Laman

26.2.21

Yuk Turut Serta Memutuskan Mata Rantai Anemia Mulai dari Keluarga!


Pagi itu, seperti pagi-pagi lainnya saat menstruasi datang, saya rebahan lumayan lama. Walaupun harusnya belajar di sekolah, tapi karena kepala terasa sangat pusing, saya absen masuk kelas. Beruntung mama mengerti. Surat izin tidak sekolah, langsung dititipkannya kepada teman saya.

Saya Menderita Anemia

Kejadian di atas merupakan rutinitas bulanan saya. Saat saya sekolah dan kuliah dahulu, di hari pertama tiap kali menstruasi datang. Saya pasti harus izin tidak masuk sekolah. Penyebabnya, kepala terasa sangat pusing. Jika dipaksakan masuk sekolah, saya bisa pingsan. Jadinya, daripada merepotkan guru dan teman-teman, lebih baik saya tidak masuk saja.

Kejadian tersebut terjadi bertahun-tahun. Sejak pertama kali mendapat haid, hingga saat saya menikah. Hari pertama menstruasi menjadi hari yang sangat buruk. Kepala pusing dan badan terasa lemas. Betul, saya menderita anemia!

Sebenarnya, gejala kepala pusing ini tak hanya terjadi di saat menstruasi datang saja. Di hari lain juga ada kalanya begitu. Tapi karena pusingnya tak berat, saya sering mengabaikannya. Tapi tetap, pusing dan lemas ringan ini juga mengganggu. Saya jadi gak konsentrasi belajar, saya jadi mudah ngantuk. Dan maunya, kepengen segera pulang dan tidur saja.

Tak jauh berbeda dengan saat sekolah dan kuliah, setelah menikah hingga sekarang, si anemia tetap merongrong hidup saya. Apalagi ketika hamil. Gejala kepala yang pusing dan badan yang lemas selalu saja saya rasakan. 

Saya Tak Sendiri

Apa yang menimpa saya sejak remaja ternyata terjadi juga pada perempuan-perempuan lain. Malah lebih parah. Perempuan-perempuan lain, kepala pusing dan badan yang lemas ini terasa tak hanya saat dengan haid. Dalam keseharian, mereka juga harus berdamai dengan itu.

Tak sampai di situ. Anemia juga banyak menimpa anak-anak. Dari data riskesdas terakhir (tahun 2018), disebutkan bahwa 1 dari 3 anak balita Indonesia itu menderita anemia yang disebabkan kekurangan zat besi.

Anemia Tidaklah Sepele!

Nah ini juga yang saya tahu sekarang-sekarang. Anemia, terutama anemia yang disebabkan kekurangan zat besi ternyata bukan hal yang sepele. Sebab jika dibiarkan berlarut-larut, anemia kekurangan zat besi bisa berakibat fatal, bahkan hingga kematian. Berikut ini beberapa gangguan yang bisa muncul akibat anemia kekurangan zat besi.

Gangguan kognitif

Pada anak, anemia kekurangan zat besi bisa menyebabkan gangguan kognitif. Sebab zat besi berperan dalam perkembangan fungsi otak, sehingga jika asupan zat besi berkurang, maka perkembangan kognitif pun tidak maksimal. 

Jika kognitif terganggu, otomatis perkembangan motorik dan mental anak juga terganggu. Anak dengan gangguan anemia kekurangan zat besi itu cenderung sulit berkonsentrasi, sehingga bukan mustahil prestasi akademik yang diraihnya akan jadi rendah.

Mudah terinfeksi

Anemia kekurangan zat besi memperbesar risiko terserang infeksi. Sebab zat besi memiliki peran dalam sistem imunitas tubuh. Anemima kekurangan zat besi juga memengaruhi penyembuhan luka. 

Kelelahan 

Ini yang saya rasakan. Yang terjadi, oksigen konon tidak terikat dengan baik oleh hemoglobin. Jadinya, asupan oksigen ke seluruh tubuh jadi berkurang. So, tenaga yang dihasilkan akan sedikit. Tubuh pun menjadi lemas dan mudah lelah.

Gangguan dalam kehamilan

Ini juga saya rasakan. Setiap hamil, saya pasti anema. Ya, wanita hamil memang lebih rentan terkena anemia kekurangan zat besi. Jangankan perempuan yang dalam kesehariannya, atau yang sebelum hamilnya sudah punya gangguan anemia, bahkan yang biasanya normal pun, saat hamil bisa kena. Sebab saat hamil, sumsum tulangnya bekerja lebih keras dalam membentuk sel darah merah untuk perkembangan janin. Jika keadaan ini dibiarkan, risiko keguguran, kelahiran prematur, kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, serta perdarahan pascapersalinan akan meningkat berkali-kali lipat.

Lingkaran Setan Itu Bernama Anemia

Jika digambarkan, anemia kekurangan zat besi ini seperti lingkaran setan, ya. Sebab orang-orang yang terlibat di dalamnya, yaitu golongan-golongan rentan di dalamnya, itu saling berhubungan dan menjadi sebab dan akibat satu sama lainnya. Yuk mari kita jabarkan!

  1. Remaja perempuan. Dia sangat rentan kena anemia. Jika dibiarkan, sistem reproduksinya akan terganggu. Dari mulai infertil hingga berisiko melahirkan anak yang tidak sehat serta anak stunting.
  2. Ibu hamil. Dia juga sangat rentan kena anemia. Kerentanannya bisa diakibatkan karena anemia yang tidak tertangani dengan baik saat dia remaja. Dan jika saat hamil anemianya dibiarkan berlarut-larut, anak yang dilahirkannya besar kemungkinan juga akan anemia, dan berisiko stunting serta tidak sehat.
  3. Anak balita. Dia berisiko anemia akibat ibu yang mengandungnya anemia. Anemia yang dideritanya bisa membuat dia stunting dan tidak sehat. Jika balita ini perempuan, dan lalu anemianya tidak tertangani dengan baik, maka saat remaja, anak ini berisiko menjadi remaja yang anemia.

Nah kan, bisa dilihat bagaimana anemia ini menjadi semacam lingkaran setan?!

Yuk Ikut Putuskan Rantai Anemia!

Pantas saja jika memutus mata rantai anemia menjadi titik fokus kementrian kesehatan dan banyak pihak di tahun ini. Misalnya Danone Indonesia dalam perayaan Hari Gizi Nasional. Program-program yang dilakukan Danone Indonesia sangat mendukung upaya pemutusan mata rantai stunting dan anemia lintas generasi. Misalnya saja Program Isi Piringku untuk anak-anak dan balita, Program GESID untuk remaja, Program Rumah Bunda Sehat untuk ibu hamil, Program Duta 1000 Pelangi, Aksi Cegah Stunting, Gerakan Ayo Minum Air (AMIR), Program Warung Anak Sehat, dan lain-lain. Di samping tentunya mengeluarkan produk-produk dengan inovasi nutrisi yang dapat membantu pemenuhan zat besi serta mendukung penyerapan zat besi pada anak berusia di atas satu tahun.

Kita semua juga bisa ikut andil dalam pemutusan rantai anemia dan stunting ini. Caranya yaitu dengan selalu memberikan makanan yang bergizi bagi anak-anak balita, anak-anak remaja, dan seluruh anggota keluarga. Patokannya bisa melihat pada program Isi Piringku, di mana di dalamnya tersedia karbohidrat, lauk pauk, sayuran dan buah, serta susu. Dan jika diperlukan, bisa ditambahkan suplemen zat besi. Tapi, jika makanan dan minumannya sudah sesuai, suplemen ini tidak diperlukan lagi.


Semoga Saja!

Apa yang dilakukan pemerintah, dan pihak-pihak lain seperti Danone Indonesia dalam memutus mata rantai stunting dan anemia sudah sangat masif dan intensif. Apalagi jika dibantu dengan kita di lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Sudah pasti, pemutusan mata rantai ini akan cepat terlaksana. Jika terus dilakukan, bukan mustahil, anemia dan stunting tak akan menjadi ancaman lagi. 

Ya, semoga saja semua cepat terjadi. Anak-anak calon penerus bangsa haruslah sehat dan kuat. Supaya masa depan yang cemerlang bukan hanya sekedar mimpi. Yuk kita bantu wujudkan!

Referensi

21 komentar:

  1. Tos, mBak. Aku dari pertama haid sakit dan mesti ga sekolah trus ga masuk kerja pas dewasa...dan gejala anemia juga kualami sejak SMP. memang mesti diwaspadai ya perihal anemia ini. Benar sekali jika makanan yang bergizi bagi anak-anak balita, anak-anak remaja, dan seluruh anggota keluarga akanjadi satu solusi

    BalasHapus
  2. Aku belum pernah mengalami pingsan kayak Teh Nia kalau lagi mens gitu. Tapi karena suka begadang dan geber kerjaan, kadang aku ngalamin gejala kayak anemia gitu. Makan bubur ayam + hati juga ampelanya jadi salah satu pilihanku hihihi

    BalasHapus
  3. Oh baru tahu Mbak, sampai ke permasalahan mental dan psikologis anak ya, saat mengalami gangguan anemia

    Terima kasih banyak informasinya ya, mulai saat ini meski lelah dan bingung mau masak apa, sebaiknya masak yang simple tapi mengandung banyak nutrisi yang dibtuhkan anak untuk melawan anemia ya

    BalasHapus
  4. Anemia defisiensi besi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada anak-anak dan kondisi ini tidak boleh disepelekan begitu saja. Anemia bisa menyebabkan anak mengalami gejala merasa lelah, lemas, hingga sesak napas.

    Duh, edukasi semacam ini kudu nyampe ke semua ortu ya.
    Supaya generasi Indonesia sehaaattt dan merdeka dari anemia!

    BalasHapus
  5. Memang perempuan rentan banget kena anemia, ya. Aku kemarin menjelang persalinan juga. Untung masih bisa ngejar sampai di angka sedikit saja di bawah normal.

    BalasHapus
  6. Aku dulu anemia banget mba. Terus makan sayuran kata si mamah yg ijo2. Alhamdulillah pas dewasa nggak sring pusing paling pas hamil masalah dgn hb..
    Iyaa anak2 harus sehat kuat yaa

    BalasHapus
  7. Ternyata anemia berpengaruh ke perkambangan kognitif dan motorik juga ya. Yuk mari kita mulai dari keluarga memutus rantai anemia ini

    BalasHapus
  8. Gangguan kognitif bisa jadi efek dari anemia juga ya, saya baru tahu setelah mengikuti webinar. Bayangan bisa pingsan saja dan bisa pusing kapan saja sebenarnya sudah menakutkan. Mbak Nia, semoga selalu sehat ya.

    BalasHapus
  9. Eh ternyata samaan Mbak gejalanya kalau lagi datang bulan, saya dulu waktu sekolah dan kuliah malah sampai kerja pun begitu. Tapi sering saya tahan alhasil malah masuk klinik.

    BalasHapus
  10. Aku tuh khawatir kena anemia lagi seperti waktu hamil. Sampai sekarang pun aku lanjut minum suplemen zat besi dan banyak makan sayur hijau plus daging

    BalasHapus
  11. ga enak banget ya mba kalau ada gejala anemia, dan ternyata anemia ini banyak banget ya dampaknya, ga bisa dianggap sepele. Semoga dengan semakin membaiknya kesadaran pentingnya nutrisi masyarakat jadi lebih baik lagi kondisinya. dan anemia bisa teratasi

    BalasHapus
  12. Anemia ini memang bahaya banget, aku sendiri menderita anemia sudah lama, malah beberapa kali dilarikan ke rumah sakit

    BalasHapus
  13. Kirain anemia itu biasa teh ternyata efeknya fatal ya bagi bumil pertumbuhan janin terganggu, bisa membahayakan bumil juga karena pendarahan, bagi anak bisa stunting..

    BalasHapus
  14. benar penting banget memutuskan mata rantai anemia seperti ini karena memang dari kitanya sendiri karena aku juga masih menganggap sepele tapi ternyata bahaya

    BalasHapus
  15. Aku jadi ingat dulu SD punya teman lakiyang bawaannya lemeeess aja.
    Mungkin ADB yaa...soalnya anak laki kan biasanya aktif gitu.

    Orangtuanya pun sibuk.
    Jadi penting memerhatikan asupan makan dan gizi anak.

    BalasHapus
  16. Harus bersama-sama nih kita putuskan mata rantai anemia. Kecukupan gizi dari sejak kecil harus menjadi prioritas utama, terutama terpenuhinya kebutuhan zat besi pada tubuh.

    BalasHapus
  17. Saya enggak nyangka ya ternyata anemia ini bahaya banget. Dulu tak pikir asal sering-sering makan bergizi dan konsumsi zat besi juga bakalan gak pingsan-pingsan lagi, ternyata harus diperhatikan betul variasi makanannya.

    BalasHapus
  18. Iya nih Anemia muter aja di situ penderitanya kalau ga diperhatikan dengan baik
    Kebetulan juga ini punya anak dua cewek semua jadi perlu care

    BalasHapus
  19. Harus dimulai dari dri sendiri ya mba, karena kitalah yang bisa merasakan. Semoga keluarga kita sehat selalu dan kecukupan gizinya apalagi kalau ada anak-anak dan orangtua di rumah

    BalasHapus
  20. Aku pernah merasakan anemia dan rasanya memang nggak enak banget. Pusingnya itu yang bikin bad mood. Mau ngapa-ngapain nggak bisa maksimal. Bahkan sampai gak bernai kelaur rumah. Semoga semakin banyak keluarga yang terbebas dari anemia

    BalasHapus
  21. Iya aku baru paham kalo anemia adalah masalah serius yang harus diputus mata rantai selain stunting. Aku jadi lebih aware nih dengan asupan makanan bergizi.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)