Teman-teman, di rumah, kalo buang sampah biasanya gimana sih? Saya mah, satu tempat sampah untuk semua sampah di rumah. Kalo sudah gitu, ya tinggal dikasihin ke tukang sampah. Udah beres. Saya pun lega, untuk sementara, sampah di rumah habis. Dan besoknya ya gitu lagi. Kumpulin sampah di satu tempat, dan lalu nanti dibawa tukang sampah.
Apa yang saya lakukan ternyata salah besar. Berdasarkan info dari acara Hari Bakti PU yang ke-72, tanggal 19 November 2017 lalu di Car Free Day Dago, sampah itu harusnya dipilah-pilah sesuai jenisnya sebelum dikasihin ke tukang sampah. Katanya bisa bahaya jika disatuin. Terutama jika ada sampah dari jenis sampah golongan B3. Apa itu Sampah B3?
Jenis-jenis Sampah
Sampah sebenernya dibagi menjadi 5 jenis. Yaitu sampah organik, sampah residu, sampah daur ulang, sampah guna ulang, dan sampah barang bekas berbahaya dan beracun (B3). Akan tetapi untuk skala rumah tangga, pemilahan sampah cukup menjadi 3 jenis saja. Yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3.
Kenapa sampah rumah tangga harus dipilah, itu karena ada banyak sampah rumah tangga yang masih bisa dikelola di rumah tangga tersebut. Misalnya saja sampah organik dan sampah anorganik. Pengelolaan sampah anorganik misalnya dengan pengumpulan terlebih dahulu, dan lalu dikasihin ke tukang rongsok atau ditabung di bank sampah. Bentuk sampahnya berupa koran atau botol-botol plastik bekas air mineral. Adapun sampah organik itu bisa diolah menjadi kompos. Secara rincinya, saya akan jelaskan, ya. Simak terus aja tulisan saya ini.
Nah sampah B3, bisa diambil petugas sampah untuk proses lebih lanjut. Sampah B3 itu adalah sampah yang punya sifat mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun, infeksius, dan korosif. Misalnya saja botol bekas parfum yang mudah meledak, botol bekas alkohol, kemasan bekas pestisida, jarum suntik, dan lain-lain. Cuma petugas kebersihanlah yang berwenang mengolah sampah golongan B3 ini.
Pengelolaan Sampah Organik Rumah Tangga
Temen-temen pasti sudah pada tahu bahwa sampah organik, yaitu sampah yang berasal dari sel-sel hidup, seperti daun-daun kering dari halaman; kulit buah; sisa makanan; potongan-potongan sayur; tulang-tulang ikan; bahkan hingga ke cangkang telur yang berasal dari sel-sel hidup, seperti daun-daun kering dari halaman; kulit buah; sisa makanan; potongan-potongan sayur; tulang-tulang ikan; bahkan hingga ke cangkang telur; bisa diolah menjadi kompos.
Menurut Bu Lia Meylani Setyawati dari Balitbang PU, gak hanya skala besar, di rumah, pengolahan sampah tipe ini juga bisa dilakukan. Caranya yaitu dengan metode-metode di bawah ini.
1. Metode Kascing
Kascing adalah singkatan dari bekas cacing. Betuk, kompos yang dihasilkan melalui metode kascing adalah produk yang dikeluarkan oleh cacing. Jadi di sini, cacing merupakan agen pengubah sampah organik menjadi kompos.
Media yang digunakan dalam metode kascing itu di antaranya adalah tanah, kompos, dan kotoran hewan (misal kotoran sapi) yang perbandingannya 1 : 1 : 3. Setelah semua diaduk, media tersebut dimasukkan ke dalam wadah dengan ditambahkan air. Supaya kadar air media tersebut jadi 55%. Cacing tanah (cacing kalung) lalu ditambahkan ke dalam media dengan jarak 5 cm. Tinggi media ini gak boleh lebih dari 60 cm. Sebab nanti gak efisien. Cacing gak mau mengolah sampah yang lebih dalam. Cacing kan perlu naik ke permukaan tanah juga untuk bernapas. Meskipun cacing tidak suka dengan sinar Matahari.
Di hari kedua setelah penambahan cacing, kascing sudah bisa dipanen. Jumlah biasanya setengah dari jumlah cacing yang ditambahkan. Misalnya ditambah cacing 1 kg, maka kascing yang diperoleh sekitar 0,5 kg. Panen kascing bisa dilakukan setiap hari. FYI, kascing ini bisa dijual, lho. Harganya lumayan, yaitu sekitar Rp7.000,00 per kg. Kalau diekspor ke Malaysia, harganya sekitar 5 RM. Wow, mayan banget, ya.
2. Metode Komposter Pot
Ya, metode komposter pot itu menggunakan media berupa pot. Kelebihan metode ini, selain jumlah sampahnya bisa sedikit, sampah yang diolah tidak menjadi kompos. Tetapi sudah jadi media tanam. Mau nanam apa pun, tinggal masukan saja bibitnya ke pot tersebut.
Lapisan-lapisan komposter pot tersebut antara lain kerikil atau ranting-ranting kecil di bagian terbawah (sebagai area untuk pengaliran air), kompos sedikit, sampah dapur (yang sudah dicacah dengan ukuran maksimal 5 cm), dan lalu ditutup dengan tanah. Jika masih ada, tambahkan sampah, ditutup dengan tanah. Begitu seterusnya sampe penuh. Lalu diamkan selama 1 bulan. Dan setelah 1 bulan, media tersebut sudah jadi yang siap ditanami bibit tumbuhan.
3. Komposter Rumah Tangga
Komposter rumah tangga sebenernya mirip dengan komposter pot. Akan tetapi skalanya lebih besar, dan juga ditanam di dalam tanah. Hasilnya juga beda. Kompos dari komposter rumah tangga itu perlu ditambahkan zat lain saat hendak digunakan, yaitu tanah dengan perbandingan kompos : tanah itu 1 : 3. Sebab jika langsung, komposnya bersifat panas.
Untuk 1 rumah tangga, komposter baru bisa penuh dalam waktu 7 bulan. Dan untuk sampai menjadi kompos, perlu didiamkan selama 3 bulan. Jangan khawatir dengan sampah organik rumah tangga yang baru. Sementara menunggu kompos terbentuk, sampah dimasukkan ke dalam komposter yang lainnya. Sebab dalam 1 rumah tangga, komposter harus ada 2.
Well...
Ikut acara Hari Bakti PU minggu kemaren itu benar-benar membuka mata saya. Duh, feel guilty banget dengan apa yang sudah saya lakukan dengan sampah terhadap lingkungan.
Tapi, better late than never, ya. Mending telat daripada enggak sama sekali. Saya berencana mengolah sampah organik dapur juga. Ya, minimal dengan metode komposter pot deh. Syukur-syukur bisa dengan komposter karung (sama dengan komposter pot tetapi ukurannya lebih besar) atau komposter tanam. Bisa mengurangi sampah dalam jumlah yang lumayan banyak tuh. Kata Bu Lia sih, bisa sampai mengurangi sampah total hingga 75% lho jika banyak rumah tangga yang melakukannya. Wuih... keren banget!
Oke teman-teman, semoga tulisan saya bermanfaat, ya. tulisan saya bermanfaat, ya. Yuk kita lebih peduli dengan lingkungan dengan cara mengurangi jumlah sampah yang kita hasilkan. Metode reuse, reduce, dan recycle bisa kita lakukan. Salah satunya dengan mengolah sampah organik rumah tangga menjadi kompos. Sampai jumpa di tulisan saya selanjutnya!
Program-program Balitbang PUPR yang dijelaskan di acara HarbakPU beberapa waktu yang lalu |
waaa konsepnya seru seru ya teeh...
BalasHapusBangett. Inovatif!
HapusJadi inget mau nyoba yang di pot sekalian buat media tanam belum jadi-jadi :p
BalasHapusYuk dimulai...
HapusSama berarti ya, sebenarnya bukan karena nggak tau harus dipilah, cuma banyakan malesnya :-) semoga suatu saat diberikan semangat mengelola sampah.
BalasHapusNah itu. Saya persis begitu. Yuk ah dimulai... :D
HapusWah nambah ilmu baru nih saya... Kebetulan belom tau banget cara benarnya. Thank ya mak
BalasHapusSebenarnya artikel ini yang aku cari-cari mbak. Semoga kita lebih aware ya mbak terhadap lingkungan
BalasHapusDari dulu pengen ikut ngolah limbah sampah, apa daya ga punya lahan luas. Jadi tetep saja sampah disetor ke tukang sampah...:)
BalasHapus