Laman

13.2.17

Apa Itu Anak Normal?


Pagi ini saya tergelitik dengan status seorang teman di Facebook. Statusnya seperti di bawah ini. 


Ya, suatu kali, dulu, saya pernah Ingin menuliskan status serupa. Mengeluarkan unek-unek atas apa yang saya rasakan. Tapi seiring waktu, keinginan itu menguap. Tentunya juga setelah suami menasehati saya untuk tidak melakukannya. Saya pun akhirnya bisa berdamai dan menghilangkan semua keresahan hati saya itu.

Begini, anak saya yang kedua, A Radit, dulu trauma dan paranoid dengan hujan. Penyebabnya adalah karena rumah kami pernah kebanjiran. Jadi saat banjir, ketika kami begitu panik dengan air yang masuk ke dalam rumah, dan semua sibuk membendung gang serta menutup lubang-lubang di bawah pintu agar tidak kemasukan air, A Radit yang saat itu berusia 3 tahun rupanya ketakutan melihat semua orang yang panik itu. Mungkin dia menganggap akan terjadi sesuatu yang berbahaya. So, sejak saat itu, manakala langit gelap, A Radit langsung panik. Apalagi saat turun hujan. Dia langsung menangis. Menutup kuping dengan kedua tangannya rapat-rapat sambil minta dikelonin untuk bobo.

Sebagai emak-emak yang masih doyan ngapdet status, keadaan yang dialami A Radit, langsung saya tuliskan di status Facebook. *Iya, dulu saya doyan banget apdet status di Facebook atau Twitter. Sekarang Alhamdulillah sudah berkurang. Gak apdet tiap belokan teuing. Hehehe* Dan seperti biasa pada status Facebook lainnya, saat itu, teman-teman di Facebook banyak yang menanggapinya. Ada yang ikut prihatin, ada yang ngasih nasihat, dan yang lainnya. 

Setelah semua tentang status itu cukup tenang, tiba-tiba, beberapa hari berselang, saya nerima inbox. Seorang teman Facebook yang tidak saya kenal, sebab dia adalah teman dari teman saya, mengirim inbox yang bikin saya gusar. Intinya, dia bilang kalau apa yang terjadi pada A Radit itu perlu diwaspadai karena tidak normal. Itu katanya trauma psikologi yang bisa bikin kelainan dan membahayakan. Dia menyarankan pada saya untuk membawa A Radit ke psikiater atau psikolog. Kasarnya, dia bilang anak saya tidak normal. 

Dek! Membaca inbox tersebut saya langsung gak enak hati. Saya sebel banget sama orang itu. Iya, niatnya mungkin baik. Tapi, dia kan gak tahu seperti apa kenyataannya. Apa yang terjadi pada A Radit sebenernya gak parah. Dalam beberapa waktu, ketakutan dia pada hujan akhirnya hilang. Dia malah jadi menyukainya. Suka hujan-hujanan. Saking sebelnya sama dia, saya gak bales inbox dia. Dan malah, saya langsung unfriend saja. Hehehehe… kalo inget itu sekarang, saya merasa bersalah. Abisnya gimana, dia gitu sih. Kalo pun mau ngasih nasihat kayak gitu, harusnya dia nanya lebih detail dulu seperti apa keadaan A Radit. Di status Facebook itu, saya kan nulisnya sekilas aja.

Berkaca dari pengalaman tersebut, sejak saat itu, saya gak ingin sotoy tentang apa pun yang dituliskan temen-temen di media sosial. Apalah yang kita tahu dari yang dituliskan seuprit itu. kalo pun ingin tahu, saya biasanya nanya lebih detail kepada yang bersangkutan. Tapi itu pun jarang. Lagi-lagi, saya takut dicap kepo. Hehehehehe….

Oh ya, ngomong-ngomong soal A Radit, dia memang berbeda dengan anak saya yang lainnya. Sejak kecil, dia sangat aktif secara fisik. Dia suka lari, loncat, senam, dan apa pun yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Dulu saat dia berusia 1 tahun, saat dia baru bisa jalan, saya sempat khawatir dengan dia yang tak bisa diem. Tapi saat saya tahu tentang tumbuh kembang anak usia 1 tahun, saya jadi tenang. Iya, tiap anak kan berbeda kecerdasannya. Apalagi jika dibandingkan dengan kakaknya Teh Reihana. A Radit jelas sangat berbeda. Sementara A Radit cerdas secara fisik, Teh Reihana mah cerdas secara verbal. Masih pada inget kan dengan teori Kecerdasan Majemuk? Itu lho, yang keadaan anak-anak yang berbeda jenis kecerdasannya. Ada yang cerdas secara fisik, cerdas bahasa, cerdas emosi, dan yang lainnya.

Balik ke status seorang teman di atas, bisakah kita mendefinisikan apa itu anak normal? Hmm… saya tidak bisa dan tidak berani mendefinisikannya. Yang jelas, semua orang memiliki definisi masing-masing terhadap apa yang disebut anak normal. Bagaimana menurut teman-teman?

A Radit saat berusia 7 tahun

3 komentar:

  1. apalagi aku yang belum ada basic parenting mba, no komen dah. heheh soal anak itu sensitif, heheh

    BalasHapus
  2. Ya ampun, ikutan panik jadi sedikit traumatis yo Mbak. Ponakanku ada nih, kalo udah mendung. KAyak radit itu. Alhamdulillah makin besar baik2 aja. PAdahal dia gada trauma sih sebenernya

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah A Radit sekarang baik - baik saja dan tidak takut sama hujan lagi ya Teh :D

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)