisida modern lainnya yang kini dikenal adalah pestisida semprot dengan berbagai merk. Pestisida-pestisida ini digunakan di rumah-rumah. Tak hanya itu saja, sekarang ini tersedia juga pestida yang dibakar dan elektrik dengan berbagai jenis wewangian. 

Oh...
Oh, jadi seperti itu ya sejarah dan perkembangan pestisida dari masa ke masa. Baru tahu saya. Hehehehe....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)