Laman

29.1.22

Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya!


Teman-teman, masih ingat dengan tulisan saya tentang penyakit kusta? Semoga masih ingat, ya. Sebab kali ini, saya mau menulis mengenai kusta lagi. Ya benar, saya berkesempatan ikut live streaming Youtube Kantor Berita KBR beberapa waktu lalu. Acara yang dibuat untuk memperingati Hari Kusta Sedunia itu bertajuk Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya! Sejalan dengan tema Hari Kusta yang diangkat di tahun ini, yakni Mari bersama Hapus stigma dan diskriminasi kusta! 

Di acara talkshow tersebut, hadir narasumber dr Astri Ferdiana, yang merupakan Technical Advisor NLR Indonesia dan juga Pak Al Qadri yang merupakan perwakilan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta. Pak Al Qadri ini sekaligus juga Wakil Ketua Perhimpunan Mandiri Kusta Nasional.

Stigma Buruk terhadap Kusta

Dalam tulisan saya mengenai kusta beberapa waktu yang lalu, yang saya tulis di sini, pernah disinggung mengenai stigma buruk masyarakat terhadap penyakit kusta dan penderitanya. Penyakit kusta dan penderitanya dianggap kutukan. Berbahaya karena bisa menularkan, jadinya banyak dijauhi. Tak hanya itu saja, diskriminasi juga banyak terjadi di berbagai bidang terhadap para penderita kusta. Sekali pun mereka sudah sembuh. Jadinya tak heran, mereka kehilangan rasa percaya diri dan harga diri, merasa malu, takut, sedih, depresi, dan putus asa.

Salah satu narasumber, yakni Pak Al Qadri banyak bercerita mengenai stigma buruk ini. Beliau bilang bahwa menjadi penderita kusta itu sangatlah berat. Stigma negatif dari dulu hingga sekarang tak banyak kemajuan. Pemberian edukasi kepada masyarakat, misalnya saja mengenai penyakit kusta yang bisa sembuh dan penderitanya bisa hidup berdampingan secara normal, itu susah. Jadinya ya, penanganan penyakit kusta ini sangat susah. Tak jauh-jauh, beliau saja yang sudah sembuh total, bahkan aktif dalam organisasi kusta, sering sekali mendapat diskriminasi. 

Ayo Kenali Kusta!

Ada hal mengejutkan yang baru saya ketahui dari talkshow hari itu. Saat ini, Indonesia menempati peringkat ketiga dalam hal penyakit kusta di kategori total kasus baru. Huhu, bikin sedih, ya?! Di urutan atas untuk hal seperti itu. Padahal penyakit kusta ini bisa diobati hingga sembuh. Jelas sudah, hal ini terjadi karena masyarakat kita kurang tahu mengenai apa itu penyakit kusta, penanganan, dan pengobatannya.

Apa sih kusta? Pertanyaan ini banyak yang tak bisa menjawabnya. Termasuk saya. Saya juga hanya tahu sekilas saja dari berita di TVRI zaman saya kecil dulu. Sekarang, sebelum saya menulis tentang kusta, saya benar-benar tidak tahu. Malah, saya kira penyakit kusta atau lepra ini sudah musnah di Indonesia. Jadinya kaget banget saat tahu kalau penyakit ini masih eksis dan bahkan Indonesia menempati urutan ketiga. 

Penyakit kusta sebenarnya merupakan sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri yang bersifat tahan asam, aerobik, bergram positif, berbentuk basil atau batang, dengan ciri khas membran selnya diselimuti oleh sel lilin.

Penyakit kusta ini sangat menular. Penderitanya akan mengalami penurunan kemampuan, baik itu penurunan sensorik maupun penurunan motorik. Usai terinfeksi, hingga menimbulkan gejala, penyakit kusta membutuhkan waktu (masa inkubasi) yang panjang. Yakni mulai dari 6 bulan hingga 20 tahun lamanya. Gejalanya sendiri, menurut dr. Astri Ferdiana, di antaranya adalah penampakan sakit kulit yang menyerupai panu, di mana terdapat bercak kulit berwarna putih atau merah. Tidak bersisik, tidak perih, dan tidak berasa apa-apa atau mati rasa. Pak Al Qadri sendiri mengungkapkan hal serupa. Di awal beliau terinfeksi penyakit kusta, yang terasa adalah kulitnya yang terasa mati rasa.

Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya

Ya, penyakit kusta memang sangat menular. Namun menurut dr. Astri Ferdiana, seseorang untuk bisa tertular, itu cukup susah. Dia harus berinteraksi secara intens dengan si penular, dia harus punya kondisi imun tubuh yang buruk, dan banyak syarat yang memang di bawah kondisi orang kebanyakan. Bahkan misalnya jika dalam satu ruangan berkumpul 100 orang, di mana 1 orang merupakan penderita kusta, yang berisiko tertular itu hanya 2 orang saja (2%). Dan itu pun belum tentu benar-benar terinfeksi.

Nah dari uraian tersebut sangatlah jelas jika stigma negatif dan diskriminasi terhadap penyakit kusta dan penderitanya sangatlah tidak beralasan. Toh penyakit ini bisa diobati hingga benar-benar sembuh. Sebaliknya, kita harus mensupport, supaya penyakit kusta dan jumlah kasusnya semakin menurun.

Cara supportnya bisa dengan mengenali gejala penyakitnya supaya kita semua waspada dan bisa mencegah; kemudian mendorong yang sudah bergejala untuki berobat hingga tuntas dengan MDT (Multydrug teraphy) selama 6 bulan hingga 2 tahun; dan tidak melakukan diskriminasi terhadap penderita atau orang yang pernah menderita kusta.

Baiklah…

Itu dia sekilas isi talkshow yang saya ikuti beberapa waktu lalu di channel Youtube Kantor Berita KBR. Jika teman-teman ingin menyimaknya, teman-teman bisa klik video di bawah ini. Yuk ikut mensupport mereka. Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya!

 

Baca Juga 
Lika-Liku Peran Dokter di Tengah Pandemi, NLR, dan Penanggulangan Penyakit Kusta di Indonesia


23 komentar:

  1. Setujuu banget Mba, stigma terhadap pengidap kusta tuh harus bener2 hengkang.
    karena kan kasihan klo orang tsb dijauhi masyarakat.
    padahal, kita kan kudu memberikan support dan semangat agar mereka survive dan menjalani hidup dgn lebih baik lagiiiii

    BalasHapus
  2. Aku kira kita tuh udah bebas dari penyakit kusta ternyata belum ya.. Yes setuju banget sih..stigmanya itu harus segera lenyap.. Fookus ke pencegahan penyakit dan penanganan pascanya ya..

    BalasHapus
  3. pemyakit kusta dianggap aib ya, orang dulu begitu ngiranya, jadi kasian penderita kusta dikucilkan deh.. padahal mah ini penyakit ya,

    BalasHapus
  4. Sekarang zaman makin maju dan informasi juga banyak. Harusnya kita tahu bahwa Kusta ini bisa diobati, bukan malah menjauhi ya. Mereka juga berhak mendapatkan apa pun, pekerjaan dan lainnya. Sama kaya kita

    BalasHapus
  5. Sungguh sangat disayangkan, bahkan yang sudah sembuh dari kusta masih kena diskriminasi ya...Setuju, tolak stigma, bukan orangnya. Mesti mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang lainnya.

    BalasHapus
  6. Di Makassar ada Kampung Kusta. Saya hanya pernah lewat dan baca sekilas tentang kampung ini. Sebenarnya penasaran deh untuk kapan2 bisa berkunjung ke sana.
    Baca kemungkinan penularan dan prasyarat ttg penularan sakit kusta membuat saya jadi makin ingin bisa berkunjung ke kampung kusta.

    BalasHapus
  7. Memang mengubah stigma tidak semudah membalik telapak tangan teh Nia.
    Kebayang kan, butuh ratusan tahun loh ini, dan ga mungkin kita menerimanya semudah itu, apalagi kebayang bahwa penyakit kusta ini menular.

    Setelah Lady Diana yang besar hati itu aja menunjukkan contoh kita masih ragu kok

    BalasHapus
  8. Wah, iya tuh kalau zaman dulu penderita kusta dianggap kutukan dan pasti dijuhi masyarakat. Untungnya, kini sudah disosialisasikan sebaik2nya tentang penyakit kusta begitu juga dengan penyembuhannya. Walaupun agak lama karena butuh proses tentunya, penderita kusta bisa sembuh kok asal berikhtiar terus.

    BalasHapus
  9. Banyak juga ya sampai ada di peringkat ketiga nih. Penyakit kusta banyak yang abaikan mba. Tapi dengan adanya perhatian dari banyak orang, insyallah akan banyak yang juga melek ya mba dengan kusta dan berusaha membantu penderitanya buat lekas sembuh

    BalasHapus
  10. Sepakat mbak, tolak stigmanya, bukan orangnya. Sudahlah orangnya lagi sakit fisiknya, terus dijauhi pula oleh masyarakat, kadang dijadikan bahan omongan, pasti jadi kepikiran juga. Bisa-bisa sakit juga tuh mentalnya

    BalasHapus
  11. Ah iya, sampai sekarang Indonesia masih belum bebas kusta ya mbak
    Stigma terhadap penyitas kusta juga masih banyak
    Semoga bisa segera membaik angka kusta di Indonesia

    BalasHapus
  12. kebayang di masa lalu gimana perasaan penderita kusta yang dikucilkan masyarakat. kalau sekarang generasinya sudah lebih cerdas. bukan orangnya yang ditolak, namun stigma itu yang harus dijauhkan :)

    BalasHapus
  13. Sepakat, penderita kusta juga manusia yang butuh di manusiakan juga, kasian ya kalau dikucilkan seperti jaman dulu.

    Semoga dengan seringnya sosialisasi, masyarakat bisa merubah pandangan tentang penderita kusta.

    BalasHapus
  14. Alhamdulillah,
    Dengan semakin mudahnya informasi yang benar mengenai penyakit kusta ini sehingga memutuskan tali rantai stigma negatif dari penderita kusta yaa..teh.
    Dan kusta bisa sembuh dengan pengobatan tuntas MDT (Multydrug teraphy) selama 6 bulan hingga 2 tahun.

    BalasHapus
  15. Pemerintah harus mulai juga memberikan perhatian terhadap penyakit lain deh selain covid 19 kayak penyakit kusta ini supaya bisa sembuh dan juga tidak menular lebih banyak lagi

    BalasHapus
  16. Kisah Lady Di dan mantan penderita kusta ini sampai sekarang masih bikin takjub ya. Membantu banget untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan

    BalasHapus
  17. Wah masuk peringkat tiga ya indonesia. Hiks sedih. Semoga bisa segera turun kasus aktif dan kasus kusta baru. Apalagi masa Inkubasi nya cukup lama kayak gini ya. Semoga stigma terhadap penderita kusta juga berkurang dg maraknya edukasi tentang kusta

    BalasHapus
  18. Sama lho, aku juga ngiranya penyakit kusta tuh udah nggak ada di Indonesia, ternyata malah peringkat ketiga ya, dengan stigma pada penderitanya yang senegatif itu? kesian ya.

    BalasHapus
  19. Setuju teh, emang masyarakat itu harus sering-sering dikasih edukasi begini biar nggak asal menyimpulkan lalu ngegosip yang nggak-nggak. Tapi memang butuh proses panjang untuk merubah stigma ini. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang tidak gampang menghakimi satu sama lain.

    BalasHapus
  20. Aku keinget banget tu iklan baliho gede dekat rumah zaman dulu ttg penderita kusta. Mungkin kampanye masa lalu juga yang bikin org jd gmn gtu ma penderita kusta, dianggap menular dan gak bisa sembuh.
    Kalau zaman skrg edukasi makin banyak, akses ifo mudah didapat, jd masyarakat jg bisa lbh paham soal penyakit kusta ini dan perlakuan ke penyintasnya ya mbak.

    BalasHapus
  21. Mengubah stigma yang selama ini udah diyakini masyarakat tentu ngga mudah.
    Butuh sosialisasi terus menerus dari KBR, tokoh publik dan seharusnya keluarga juga rajin kasih sosialisasi ke masyarakat.
    Dari sekolah-sekolah juga kudu rajin ada kunjungan kesana.

    BalasHapus
  22. Baca tentang penyakit kusta baru tahu detailnya. Betul memang menular Tapi enggak massive dan bisa sembuh. Bukan kutukan seumur hidup juga kan

    BalasHapus
  23. Sebenarnya kampanye ini makin giat ya dilakukan, semoga orang-orang tuh tercerahkan, aku yakin sih generasi milenial ga pernah judjing sam aorang yang fisiknya sedikit berbeda malah kalo berani speak up disemangati, ya walaupun hate tetep aja ada, karena orang jahat bacotnya banyak. Semoga benar2 bisa menghilangkan stigma negatif penderita kusta

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)