“Ih mama licik. Katanya kalo mau beli sesuatu, itu harus nabung dulu,” ucap Zaudan, anak ketiga saya.
“Lho, mama kan punya uang,” jawab saya.
“Uang abi, bukan uang mama,” ucap Zaudan lagi.
Seperti itulah kiranya percakapan saya dengan Zaudan, anak ke-3 saya yang baru berusia 6,5 tahun. Dia protes saat saya mendapet paket, setelah belanja online. Dia tak terima dengan saya yang bebas beli barang, sementara dia, kalo beli barang, saya ingatkan untuk nabung dulu. Setelah uangnya ngumpul, baru dia boleh barang yang diinginkannya.
Sungguh saya tak menyangka, jika nilai yang saya tanamkan ke anak-anak saya, ternyata berhasil didengarkan. Ya, saya katakan berhasil, sebab ketika sesuatu berjalan tak seperti yang diharapkan, si anak bisa protes. Antara malu dan seneng, saya akhirnya mengalah juga. Saya bilang saja kalo saya lupa. Dan lain kali, jika beli sesuatu, saya pun harus menabung juga.
Talk Show Anak Terampil Kelola Uang di Era Digital
Hal serupa diutarakan Financial Planner Prita Hapsari Ghozie, SE, MCom, GCertFP, CFP, QWP di acara talk show Digital Financial Literacy for Children yang bertajuk Anak Terampil Kelola Uang di Era Digital yang diadakan Citi Indonesia yang bekerja sama dengan Prestasi Junior Indonesia di SDN 191 Babakan Surabaya Bandung, Kamis 17 Januari 2019 lalu. Mbak Prita bilang bahwa di dalam penerapan nilai-nilai keuangan kepada anak, semua harus dimulai dari orang tuanya terlebih dahulu. Sebab orang tua merupakan role model terdekat bagi anak-anaknya.
Apa yang diuraikan tersebut hanya satu dari banyak hal yang di-sharing Mbak Prita. Bersama dengan Psikolog Anak dan Keluarga, Roslina Verauli M.Psi.,Psi., keduanya memberikan banyak sekali ilmu dan pelajaran kepada peserta talk show yang merupakan orang tua dari murid-murid SDN 191 Babakan Surabaya Bandung.
Dengan talk show tersebut, para orang tua diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai keuangan kepada anak-anaknya. Sehingga dengan demikian, mereka bisa mengenali perilaku konsumtif pada anak yang dampaknya akan negatif jika terjadi secara terus menerus. Apalagi, menurut mbak Vera, pada usia tertentu, anak-anak memang sedang berada dalam suatu fase di mana dia ingin selalu dianggap oleh teman sebayanya, atau biasa disebut peer pressure. Nah, tugas orang tualah untuk menanamkan self esteem atau kepercayaan diri pada sang anak, bahwa memiliki sebuah barang tertentu, tidak akan otomatis membuatnya diterima di pergaulan. Dan pendekatan orang tua dari hati ke hati, sangat perlu dilakukan. Termasuk dalam penanaman nilai-nilai keuangan kepada anak.
Para orang tua murid SDN 191 Babakan Surabaya itu sangat antusias dengan apa yang disampaikan para pembicara di dalam talk show tersebut. Tentunya, selain antusias yang terjadi saat itu, pihak penyelenggara, yaitu Citi Indonesia dan juga Prestasi Junior Indonesia berharap bahwa apa yang disampaikan bisa diterapkan di dalam keseharian mereka dalam mendidik anak-anaknya di rumah.
Program Digital Financial Literacy for Children
Acara talk show yang dilakukan hari itu bukanlah satu-satunya kegiatan yang dilakukan Citi Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia dalam program Digital Financial Literacy for Children di SDN 191 Babakan Surabaya. Ada banyak kegiatan lain yang juga melibatkan para murid-murid sekolah tersebut.
Ya, di kelas, para murid kelas 3, 4, dan 5 diberikan pengetahuan tentang pentingnya menabung; memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan; serta mengenali metode pembayaran yang tersedia di pasar, yaitu tunai, kredit dan debit. Tak hanya itu saja, para murid juga mempelajari pengetahuan sekaligus diajak melakukan simulasi kewirausahaan dan bisnis. Semuanya dilakukan murid dengan antusias, menyenangkan, dan interaktif dengan melibatkan gadget. Sebuah benda yang memang sangat akrab bagi mereka di zaman sekarang.
Program Digital Financial Literacy for Children ini, menurut Bu Elvera N. Makki, Director, Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia, sudah masuk tahun ketiga. Di tahun-tahun sebelumnya, pembelajaran tentang literasi keuangan ini disampaikan melalui buku komik dan juga pemberian celengan untuk menabung. Dan seiring perkembangan zaman, di mana anak-anak generasi Z sudah serba digital, maka programnya pun disesuaikan. Programnya kini melibatkan gadget, sehingga para murid dapat belajar secara interaktif bersama teman-temannya.
Ada 3 modul yang digunakan di dalam kegiatan ini. Temanya Keluarga Kami, Daerah Kami, dan Kota Kami. Pada masing-masing modul, penyisipan pelajaran sudah disesuaikan dengan Kurikulum Pendidikan Nasional Indonesia. Termasuk di dalamnya konten dan kegiatan perbankan, bisnis, karir, komunikasi, pembangunan ekonomi, uang, produsen dan konsumen, sumber daya, serta pasokan dan permintaan. Pelibatan bankir-bankir muda CitiBank yang tergabung dalam Citi Volunteers membantu murid dalam menyelesaikan modul-modul ini.
Salah satu kegiatan yang sempat saya lihat adalah bagaimana para murid diajak untuk membuat simulasi wirausaha dan bisnis. Dibantu para voluntir, mereka membuat desain wirausaha dan bisnis sesuai dengan imajinasinya. Mereka merencanakan usaha dan bisnisnya sendiri secara detail. Dari mulai nama usaha, sumber daya yang digunakan, hingga ke cara mempromosikan produk usaha dan bisnisnya tersebut. Keren, banget!
Salut untuk Citi Indonesia!
Apa yang dilakukan Citi Indonesia benar-benar membuat saya kagum. Prinsip CSR-nya yang More Than Philanthropy benar-benar terasa. Sebab apa yang dilakukan di Program Digital Financial Literacy for Children memang benar-benar bertujuan untuk mendorong para murid mengerti akan literasi keuangan dan hal yang berkaitan dengan industri keuangan, terutama perbankan. Tak ada tujuan terselubung, seperti misalnya mengajak para murid, orang tua, atau pun guru untuk membuka tabungan di CitiBank. Sebab jika dilihat, di CitiBank tidak ada jenis tabungan yang sesuai dengan mereka.
Yang bikin saya kagum lainnya adalah random-nya pemilihan SD yang didatangi untuk program Digital Financial Literacy for Children ini. Bukan ke SD-SD yang orang tuanya banyak nasabah CitiBank. Tetapi pada SD umum. Di sini terlihat bahwa Citi Indonesia memang peduli dengan kondisi masyarakat saat ini, terutama di zaman yang serba ada yang sangat mudah membuat kita konsumerisme. Sehingga jelas, Digital Financial Literacy menjadi sangat urgent. Dan literasi buat anak-anak menjadi sasaran yang efektif. Penanaman nilai-nilai keuangan dan perbankan sejak dini.
Pak Agus Susanto, Deputy Executive Director Prestasi Junior Indonesia, dalam pembukaan dan press conference-nya mengatakan bahwa apa yang dilakukan Citi Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia terhadap murid-murid SD mungkin bisa dibilang sebagai langkah kecil dan sederhana, di dalam penanaman nilai-nilai keuangan dan perbankan terhadap anak, sehingga menjadikan sebuah habit yang permanen. Akan tetapi, jika nilai-nilai kecil ini ditanamkan sejak dini, dan lalu dijalankan secara konsisten, kemudian juga mendapat dukungan dari keluarga, lingkungan, dan sekolah, bukan tidak mungkin bila akhirnya nanti memberi perubahan yang berarti. Baik perubahan tingkat diri, keluarga, masyarakat, hingga ke tingkat negara.
Sebagian murid-murid SDN 191 Babakan Surabay Bandung yang ikut program Digital Financial Literacy for Children |
Bu Elvera menambahkan bahwa apa yang dilakukan dengan program ini setidaknya menjadi dasar buat anak-anak di dalam mengambil keputusan finansial mereka sehari-hari. Jangan jauh-jauh, pergi dari rumah hingga ke sekolah pun juga melibatkan keputusan finansial. Seperti misalnya memilih naik angkot, jalan kaki, atau dengan ojek online, dengan pertimbangan ongkos dan efektivitas.
Ok!
Apa yang dilakukan Program Digital Financial Literacy for Children di dalam mengedukasi ribuan murid di seluruh Indonesia patut diacungi jempol. Tak sampai di situ, kita juga wajib mendukungnya. Terlebih saya sebagai orang tua. Sebab sebagus apa pun program, tentu tak akan bisa maksimal hasilnya jika tanpa dukungan pihak luar. Baik itu sekolah, masyarakat, dan juga keluarga. Toh tujuan mulianya adalah untuk kita-kita juga. Semoga saja, jika kini baru ribuan anak yang teredukasi, tahun-tahun mendatang akan lebih banyak lagi. Jutaan atau bahkan mungkin seluruh anak Indonesia merasakannya.
Oke teman-teman, sampai di sini cerita saya tentang Program Digital Financial Literacy for Children yang dibuat Citi Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia. Semoga saja, lain waktu saya berkesempatan lagi mengikuti event yang sama. Dan saya bisa cerita ke teman-teman tentang semuanya. Sampai jumpa!
Alhamdulillah, anak2ku sudah mulai pinter kelola uang sendiri. Suka nabung, suka malak juga buat nabung wklwkwkwk... Gapapalah, jauh lebih baik drpd emaknya yg susah nabung, hiks
BalasHapusWah bagus nih datengin langsung sekolah. Jadi tepat sasaran :D
BalasHapusBagus nih programnya..digital literacy utk anak2. Kyknya perlu banget diadain lg roadshow ke banyak sekolah yg ada di semua kota. Kumendukung sekali😘
BalasHapusWah, Mba Prita Ghozie, pakar keuangan kesukaan nih. Kalo ngejelasin enak, sederhana, tapi ngalir gitu belio :)
BalasHapusSeru ya teh acaranya kemarin langsung praktek lah dirumah aku mah
BalasHapusmantap banget ya CitiBank ini, mengenalkan anak-anak tentang financial sedari dini. Biar anak-anak juga jadi tahu dan faham soal keuangan yaah, makin terbuka tuh wawasan mereka. Semoga di tempat lain pun juga kebagian ilmu daging gini :)
BalasHapusWah programnya bagus ya agar anak cerdas finansial sejak kecil. Ng.. tapi seandainya bisa mengajarkan sejak dini mungkin bagus juga kali ya?
BalasHapusBetul mba, somehow anak anak memang harus dikenalkan dengan uang dan diajarkan mengelola keuangan nya sendiri
BalasHapusteh, lucu banget sih anaknya.
BalasHapuskok bisa dia bilang "mama licik.." hahaha bocah banget =))
ngakak sih...
berarti didikannya berhasil ya teh ke anaknya XD
Keren banget programnya. Tuh anak-anak SD sudah diajarin Digital Financial Literacy gimana besarnya nanti? Semoga jadi anak yang berhasil.
BalasHapusWkwkwwk...ngakak giliran bilang uang abi bukan uang umi...hahaha..pinter teh anaknya. Setuju memang harus dr sejak sia dini ya mengajarkan mereka ttg finansial..
BalasHapusWah keren programnya ya Teh, bener banget, anak2 pun mesti tau dan dianarin sedini mungkin tentangg keuangan nih. Jadi inget si kk kalo mo sekolah,,bingung pake ojol apa angkot kalo pas aku ga bisa jemput
BalasHapusProgram bagus ini, teh. Biar anak-anak bisa mengelola dan bikaj soal keuangan.
BalasHapusYg masih sulit saya terapkan ke anak itu membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Maklum anak apa saja suka ingin dibeli. Padahal belum tentu perlu. Semoga semakin bertambah usia dan kedewasaan semakin mengerti tentang itu
BalasHapusMengelola keuangan emang kudu ditanamkan sejak kecil yah, jadi tar nya udah gede kebiasaan.
BalasHapusSejak dini sudah diajarkan mengelola keuangan menjadi hal yang bagus, agar literasi keuangan di Indonesia semakin meningkat
BalasHapusAnakku juga aku ajarin gitu teh, kalo mau beli apa2 yang mesti nabung dulu. Di rumah ada 2 celengan yabg gak bisa di ambil sama yang bisa di ambil setiap dia mau beli sesuatu😁 keren banget nih program dari citybank semoga makin banyak sekolah2 yang di kunjungi ya teh, jadi semua anak indonesia melek literasi keuangan secara digital
BalasHapusTeteeeh, kenapa kasusnya kok sama bener dengan anak2 di rumah kalo aku dapet paket. Padahal kan belon tentu beli jugak, bisa aja barang endorse-an hahahaha.
BalasHapusEmang bener Teh harus menanamkan melek financial sejak dini yah :))
Bagus nih ya..mengajarkan anak2 untuk belajar mengelola keuangan sejak dini ya..
BalasHapussaya setuju banget pendidikan keuangan dimulai dari kecil, dulu saya memulai dari celengan plastik atau celengan ayam sedikit demi sedikit nanti klo udah banyak dipecah. wah senang banget liat hasilnya
BalasHapusUcapan Zaudan nampol banget ya Mba, kayak anakku yg bungsu. Qiqiiii, emang sih kalo kebaikan diajarkan bisa mereka respon dengan baik, senang rasanya ya. Apalagi ini literasi finansial yang kelak menjadi landasan mereka memutuskan sesuatu saat udah mandiri
BalasHapusSemoga anak2 kita bisa menjadi anak yg cerdas finansial ya teh Nia
BalasHapus..
hahaha anaknya pinter mbak. emaknya ketauan deeeh :p
BalasHapusmengelola uang itu gampang gampang susah ya kalo ga pinter2.. acara kayak gini bermanfaat
Mempelajari literasi keuangan memang baiknya sejak dini. Apalagi kalau dipikir-pikir, uang jajan anak suka jadi salah satu pengeluaran yang besar setiap bulan. Jadi, harus diajarkan juga ke anak-anak supaya jangan terlalu konsumtif
BalasHapusMbaaa
BalasHapusGeli pas baca bagian
Kan uang papa
Wkwkwk
pinter bgtss
Aku juga masuk tim ngajarin anak ngerti uang sejak dini mbaaa
Bersyukur sekarang literasi keuangan jg merambah ke anak2 y mbaa
Wah literasi keuangan dari citi Indonesia di tahun ke tiga ini sudah memasuki sekolah SD yaa.. inovasinya terus bergerak dan sesuai target tujuannya.. memang penting banget litrasi keuangan dimulai sejak usia dini agar anak semakin paham dan semakin bijak dalam memahami tentang keuangan ya..
BalasHapusIyaak.betul betul setuju. Pengelolaan keuangan kudu diajari sejak kecil. Kayak temenku dr kecil udah bs ngatur duit jajan harus ke mana mana. Sampe kudu puasa klo mau beli sesuatu..
BalasHapusCiti Indonesia, mari ke sekolahku, anak didikku sangat butuh pengetahuan literasi keuangan nih. Krisis banget di sini. Biar aku nggak berjuang sendiri.
BalasHapusAiih~
BalasHapusTigaan gituu...cadas pissan blogger BDG mah...
Iya niih teh..
Anak jaman sekarang itu...bener-bener kreatif dan cerdas.
Semoga kita bisa memfasilitasi segala keingin tahuan anak dengan baik yaa teh...
Benar ya sejak dini hrs diajarkan kpd anak bagaimana mengelola uang biar mereka lbh paham cara mndptkn dan bisa lbih hemat nantinya
BalasHapuskereeen ya mba..selama ini pelatihannya only for parents, now they are targeting the kids as well..
BalasHapusKeren juga ya CitiBank bikin acara melek finansial pada anak-anak. Bener banget tuh, anak suka jor-joran punya apa aja gara-gara teman-teman sebayanya punya juga. Padahal kan enggak harus gitu. Tugas kita sebagai orang tua untuk menanamkan pemahaman yang benar ya soal ini.
BalasHapusCiti Indonesia pro banget utk masa depan anak anak ya mba. Coba ke sini dong Citi Indonesia. Masih banyak yang harus dibantu di desaku
BalasHapusPenting banget ini ya, biasanya aku kasih mereka uang jajan berapa hari dan mereka yang ngatur. Cukup gak cukup sudah sesuai jumlah harian harus jajan berapa, di sini anak memanage jajan sendiri, nahan hasrat kerena kan pegang duit banyak ya
BalasHapusMantul banget mbak ilmnnya. Harus diberikan edukasi si kecil ya untuk mengelola keuangan. Jadi besarnya bisa mandiri
BalasHapusDi sekolah Rayyaan juga rutin ada market day, termasuk buat anak2 PAUD (playgroup dan TK). Meski ya ortunya sih yang masih bantu buat produknya, tapi anak2 yang jualan di sekolah. Salah 1 cara biar aware kalau u dapat rezeki berupa uang itu prosesnya nggak instan dan u memupuk jiwa wirausaha
BalasHapusBagus ya literasi keuangan masuk ke sekolah2 kyk gini. Soalnya anak2 emang seharusnya belajar keuangan sejak dini, supaya tahu bgmn cara emmanfaatkan uang jajannya dan tahu gmn membedakan beli2 krn ingin atau krn butuh ya mbak.
BalasHapusAcara yang menarik nih Teh, untuk ingatkan para orang tua betapa pentingnya menanamkan literasi keuangan sejak dini pada anak agar mereka bisa mengelola keuangannya dan tidak berperilaku konsumtif.
BalasHapusBarokallah ditebarkan virus positifnya kepada anak-anak sejak dini, memang perlu dan penting banget ya Mba. Biar anak bisa mandiri dan belajar mengelola sejak di bangku sekolah.
BalasHapusIni kubintangin. Postingannya bagus mbak. Worth to share. Edukasi keuangan itu ternyata bukan cuma buat orang dewasa tapi buat anak-anak cuma penyampaiannya yg dikemas dengan cerdas krn orangtua yg tanggung jawab thd pemahaman ini kpd anak.
BalasHapusPenting banget nih pendidikan keuangan sejak dini. Semoga makin banyak nih sekolah yang di datangi seperti ini
BalasHapusLaaah anak2ku udah telat nih ya, udah besar2 tapi masih suka mendadak minta uang ke aku. Kudu diajarin perencanaan keuangan nih.
BalasHapus