Tak selamanya punya banyak waktu luang itu menyenangkan. Setidaknya itu yang dirasakan anak kedua saya, A Radit. Dia yang selama ini sangat suka berbagai hal yang berbau internet, di masa PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) alias BDR (Belajar Dari Rumah) kayak sekarang, ternyata pada akhirnya merasa jenuh dan bosan juga.
Pandemi Oh Pandemi
Ya, kejadian ini baru saya tahu beberapa hari yang lalu. Dua hari lamanya, A Radit murung terus. Awalnya saya kira dia bete karena tugas sekolah yang banyak dan ribet. Tapi setelah saya pancing terus-terusan, akhirnya dia buka suara. Bahkan sampai berkaca-kaca hampir menangis.
Huhu iya hampir menangis. Saya kaget, dia yang selama ini selalu tegar, selalu ceria, dan seperti tak pernah menyimpan kekesalan apa pun, malam itu bersedih di pelukan saya. Anak cowok 15 tahun, yang bahkan badannya besar dan udah lebih tinggi 15 cm-an dari saya, menitikkan air mata. Persis seperti dia 7-8 tahunan yang lalu.
“Aku bosan, Mi, sekolah begini terus. Gak ada yang kenal pula. Tiap online sama temen-temen, cuma ngomongin tugas.” Seperti itu kira-kira ucapan A Radit.
Benar, A Radit memang belom kenal dengan teman-temannya. Soalnya dia baru masuk kelas X SMA. Semua teman-temannya baru semua. Dan dari berbagai SMP. Ada sih temen sekelasnya di SMA barunya itu, tapi gak sekelas. Jadinya jarang banget komunikasi.
“Emangnya udah gak pernah chatting lagi sama sobat-sobat waktu SMP? tanya saya.
Masih, tapi udah jarang banget. Mabar game kesukaan, yakni Mobile Legend juga udah gak pernah lagi. Mereka punya tugas masing-masing.
Setelah lama curhat, dengan menitikkan air mata, dan sedikit nasihat dari saya, akhirnya A Radit kembali ceria.
Ya mau gimana lagi, ya, keadaan masih seperti ini. Dan buat anak yang gak bisa 'bergaul' secara online seperti A Radit, dan lebih suka bergaul di alam nyata, yang bisa dilakukan hanyalah bersabar.
Lain A Radit, lain pula dengan A Zaudan (8 tahun), anak ketiga saya. Dia yang kini duduk di kelas 2 SD, justru menikmati masa PJJ ini. Dia yang pendiam di alam nyata, sangat suka dengan belajar online. Jadinya, mulai dari jam 8 pagi ngerjain tugas dari gurunya, kemudian nonton tayangan BDR dari TVRI, dan lalu beresin semuanya, bahkan hingga jam 11 atau jam 12, dia lakukan dengan semangat.
Saat saya tanya, enakan mana belajar di sekolah dan belajar di rumah? Dia memilih belajar di rumah. Lebih ngerti dijelasin sama mama. Gitu katanya. Hehehehe.
Tapi ya gitu, sayanya yang jadi repot. Mulai jam 9, sudah harus bebas kerjaan rumah. Dan sesemangat apa pun, yang namanya anak 8 tahun, apalagi punya adik, pasti aja banyak godaan. Pegang mainan ini, nyeramahin adiknya dulu lah, ke sana dulu, ke sini dulu, dan lain-lain. Penuh drama!
Yang terakhir, anak saya yang bungsu. Rayyan, usianya udah 6 tahun. Sebelum pandemi, rencananya saya mau masukin dia ke TK. Tapi karena keburu pandemi, akhirnya gak jadi saya masukin ke TK.
Bukan apa-apa, di sini TK masih pada belajar di sekolahnya. Dua hari di sekolah, dan 3 hari di rumah gurunya. Semacam les gitu. Walopun muridnya anak-anak di sekitar sekolah, tetep aja saya khawatir. OTG kan di mana-mana. Saya aja sekarang ini jarang banget deketan sama tetangga, apalagi anak-anak. Jadinya, setelah diskusi sama bapaknya anak-anak, saya lebih memilih anak saya belajar sama saya aja. Dengan kurikulum yang mirip sama kurikulum A Zaudan saat di TK. Dari mulai belajar menulis, menghitung, bermain, stimulasi motorik halus-kasar, hingga mengenal huruf. Gak apa-apa deh pelan-pelan, yang penting ada peningkatan. Dan ya, Rayyan juga menikmatinya. *Walopun sama juga, banyak dramanya*
Kalo anak pertama gimana? Anak saya yang paling besar harusnya tahun ini masuk perguruan tinggi. Tapi karena gak lolos SBMPTN, dan keadaan masih pandemi seperti ini, Teteh Ana lebih memilih untuk vacum dulu. Dan menyiapkan diri untuk tahun depan aja. Semoga saja pandemi sudah berakhir ketika tahun ajaran baru dimulai.
Yang Heboh Saat PJJ
Tiada hari tanpa heboh. Setiap hari, ada aja dramanya. Dari mulai bangun pagi yang pada susah dan mesti dibangunkan sama saya, kemudian tidur lagi dengan alasan udah ngisi absen. Sampe drama nyari seragam sekolah. Belom lagi kalo ada tugas yang tidak biasa seperti bikin prakarya. Dobel-dobel deh hebohnya saya ke sana ke mari.
Tapi jujur, saya mulai menikmati PJJ ini. Saya jadi belajar pelajaran sekolah lagi, belajar mengatur waktu, dan yang lain-lainnya.
Yang paling saya suka itu Hari Senin. Walopun lebih repot, ngelihat anak-anak upacara secara online, kok rasanya gimana. Lucu campur haru. Pakai seragam sekolah, pakai dasi, dan lalu dengan khidmat di depan laptop atau hape mengikuti serangkaian upacara.
Begitu juga dengan suami. Dia yang kerjanya separuh WFO (Work from Ofice) dan separuh WFH (Work from Home) juga begitu. Kebetulan setiap Senin beliau jadwalnya WFH. Jadinya sama juga, dengan pakai seragam kantor, atau pakai kemeja kerja, dia juga ikut upacara bendera.
Hehe, enggak tahu kenapa, ngelihat anak-anak pake seragam sekolah di rumah saat belajar di depan hape atau laptop; dan melihat suami kerja online di depan laptop dengan memakai seragam kantor atau kemeja kerja, meskipun lucu, tapi saya suka. Suatu pemandangan yang mungkin tahun-tahun sebelumnya tak pernah terpikirkan.
Tips Memilih Seragam
Ngomong-ngomong soal seragam, teman-teman udah pada beli seragam baru? Udah dong ya. Walopun belajar di rumah, anak-anak ada jam online yang harus 'setor diri' di depan kamera, kan? Nah ini sudah pasti pake seragam sekolah. Dan biar serius juga belajarnya kalo pake seragam.
Beberapa kali saya merasa zonk saat membeli seragam. Nah berkaca dari sana, akhirnya saya jadi tahu tips memilih seragam. Ini dia tips memilih seragam sekolah supaya teman-teman gak ngerasa zonk kayak saya.
Yang pertama, pilih bahan yang bagus. Bahan yang bagus biasanya tebal serta punya tekstur halus dan lembut. Bahan katun adalah yang saya suka. Selain karena hal tadi, juga karena adem di badan. Gak bikin keringetan.
Yang kedua, pilih warna yang bagus. Warna yang bagus pada seragam, mengacu pada kejernihan warna. Misalnya seragam warna putih. Putihnya putih bersih, dan tidak kucel. Pun begitu dengan warna lain, warnanya jernih.
Yang ketiga jahitan. Seragam yang bagus tentu punya jahitan yang rapi. Dan jahitan yang rapi juga tergantung pada potongan alias cutting-nya. Keduanya menjadikan seragam enak dan nyaman dipake.
Yang keempat ukuran. Seragam yang bagus tentu ukurannya pas dengan badan pemakainya. Untuk anak sekolah, jelas dipilih ukuran yag sesuai juga dengan ukuran badan anak. Tidak terlalu pas, tapi juga tidak kebesaran.
Yang terakhir adalah harga. Barang yang bagus konon harganya mahal. Tapi ini relatif ya, mahal di kita belum tentu di orang lain. Demikian sebaliknya. Saya sih, biasa milih seragam yang harganya sedang. Gak terlalu mahal, tapi juga gak murah.
Itu dia tips milih seragam. Sesuaikan saja dengan kebutuhan masing-masing anak. Kebutuhan anak saya tentu berbeda dengan kebutuhan anak teman-teman.
Seasyik-asyiknya PJJ…
PJJ memang berjuta rasa. Tapi, seasyik-asyiknya PJJ, belajar di sekolah tetap lebih baik. Banyak hal yang tidak didapat anak-anak dengan PJJ. Salah satunya ya itu tadi. Yang dialami A Radit. Kebutuhan bersosialisasi dengan temannya. Ada rasa hampa yang dirasakan saat tak bisa berkumpul dan berinteraksi dengan teman sebaya.
Untuk A Zaudan juga, walopun dia sangat menikmati PJJ, belajar di sekolah tetap lebih baik. Dia yang pendiam, harus banyak belajar bersosialisasi dengan orang lain. Dia juga harus belajar mandiri, dan belajar menyelesaikan permasalahan sekolah sendiri. Selama di rumah kan, tiap ada apa-apa, pasti selalu meminta pertolongan saya. dalam soal disiplin juga, didikan dari guru lebih manjur ketimbang saya. Sama guru ada takutnya. Lha sama saya, banyak ngeyelnya.
Tapi untuk sekarang, PJJ adalah yang paling baik. Pandemi masih belum berakhir. Anak-anak masih berisiko besar untuk terpapar virus corona jika harus ke luar rumah dan belajar di sekolah.
This Shall Too Pass!
Iyes, semua akan berlalu. Termasuk juga pandemi yang sedang kita hadapi. Semoga saja bisa segera berakhir. Supaya semua kembali normal. Anak-anak belajar dengan tenang di sekolah, dan kita semua melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya.
Untuk saat ini, sabar dan menikmati apa yang terjadi adalah hal yang bisa kita lakukan. Supaya kita tidak stres. Tetapi tetap, mengutamakan protokol kesehatan, di mana pun kita berada adalah keharusan. Supaya pandemi tidak semakin berkepanjangan.
Sampai jumpa di tulisan saya yang lain. Semoga bermanfaat. Sehat-sehat selalu!
Wah pengalaman baru yah kak upacara online :))
BalasHapusSeru deh! Tapi pasti penyesuaiannya juga susah susah gampang yah kak. Semoga deh pandemi ini cepat musnah dari muka bumi biar kita semua bisa balik beraktifitas kaya biasa lagi.
Btw thanks ya tips memilih seragamnya, kece!
Walau belum punya anak, aku ikut ngerasain ribetnya PJJ ini di kala ponakan yang gak tinggal serumah nanya PR. Semangat buat anak-anak di Indonesia, juga buat orangtua dan para guru :) semoga korona segera berlalu.
BalasHapusanak yg gede kalau PPJ enak ya teh udah mandiri, yg puyeng yg kecil2 ini, yg masih perlu di dampingi sama mamanya :)
BalasHapusHahhaa, selalu seru ya drama PJJ ini. Tiap anak pun ada suka anteng dunia maya, ada yang dunia nyata sekolahnya. Kek kk Olip, katanya lebih suka PJJ dirumah, anteng dengan gadgetnya.
BalasHapusBerharap semuanya kembali seperti layaknya sekolah pada umumnya, berseragam. Suka lucu lihatnya, berseragam atasnya doank, buat stor wajah di zoom .
Kakak daku juga beli seragam sekolah ponakanku lewat online, mirip tips nya seperti Teh Nia sampaikan, karena jangan sampai ya kita udah beli eh ternyata nggak sesuai ekspektasi
BalasHapusTetap sabar dan semangat ya Nak. Sedih bacanya karena anak-anak saya meski belum sekolah juga merasa agak stres karena harus terus di rumah saja. Semoga pandemi ini segera berlalu ya. Aaamin Ya Rabb
BalasHapusUntuk anak yg terbiasa atau senang berinteraksi langsung, belajar di rumah, bisa menimbulkan kebosanan. Tapi buat anak yg terbiasa mandiri, tentunya ga masalah. Tiap anak punya pribadi dan minat masing² ya Mbak. Jadi reaksi atas perubahan² selama pandemi pun bermacam-macam.
BalasHapusAh, semoga pandemi cepat berlalu. Kita bisa kembali menikmati hidup normal.
Iya teh saat pandemi gini bakalan selalu diingat yak... Gak kebayang seblumnya hrs PJJ semua tapi itu dinikmati Aja dr seragam sekolah dn selalu melakukan protokol kesehatan
BalasHapusKalau bahan seragamnya bagus dan jahitannya rapi, pasti terasa nyaman saat dipakai si kecil yaa mbak.
BalasHapusBanyak tantangannya ya PJJ ini orang tua dituntut untuk ekstra dan maksimal membersamai anak . Semangaat Mba Nia
BalasHapusHehhe pjj kadang emang penuh drama ya mbak....
BalasHapusTapi jadi penganmlaman seru yg tak terlupakan
Hihihi bener banged Mbak, kenapa ya anak2 tuh suka takutnya ama gurunya trus kl dikasih masukan sama mamanya eh malah jawab. Seru ya dinamika PJJ nya satu saat smua ini akan jadi kenangan yg indah.
BalasHapusDrama PJJ ini sepertinya milik kita semua ya mbak :D
BalasHapusTantangan dan kendalanya ada aja. Anak-anak perlu motivasi supaya kegiatan bisa berjalan lancar.
"Tiap online sama temen-temen, cuma ngomongin tugas.”
BalasHapusAa ini tipikal yang senang bergaul ya, Mbak. Sedih juga ya gak bisa ketemu teman2.
saya juga barusan nulis tulisan drama pembelajaran daring wkwkwk. Adaaa aja dramanya ya.
Saya termasuk yang beruntung karena gak begitu banyak drama selama PJJ. Karena anak saya sudah besar-besar, jadi gak memerlukan terlalu banyak campur tangan ibunya.
BalasHapusHanya tetap saja waktu untuk menulis dan me time lainnya jadi berkurang. Soalnya anaknya minta dimasakin melulu hihihi
Tapi saya tetep setuju dengan Teh Nia, untuk tetap menjalani PJJ dulu sampai pandemi benar-benar hilang
Kalau aku maunya BDR gak usah pakai seragam biar ga banyak cucian, tapi aturan sekolah harus pakai jadi harus ikutan.
BalasHapusAnakku belum pakai seragam sekolah selama PJJ masih menggunakan baju bebas tapi harus sopan. Misal yang anak laki-laki harus menggunakan kemeja kerah dan celana panjang selama PJJ, kecuali pas olahraga ya ini beda lagi.
BalasHapusSaya termasuk emak yang menganut paham ini: seasyik-asyiknya PJJ, belajar di sekolah tetap lebih baik. Beberapa kali saya rasan-rasan sama suami dan teman-teman di kantor, ttg PJJ ini dan merasakan pembelajaran di sekolah masih lebih cocok bagi anak-anak kami. KArena sekolah bukan hanya tentang mempelajari pelajaran (Ipa, MTK, IPS dll), tapi juga pembelajaran bersosialisasi dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya yang tidak didapatkan dari sistem PJJ ini. Smeoga saja kondisi pandmei ini segera membaik dan anak-anak bisa kembali menjalani pembelajaran secara langsung lagi
BalasHapusWah kebayang repotnya Teh Nia nih, alhamdulillah anak-anak sudah besar jadi saya engga repot lagi. Si bungsu sudah SMP kelas 8 sudah mandiri jadi ga perlu pendampingan lagi. Btw tips seragamnnya oke nih teh.. tapi seragam anak2ku beda dengan seragam lain pada umumnya jadi harus jahit atau beli di sekolah kalau perlu diganti hehe...
BalasHapusAih iyaa yaa, dengan dilakukannya PJJ, maka anak pun tidak terpenuhi kebutuhan bersosialisasinya. Tapi....untuk saat ini, itulah yang terbaik. Sama-sama bersabar, sembari berdoa agar keadaan bisa normal kembali. Sehingga anak-anak bisa bersekolah di sekolah seperti sedia kala.
BalasHapusAamiin ya Allah semoga pandemi cepat berlalu huhu sama banget drama PJJ ini . Tapi ada hikmahnya juga memang bonding sama anak-anak jadi makin dekat dah gt ga perlu anter-anter ke sekolah mereka.
BalasHapuspandemi oh pandemi emang nganu banget ya mbak Nia.. anakku juga bilang bosen nih, tapi mulai besok ada home learning seminggu dua hari
BalasHapusCakep banget sih hasil karyanya zaudan.. aku ga kebayang kalo punya anak sekolah yg pjj, belom punya anak sekolah aja aku yg bete mulu nih hahaha
BalasHapusSekarang kudu sabar dulu memang dengan kondisi harus belajar di rumah dulu.
BalasHapusIya, mau gimana lagi ya mbaa... kondisinya emang masih gini. Meskipun udah sumpek banget belajar di rumah, tetap lebih aman lah daripada anak nanti harus ketemu dengan banyak OTG, kita tak pernah tau kaaann..
BalasHapusAnakku seragamnya udah nggak muat mba hehehe. jadi selama PJJ ini pakai seragam trus diakalin deh. Mau beli juga nanggung udah mau lulus SD karna udah kelas 6 SD. Hehhe. Tapi ntar liat deh kalau wabah ini beres dan harus ke sekolah :)
BalasHapusBayangin anak sulungnya nangis mbak, udah macem desperate ya. Mak Nia strong,masyaaAllah dengan 4 bocah, semangat dan sehat2 mak
BalasHapusWah perjuangan banget bunda ngurus anak yang pendidikan jarak jauh yaah.. semoga keadaan semakin membaik yah
BalasHapusEmang BDR menantang banget. Apalagi anak pertama aku baru masuk PG dan masih agak susah kalo disuru mengerjakan tugasnya 😔
BalasHapusSebenernyq udha stres aku teh sama PPJ tp demi anak aku tahan hahaa drpd harus melepas ke sekolah dissat seperti ini
BalasHapusAnak-anak saya tuh mirip saya banget. Anak rumahan. Jadi saat pandemik begini, eh mereka malah suka. Apalagi yang bungsu, malah jadi nggak mau pergi ke sekolah betulan. Sudah keenakan di rumah dianya. Duh, saya malah dag dig dug. Nanti kalau pandemik usai dan dia nggak mau berangkat ke sekolah, gimana? Saya bekerja jadi nggak mungkin deh pakai homeschooling.
BalasHapusSeru ya, kalau PJJ tetap mengenakan seragam. Anak-anak nggak. Sepertinya bakal terasa sekolah beneran nih kalau pakai seragam. Di sekolah, anak-anak seragamnya juga hanya tiga kali seminggu, sih. Tapi paling nggak, hari Senin bisa kali ya tetap pakai merah putih, hihihi ...
Seru ceritanya. Semoga semangat yah yg PJJ seperti ini.. iya sih, pengen sekolah di luar, tapi sementara emang bagusan di rumah aja.
BalasHapusSemoga saja ya mba pandemi ini cepat berlalu biar anak bisa kembali kesekolah. Karena sekolah dari rumah selain bikin kita orang tua semakin rempong rasanya tidak begitu efektif juga buat anak.
BalasHapussemangat yaa mbak. memang pandemi ini menyusahkan banyak orang, tapi yang harus yakin kita semua sedang berjuang :')
BalasHapusaamiin ya Mba Nia semoga semuanya segera berakhir dan kemabli normal senormal-normalnya seperti sedia kala. two thumb untuk semua mama-mama hebat selama masa pandemi ini, saya menyaksikan sendiri sodara saya yang guru, belum lagi harus bantu anaknya yang SD dna masih PAUD, struggle banget. btw soal tips seragamnya, kalau saya pribadi jahitan itu sangat penting heheh
BalasHapusSetiap anak memiliki dramanya masing-masing yaa, teh..
BalasHapusPJJ bisa menjadi kisah untuk anak-anak kelak saat besar nanti.
Masalah seragam ini, kami uda gak pakai lagi, hiihii...karena jilbabnya lebar, jadi gak terlihat, teh.
setuju Mbak, anak kalau di sekolah nurut ama gurunya, giliran ama emaknya mah penuh drama, ngeyel, deeuhhh..
BalasHapustapi mau gimana lagi, BDR saat ini yang terbaik buat semua.
semoga pandemi ini segera berarkhir.
anak TKku ini meski BDR tapi dari sekolahnya tetap diminta saat anak belajar pakai seragam :D
Emang ya memilih seragam sekolah itu nggak boleh salah. karena bakal dipakai setiap minggu dalam setahun. Syukur-syukur bisa tetap dipakai walau sudah naik kelas
BalasHapus