Di acara talkshow tersebut, hadir narasumber dr Astri Ferdiana, yang merupakan Technical Advisor NLR Indonesia dan juga Pak Al Qadri yang merupakan perwakilan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta. Pak Al Qadri ini sekaligus juga Wakil Ketua Perhimpunan Mandiri Kusta Nasional.
Stigma Buruk terhadap Kusta
Dalam tulisan saya mengenai kusta beberapa waktu yang lalu, yang saya tulis di sini, pernah disinggung mengenai stigma buruk masyarakat terhadap penyakit kusta dan penderitanya. Penyakit kusta dan penderitanya dianggap kutukan. Berbahaya karena bisa menularkan, jadinya banyak dijauhi. Tak hanya itu saja, diskriminasi juga banyak terjadi di berbagai bidang terhadap para penderita kusta. Sekali pun mereka sudah sembuh. Jadinya tak heran, mereka kehilangan rasa percaya diri dan harga diri, merasa malu, takut, sedih, depresi, dan putus asa.
Salah satu narasumber, yakni Pak Al Qadri banyak bercerita mengenai stigma buruk ini. Beliau bilang bahwa menjadi penderita kusta itu sangatlah berat. Stigma negatif dari dulu hingga sekarang tak banyak kemajuan. Pemberian edukasi kepada masyarakat, misalnya saja mengenai penyakit kusta yang bisa sembuh dan penderitanya bisa hidup berdampingan secara normal, itu susah. Jadinya ya, penanganan penyakit kusta ini sangat susah. Tak jauh-jauh, beliau saja yang sudah sembuh total, bahkan aktif dalam organisasi kusta, sering sekali mendapat diskriminasi.
Ayo Kenali Kusta!
Ada hal mengejutkan yang baru saya ketahui dari talkshow hari itu. Saat ini, Indonesia menempati peringkat ketiga dalam hal penyakit kusta di kategori total kasus baru. Huhu, bikin sedih, ya?! Di urutan atas untuk hal seperti itu. Padahal penyakit kusta ini bisa diobati hingga sembuh. Jelas sudah, hal ini terjadi karena masyarakat kita kurang tahu mengenai apa itu penyakit kusta, penanganan, dan pengobatannya.
Apa sih kusta? Pertanyaan ini banyak yang tak bisa menjawabnya. Termasuk saya. Saya juga hanya tahu sekilas saja dari berita di TVRI zaman saya kecil dulu. Sekarang, sebelum saya menulis tentang kusta, saya benar-benar tidak tahu. Malah, saya kira penyakit kusta atau lepra ini sudah musnah di Indonesia. Jadinya kaget banget saat tahu kalau penyakit ini masih eksis dan bahkan Indonesia menempati urutan ketiga.
Penyakit kusta sebenarnya merupakan sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri yang bersifat tahan asam, aerobik, bergram positif, berbentuk basil atau batang, dengan ciri khas membran selnya diselimuti oleh sel lilin.
Penyakit kusta ini sangat menular. Penderitanya akan mengalami penurunan kemampuan, baik itu penurunan sensorik maupun penurunan motorik. Usai terinfeksi, hingga menimbulkan gejala, penyakit kusta membutuhkan waktu (masa inkubasi) yang panjang. Yakni mulai dari 6 bulan hingga 20 tahun lamanya. Gejalanya sendiri, menurut dr. Astri Ferdiana, di antaranya adalah penampakan sakit kulit yang menyerupai panu, di mana terdapat bercak kulit berwarna putih atau merah. Tidak bersisik, tidak perih, dan tidak berasa apa-apa atau mati rasa. Pak Al Qadri sendiri mengungkapkan hal serupa. Di awal beliau terinfeksi penyakit kusta, yang terasa adalah kulitnya yang terasa mati rasa.
Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya
Ya, penyakit kusta memang sangat menular. Namun menurut dr. Astri Ferdiana, seseorang untuk bisa tertular, itu cukup susah. Dia harus berinteraksi secara intens dengan si penular, dia harus punya kondisi imun tubuh yang buruk, dan banyak syarat yang memang di bawah kondisi orang kebanyakan. Bahkan misalnya jika dalam satu ruangan berkumpul 100 orang, di mana 1 orang merupakan penderita kusta, yang berisiko tertular itu hanya 2 orang saja (2%). Dan itu pun belum tentu benar-benar terinfeksi.
Nah dari uraian tersebut sangatlah jelas jika stigma negatif dan diskriminasi terhadap penyakit kusta dan penderitanya sangatlah tidak beralasan. Toh penyakit ini bisa diobati hingga benar-benar sembuh. Sebaliknya, kita harus mensupport, supaya penyakit kusta dan jumlah kasusnya semakin menurun.
Cara supportnya bisa dengan mengenali gejala penyakitnya supaya kita semua waspada dan bisa mencegah; kemudian mendorong yang sudah bergejala untuki berobat hingga tuntas dengan MDT (Multydrug teraphy) selama 6 bulan hingga 2 tahun; dan tidak melakukan diskriminasi terhadap penderita atau orang yang pernah menderita kusta.
Baiklah…
Itu dia sekilas isi talkshow yang saya ikuti beberapa waktu lalu di channel Youtube Kantor Berita KBR. Jika teman-teman ingin menyimaknya, teman-teman bisa klik video di bawah ini. Yuk ikut mensupport mereka. Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya!
Setujuu banget Mba, stigma terhadap pengidap kusta tuh harus bener2 hengkang.
BalasHapuskarena kan kasihan klo orang tsb dijauhi masyarakat.
padahal, kita kan kudu memberikan support dan semangat agar mereka survive dan menjalani hidup dgn lebih baik lagiiiii
Aku kira kita tuh udah bebas dari penyakit kusta ternyata belum ya.. Yes setuju banget sih..stigmanya itu harus segera lenyap.. Fookus ke pencegahan penyakit dan penanganan pascanya ya..
BalasHapuspemyakit kusta dianggap aib ya, orang dulu begitu ngiranya, jadi kasian penderita kusta dikucilkan deh.. padahal mah ini penyakit ya,
BalasHapusSekarang zaman makin maju dan informasi juga banyak. Harusnya kita tahu bahwa Kusta ini bisa diobati, bukan malah menjauhi ya. Mereka juga berhak mendapatkan apa pun, pekerjaan dan lainnya. Sama kaya kita
BalasHapusSungguh sangat disayangkan, bahkan yang sudah sembuh dari kusta masih kena diskriminasi ya...Setuju, tolak stigma, bukan orangnya. Mesti mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang lainnya.
BalasHapusDi Makassar ada Kampung Kusta. Saya hanya pernah lewat dan baca sekilas tentang kampung ini. Sebenarnya penasaran deh untuk kapan2 bisa berkunjung ke sana.
BalasHapusBaca kemungkinan penularan dan prasyarat ttg penularan sakit kusta membuat saya jadi makin ingin bisa berkunjung ke kampung kusta.
Memang mengubah stigma tidak semudah membalik telapak tangan teh Nia.
BalasHapusKebayang kan, butuh ratusan tahun loh ini, dan ga mungkin kita menerimanya semudah itu, apalagi kebayang bahwa penyakit kusta ini menular.
Setelah Lady Diana yang besar hati itu aja menunjukkan contoh kita masih ragu kok
Wah, iya tuh kalau zaman dulu penderita kusta dianggap kutukan dan pasti dijuhi masyarakat. Untungnya, kini sudah disosialisasikan sebaik2nya tentang penyakit kusta begitu juga dengan penyembuhannya. Walaupun agak lama karena butuh proses tentunya, penderita kusta bisa sembuh kok asal berikhtiar terus.
BalasHapusBanyak juga ya sampai ada di peringkat ketiga nih. Penyakit kusta banyak yang abaikan mba. Tapi dengan adanya perhatian dari banyak orang, insyallah akan banyak yang juga melek ya mba dengan kusta dan berusaha membantu penderitanya buat lekas sembuh
BalasHapusSepakat mbak, tolak stigmanya, bukan orangnya. Sudahlah orangnya lagi sakit fisiknya, terus dijauhi pula oleh masyarakat, kadang dijadikan bahan omongan, pasti jadi kepikiran juga. Bisa-bisa sakit juga tuh mentalnya
BalasHapusAh iya, sampai sekarang Indonesia masih belum bebas kusta ya mbak
BalasHapusStigma terhadap penyitas kusta juga masih banyak
Semoga bisa segera membaik angka kusta di Indonesia
kebayang di masa lalu gimana perasaan penderita kusta yang dikucilkan masyarakat. kalau sekarang generasinya sudah lebih cerdas. bukan orangnya yang ditolak, namun stigma itu yang harus dijauhkan :)
BalasHapusSepakat, penderita kusta juga manusia yang butuh di manusiakan juga, kasian ya kalau dikucilkan seperti jaman dulu.
BalasHapusSemoga dengan seringnya sosialisasi, masyarakat bisa merubah pandangan tentang penderita kusta.
Alhamdulillah,
BalasHapusDengan semakin mudahnya informasi yang benar mengenai penyakit kusta ini sehingga memutuskan tali rantai stigma negatif dari penderita kusta yaa..teh.
Dan kusta bisa sembuh dengan pengobatan tuntas MDT (Multydrug teraphy) selama 6 bulan hingga 2 tahun.
Pemerintah harus mulai juga memberikan perhatian terhadap penyakit lain deh selain covid 19 kayak penyakit kusta ini supaya bisa sembuh dan juga tidak menular lebih banyak lagi
BalasHapusKisah Lady Di dan mantan penderita kusta ini sampai sekarang masih bikin takjub ya. Membantu banget untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan
BalasHapusWah masuk peringkat tiga ya indonesia. Hiks sedih. Semoga bisa segera turun kasus aktif dan kasus kusta baru. Apalagi masa Inkubasi nya cukup lama kayak gini ya. Semoga stigma terhadap penderita kusta juga berkurang dg maraknya edukasi tentang kusta
BalasHapusSama lho, aku juga ngiranya penyakit kusta tuh udah nggak ada di Indonesia, ternyata malah peringkat ketiga ya, dengan stigma pada penderitanya yang senegatif itu? kesian ya.
BalasHapusSetuju teh, emang masyarakat itu harus sering-sering dikasih edukasi begini biar nggak asal menyimpulkan lalu ngegosip yang nggak-nggak. Tapi memang butuh proses panjang untuk merubah stigma ini. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang tidak gampang menghakimi satu sama lain.
BalasHapusAku keinget banget tu iklan baliho gede dekat rumah zaman dulu ttg penderita kusta. Mungkin kampanye masa lalu juga yang bikin org jd gmn gtu ma penderita kusta, dianggap menular dan gak bisa sembuh.
BalasHapusKalau zaman skrg edukasi makin banyak, akses ifo mudah didapat, jd masyarakat jg bisa lbh paham soal penyakit kusta ini dan perlakuan ke penyintasnya ya mbak.
Mengubah stigma yang selama ini udah diyakini masyarakat tentu ngga mudah.
BalasHapusButuh sosialisasi terus menerus dari KBR, tokoh publik dan seharusnya keluarga juga rajin kasih sosialisasi ke masyarakat.
Dari sekolah-sekolah juga kudu rajin ada kunjungan kesana.
Baca tentang penyakit kusta baru tahu detailnya. Betul memang menular Tapi enggak massive dan bisa sembuh. Bukan kutukan seumur hidup juga kan
BalasHapusSebenarnya kampanye ini makin giat ya dilakukan, semoga orang-orang tuh tercerahkan, aku yakin sih generasi milenial ga pernah judjing sam aorang yang fisiknya sedikit berbeda malah kalo berani speak up disemangati, ya walaupun hate tetep aja ada, karena orang jahat bacotnya banyak. Semoga benar2 bisa menghilangkan stigma negatif penderita kusta
BalasHapus