Parasite, Sebuah Komedi Tak Biasa dengan Ending Tak Terduga

Apa yang terbersit di benak teman-teman saat mendengar kata ‘Parasite’? Pasti hama, bukan? Ya, demikian juga dengan saya saat diajak nonton screening film Parasite, beberapa waktu yang lalu, bersama dengan rekan-rekan wartawan, di CGV Miko Mall Bandung. Dibayangan saya, saya bakalan nonton manusia-manusia yang berubah menjadi semacam zombie setelah dimasuki makhluk asing. Tetapi setelah nonton, ternyata tidak demikian.

Saat lihat flyer filmnya, dan baca tulisan yang nyebutin kalo film Parasite merupakan film ber-genre thriller, saya sebenernya sedikit takut. Entahlah, walopun tampang preman, saya rada ngeri dengan adegan-adegan sadis yang  darah-darahan. Tapi karena di sana disebut kalo film ini berhasil memenangkan piala Palme D’Or Festival Cannes 2019, saya tertarik dan penasaran. Nonton deh akhirnya.

Begini Ceritanya…

Cerita diawali dengan pengambilan gambar lingkungan tempat tokoh-tokoh utama tinggal. Keluarga miskin yang hidup di lingkungan kumuh. Sang kepala keluarga, Kim Ki-taek (diperankan Song Kang-ho), serta istrinya Choong Sook (diperankan Jang Hye-jin) yang pengangguran jelas membuat kondisi keluarga tersebut serba kekurangan. Tak heran jika kedua anaknya, Ki-woo (diperankan Choi Woo-shik) dan Ki-jeong (diperankan Park So-Dam), putus sekolah.

Titik terang mulai terlihat saat teman Ki-woo, yaitu Min-hyuk (diperankan Park Seo-joon) datang. Dia yang harus pergi ke luar negeri meminta Ki-woo untuk menggantikan perannya sebagai guru les Bahasa Inggris Park Da-hye (diperankan Jung Ji-so). Dengan kemampuannya, serta kelihaian adiknya, Ki-jeong, dalam memalsukan ijazah, Ki-woo pun kemudian diterima bekerja di keluarga Park yang kaya raya.

Ah ya, walopun miskin, Ki-woo dan Ki-jeong memang anak yang cerdas. Walopun putus sekolah, kepintaran mereka tak jauh beda dengan anak-anak kuliahan. Sehingga dengan bantuan internet, keduanya mampu mempelajari apa pun secara mudah.

Keluarga Kim Ki-taek

Sering denger ungkapan yang menyebutkan bahwa ‘memulai sesuatu harus dengan hal baik dengan cara yang baik’, bukan? Nah di film ini terjadi penggambaran dari hal yang sebaliknya. Ketika memulai sesuatu dengan tidak baik, selanjutnya akan diikuti dengan ketidakbaikan- ketidakbaikan yang lainnya. Setan dengan mudah berbisik di hati manusia untuk melakukan hal yang lebih jauh. Keserakahan pun mendominasi sehingga manusia menghalalkan segala cara. Pun demikian yang terjadi pada keluarga Kim Ki-taek. Berbuat nyeleneh untuk mencapai keinginan mereka.

Dark comedy yang tidak berlebihan, sisi-sisi manusiawi yang muncul, hingga celetukan-celetukan dialog yang ke luar dari tiap tokoh di film ini sangatlah wajar. Semua masih dalam takaran yang masuk akal. Namun pun begitu, kesemuanya patut diacungi 2 jempol. Cerita yang seolah datar ternyata banyak memberikan kejutan-kejutan yang tak disangka-sangka. Bong Joon-ho (sutradara) begitu lihai mengatur cerita. Emosi penonton terhanyut di dalam film ini. Saya dan para penonton lain ikut nyengir, ketawa-ketawa, bahkan megap-megap menahan napas ketika adegan yang bikin geregetan tersaji di depan mata. Dan endingnya… DUAR! Tidak terduga.

Buat saya, film ini luar biasa. Tak heran jika kekerenannya diganjar piala Palme D’Or Festival Cannes 2019. Sebuah film yang menyajikan realita kehidupan di sekitar kita. Kekontrasan antara golongan kaya dan miskin. Tetapi yang ditonjolkan di film ini tidak seperti film sejenisnya. Banyak angle baru yang diangkat. Misalnya saja seperti momen orang kaya begitu menikmati keindahan hujan di depan rumahnya dari balik jendela kaca yang besar, dan si miskin menyaksikan pemandangan orang mabuk yang buang air di depan rumahnya. Sementara si kaya berbau harum karena parfum nan mahal, si miskin beraroma busuk karena keringat dan kesumpekan hidup, di bawah rumah pengapnya.

Bong Joon-ho, sang sutradara, bersama dengan Song Kang-ho saat menerima piala Palme D’Or Festival Cannes 2019

Sarat Pesan Moral

Ya, film ini bertaburan pesan-pesan moral. Kejujuran, kecurangan, keserakahan, keluguan, kepercayaan, dan banyak nilai lainnya yang dibalut secara alami tanpa menggurui. Satu pesan saja yang mau saya bocorkan: berhati-hati dalam bersikap dan berucap. Terhadap siapa pun. Sebab bisa jadi, hal yang kita anggap sepele justru menjadi bencana besar bagi kita dan orang-orang yang kita cintai.

Perihal judul film, setelah nonton baru saya sadari kalo Parasite cocok dipilih sebagai judul. Sebab isinya memang tentang manusia-manusia yang bersifat merugikan inangnya. Persis seperti benalu yang malah membuat tanaman induk kerugian, bahkan mati.

Untuk teman-teman yang suka dengan film Korea, film thiller, atau bahkan jenis film apa pun, saya sarankan untuk nonton film ini. Tapi jangan bawa anak-anak, ya. Ini film dengan Rating Dewasa. Remaja juga diusahakan tidak nonton. Gak banyak adegan dewasanya memang, tapi adegan sadisnya sedikit mengganggu.

Film ini masih tayang di banyak bioskop. Untuk yang di sekitaran Bandung Selatan, bisa banget nonton film ini di CGV Miko Mall, di Lantai 3A, Jalan Kopo Cirangrang No. 599 Bandung. Tempatnya nyaman, adem, dengan harga tiket yang terjangkau. Jangan lupa, sebelom masuk, beli popcorn dan minuman juga biar nonton semakin asyik. Bareng temen-temen atau pun pasangan bakal bikin pengalaman nonton film Parasite semakin seru.

Bhaiqelah…

Oke deh manteman, sampe di sini tulisan saya tentang film Parasite. Maaf banget kalo saya gak bahas banyak dan gak ngasih spoiler. Soalnya kalo baca review film di blog atau website orang, saya pun gak suka spoiler. Gak asyik. Hehehe…. nonton langsung aja ya biar kepenasaranannya terjawab. Lebih asyik nonton kok dibanding baca. Semoga bermanfaat dan selamat menonton! :D

Trailer film Parasite