“Teh, De Arkan panas!”
Adik saya jelas panik. Di tengah kasus pandemi gelombang kedua (Covid-19 Varian Delta) waktu itu, mendapati tubuh anak yang tiba-tiba demam tinggi, tentu membuat parno. Yang terpikirkan, jelas anaknya kena virus tersebut. Namun beruntung, di pagi harinya, saat anaknya dibawa ke dokter anak, demamnya dikonfirmasi negatif dari infeksi virus Covid-19, dan anaknya, ternyata kena Demam Berdarah Dengue (DBD).
Tingginya Kasus Demam Berdarah di Indonesia
De Arkan hanya satu dari sekian banyak contoh kasus demam berdarah di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), menunjukkan bahwa hingga minggu ke-36 di bulan September 2022, jumlah konfirmasi terpapar Demam Berdarah di Indonesia tercatat sebanyak 87.501 kasus dan jumlah kematian akibat Demam Berdarah ini mencapai 816 kematian.
Sungguh, meningkatnya jumlah kasus Demam Berdarah di musim penghujan ini tidak bisa disepelekan. Sebab memang, penyakit ini sangat berbahaya. Bagi siapa pun tanpa melihat umur, tempat tinggal, ataupun gaya hidupnya. Masih dari data Kemenkes RI, kasus Demam Berdarah di Indonesia ini banyaknya terjadi kepada orang-orang di rentang umur 15-44 tahun, di mana jumlahnya sekitar 39,96%; dan juga di rentang umur 5-14 tahun, yang jumlahnya sekitar 35,61%.
Wuih, beneran tinggi ya jumlahnya! Kita beneran kudu waspada nih dengan besarnya kemungkinan kita, anak kita, atau orang-orang yang kita sayangi kena penyakit yang satu ini. Apalagi mengingat cuaca di kita yang sekarang sering hujan. Sudah pasti, di cuaca yang begitu, kemungkinan penyakit Demam Berdarah untuk singgah menjadi lebih besar. Mau tak mau, kita wajib mencegahnya.
Upaya Peningkatan Kesadaran Penyakit Demam Berdarah
Ini yang harus dilakukan. Menurunnya kasus COVID-19 tak lantas membuat risiko penyakit demam berdarah juga ikut menurun. Sebaliknya, risiko tersebut tetaplah besar. Di mana pun itu. Dan itu sebabnya, semua kalangan perlu diingatkan akan besarnya bahaya penyakit ini.
Sejauh ini, pemerintah juga terus melakukan kampanye pencegahan demam berdarah. Bentuknya berupa program 3M plus, yakni Menguras, Menutup, dan Mendaur Ulang. Serta upaya pencegahan lain, misalnya saja seperti memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat di pintu dan ventilasi, dan juga memberikan larvasida di tempat penampungan air.
Seiring dengan upaya mewaspadai Demam Berdarah yang dilakukan pemerintah, Takeda, beberapa waktu yang lalu menyelenggarakan diskusi media yang bertema “Waspada Penyebaran Dengue (DBD) di Tengah Musim Hujan”. Tujuannya tentu saja untuk lebih meningkatkan kesadaran publik dalam mengantisipasi dan mencegah penyebaran DBD di tengah musim penghujan. Diskusi yang digelar secara daring tersebut turut menghadirkan Kemenkes RI, dokter spesialis anak, dan dokter spesialis penyakit dalam.
Di kesempatan tersebut, Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, PhD, SpPD-KPTI, yang merupakan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik Infeksi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RS. Cipto Mangunkusumo, menegaskan kembali mengenai berbagai hal tentang DBD ini.
Beda Demam Berdarah dari Demam Covid 19
Ini yang sering kali mengecoh. Hadirnya pandemi COVID-19 tentu membuat bingung banyak orang. Sebab gejala awalnya sama-sama berupa demam.
Untuk hal ini, Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), yang merupakan Ketua UKK Infeksi & Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia menjelaskannya.
Hal serupa juga diungkapkan Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), yang merupakan Ketua Komunitas Dengue Indonesia. Beliau menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 belumlah berakhir. Risiko infeksi Demam Berdarah membuat jadi double burden. Sebab bisa terjadi dalam waktu yang bersamaan. Lebih pintar di dalam mencegah demam berdarah jadinya menjadi sebuah keharusan kita semua. Tak hanya mencegah secara mandiri dalam bentuk sendiri-sendiri, tetapi juga butuh aksi yang bersinergi di seluruh lapisan masyarakat.
Vaksinasi Demam Berdarah, Inovasi Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
Ah ya, selain sudah dibuatnya target penurunan angka kematian akibat Demam Berdarah dan juga kampanye program 3M plus, dalam mengantisipasi demam berdarah, pemerintah pun telah memetakan penanganan dengue dalam Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (DBD) 2021-2025. Fokusnya ada 6 langkah strategis. Nah salah satu dari langkah strategis ini adalah inovasi. Sebab hal ini merupakan kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan penyebaran Demam Berdarah.
Pengembangan vaksin demam berdarah termasuk ke dalam inovasi pencegahan. Jelas, vaksin yang dimaksud adalah jenis vaksin yang dapat ditoleransi dengan baik dan mampu diandalkan melindungi populasi anak serta orang-orang dewasa yang berisiko demam berdarah.
Terkait vaksinasi, Dr. Asik Surya, MPPM dari Kementerian Kesehatan menyebutkan,
Vaksinasi Demam Berdarah bagi Anak-anak
Gejala demam yang dirasakan anak-anak hampir sama dengan yang dirasakan orang dewasa. Gejalanya bisa berlangsung selama 7 hari, di mana tiap jamnya bisa mengancam jiwa. Dan jangan salah, hingga saat ini Demam Berdarah merupakan penyebab kematian yang tinggi pada anak di Asia, termasuk Indonesia.
Terkait hal tersebut, Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), yang merupakan Spesialis Anak Konsultan Penyakit Infeksi Tropis dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RS. Cipto Mangunkusumo, mengatakan,
Fyi, Vaksin Dengue Tetravalen sudah mendapatkan persetujuan dari Badan POM untuk digunakan setiap individu mulai usia 6 tahun hingga 45 tahun. Penggunaannya bisa tanpa memperhatikan status demam berdarah sebelumnya, jadinya tidak perlu dilakukan skrining terlebih dahulu.
Kepedulian Takeda terhadap demam berdarah terus dilakukan. Bentuknya berupa pemberian edukasi terhadap masyarakat akan besarnya bahaya demam berdarah. Baik dalam pemberian edukasi pentingnya vaksinasi demam berdarah yang sudah disetujui oleh BPOM RI dan juga hal yang lain. Misalnya saja dengan mengajak masyarakat untuk ikut gerakan “Jentik Jari”. Sebuah gerakan dalam mencegah demam berdarah secara cermat.
Tak berhenti sampai di situ, di bulan Juli 2022 juga Takeda meluncurkan website www.cegahdbd.com sebagai bentuk upaya menghadirkan informasi terkini tentang Demam Berdarah di Indonesia.
dr. Imran Pambudi, MPHM, yang merupakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia, mengatakan,
Ikut Posting Foto Jentik Jari, Yuk!
Duh, mengkhawatirkan ya kasus demam berdarah ini. Setiap tahun, angka kasusnya tinggi. Harus banget deh kita mewaspadainya. Dan mencegahnya tentu akan lebih baik.
Yang bisa kita lakukan adalah melakukan program 3M yang disarankan pemerintah, yakni Menguras, Menutup, dan Mendaur Ulang. Adapun jika ada yang menderita demam tinggi, langsung saja periksakan diri ke dokter dan jika perlu periksa darah ke laboratorium. Supaya penanganan intensif bisa dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Terkait vaksin, semoga saja bisa segera dilakukan. Biar kita semua bisa optimal di dalam mencegah infeksi penyakit Demam Berdarah ini. Toh kita semua kan berisiko untuk kena. Dan gak hanya anak-anak atau pun orang-orang tertentu saja.
Eh ya, ada satu lagi nih yang juga bisa kita lakukan, terkait partisipasi kita di dalam upaya waspada Demam Berdarah. Langkah ini berupa posting foto Jentik Jari di media sosial. Entah itu Instagram, Facebook, Twitter, atau di mana saja. Posting foto Jentik Jari yang diinisiasi Takeda ini menandakan bahwa kesadaran akan bahaya demam berdarah perlu ditingkatkan, Demam Berdarah itu ada di sekitar kita.
Gimana, gampang banget, kan? Yuk ikutan posting. Jika perlu, kita viralkan kampanye positif ini. Supaya angka kasus demam berdarah semakin menurun. Begitu juga dengan angka kematiannya. Semoga lama-lama menjadi nol persen.
Oke deh, semoga kita semua selalu sehat ya. Saya jadi gak sabar nih untuk segera berfoto. Iya, saya dan juga anak-anak mau posting ah foto Jentik Jari ini. Teman-teman juga, kan? 😊
Setuju Teh, cuaca yang gak menentu seperti ini memudahkan nyamuk buat berkembang juga ya. Jadinya selain 3M nah tambahkan vaksin nih biar anak-anak gak terjangkiti DBD.aamiin
BalasHapusjadi inget anak saya selalu cerewet jika lihat air tergenang
BalasHapuskarena kita emang gak boleh lalai terhadap DB
seperti tercantum di atas, angka kematian akibat DB masih tinggi
Demam berdarah yang banyak memakan korban, adalah penyakit menular yang bisa dicegah.
BalasHapusSelain 3M juga sanitasi lingkungan dan gaya hidup sehat, pencegahannya.
Jangan tunggu ada yang sakit demam berdarah di sekitar kita. Yuk... Ramai-ramai 3M yuk
Waaahhh saya baru tahu nih vaksin Vaksin Dengue Tetravalen, emang demam berdarah itu menakutkan sih, saya keras banget nih sama anak-anak tentang nyamuk. Mulai dari rumah harus bebas pakaian yang gantung yang jadi tempat nyamuk, sampai yang ga boleh digigit nyamuk terutama pagi hari hehehe
BalasHapusAku kemana aja yaa baru tau ada website cegah dbd sekarang.
BalasHapusKampanye positif tentang demam berdarah ini juga tak sulit yaa hanya berfoto menjentikkan jari sebagai bentuk dukungan jika kita sadar pada kesehatan utamanya demam berdarah dan berupaya mengurangi angka kasusnya. Bisa dicoba buat partisipasi juga ahh.
Aaahaa, sebagai satu tindakan ikut serta mengkampanyekan bebas demam berdarah, ikut foto jentik jari juga, aah...
BalasHapusSemoga dengan selalu memandang foto sendiri, jadi selalu ingat pentingnya menjaga lingkungan demi terhindar dari DBD
Di kompleks perumahan ku juga lagi banyak nih penderita DBD. Gak tua gak muda banyak banget yang kena. Pihak manajemen perumahan sampai berulangkali mengadakan penyemprotan dan menyebarkan kertas penyuluhan. Gejalanya juga sering menipu. Demamnya kok mirip Covid pulak.
BalasHapusSuamiku yang kena Demam Berdarah tahun lalu, awalnya juga nyaris diagnosa COVID..memang mirip sih ya..Senangnya ada Dengue Tetravalen yang sudah mendapatkan persetujuan dari Badan POM untuk digunakan setiap individu mulai usia 6 tahun hingga 45 tahun.
BalasHapusPenyakit ini memang patut diwaspasai ya Mbak apalagi di musim hujan gini. Nah, baru tahu juga nih sekarang udah ada vaksin untuk demam berdarah ya. Bagus ini buat pencegahan apalagi buat anak2 yang emang rentan kena penyait ini
BalasHapusDemam berdarah memang nggak bisa disepelekan ya kak. Bahkan bisa menjadi penyebab kematian. Makasih udah diingatkan untuk waspada DBD kak😊🙏
BalasHapusHari ini pas baru baca-baca juga berbagai vaksin untuk anak-anak di luar vaksin yang sudah wajib sebelumnya. DI artikel ii jadi lebih paham khususnya tentang Vaksin Demam berdarah yang bisa diberikan untuk usia 6-45 tahun. Terima kasih, Kak sudah sharing
BalasHapusSekarang ini musimnya nggak menentu. Kudu bener bener waspasa biar nggak kena DB nih. Baru tahu ada vaksin DB. Penting nih buat jaga-jaga biar nggak kena DB
BalasHapusInformatif, teh.
BalasHapusAku baru tau masa kini ada imunisasi demam berdarah dan bisa diwaspadai dengan langkah-langkah terbaik dari Jentik Jari.
Musim hujan gini emang kudu waspada terhadap demam berdarah ya mbak. Eh aku baru tau ada vaksin untuk mencegah demam berdarah. tapi blm termasuk vaksin wajib yang disubsidi pemerintah gak sih? Aku kurang paham infonya krn anak2 gak sekolah formal. Sejauh ini msh vaksin2 sendiri ke dokter. Ntr kutanya deh :D
BalasHapusBTW thanks info vaksinnya.
DBD ini kalau diperhatikan mungkin paling sepele, tapi sebenarnya yang paling membahayakan ya..
BalasHapusAgak was-was sih kalau anak uda ada gejala demamnya, bikin parno kaum emak2 banget. Smoga kaum ibu diluar sana makin sadar untuk kesehatan anak ya terutama
Jadi teringat ketika anak bungsuku sempat terkena DBD dan dirawat di rumah sakit. Gara-gara nyamuk ini ya. Padahal rumah kami bersiiiiih loh. Dari artikel ini aku jadi tahu deh tentang vaksin DBD. Sebaiknya dilakukan aja ya supaya terhindar dari pernyakit tersebut. Mesti sering melihat informasi di laman cegahdbd nih biar ga kudet soal DBD.
BalasHapusMudah2an vaksinnya bisa diberikan gratis sebagai vaksin wajib buat anak2 yaa.. (uhuk ngareeep). Kalaupun tidak gratis, smoga biayanya terjangkau bagi semua kalangan. DBD ini memang selalu ada ya mbak.. Dan tidak pandang bulu menyerang siapapun. Aku masih ingat bertahun lalu anak kadinkes Jabar meninggal karena DBD. Bahkan, pada orang yang pastinya sangat paham ttg DBD dan menjadi pemimpin program pemberantasan DBD di level provinsi pun, hal itu bisa terjadi. Sedih rasanya....
BalasHapusiya ih ini demam berdarah sedang mulai lagi ya mak, karena di rumahku lagi banyak jadwal penyemprotan dbd nih. 3M ini patut banget dilakukan di rumah agar kita dan keluarga terhindar dari demam berdarah.
BalasHapusWah iya, penyakit demam berdarah ini kalau tidak segera ditangani bisa berdampak pada kematian ya mbak
BalasHapusuntungnya sekarang sudah ada vaksinasinya ya
Yess mbak, peberian vaksin Demam Berdarah merupakan salah satu ikhtiar pemerintah dan masyarakat dalam memberantas penyakit Demam Berdarah di Indonesia, terutama pada anaka dan remaja.
BalasHapusYa Allah Mbak Nia... tahu nggak, kemarin tetanggaku ada yang meninggal karena DBD juga. Nggak tahu tiba-tiba panas tinggi dan saat hari kedua langsung lemas dan meninggal T_T
BalasHapusBerharap vaksinnya bisa segera diedarkan.
Foto jentik jari malah kaya saranghae, hehehe. Aku baru tahu lho kalau ada Vaksin Dengue Tetravalen. Selama ini melakukan pencegahan dengan 3M. Saat musim hujan gini, makin sering cek penampungan air biar gak dibuat sarang nyamuk
BalasHapusNggak cukup denga 3M plus ya untuk mencengah perkembangan nyamuk penyebab demam berdarah ini, kini ada pula vaksin demam berdarah. Anak demam aja udah panik saya sebagai orang tua, apalagi kalau ternyata didiagnosa deman berdarah
BalasHapusMba, aku sepakat kalau sosialisasi bahaya demam berdarah ini perlu ditingkatkan. Jangan sampe kurang kesadaran menjaga diri dan keluarga dari demam berdarah menjadikan banyak yang kena DB. Makasih informasinya mba
BalasHapusDBD ini memang termasuk penyakit berbahaya ya. Mungkin krn nyamuk lbh mudah berkembang biak di sini. Jadi 3M harus digiatkan untuk mencegah DBD & syukurlah skrg ada vaksin DBD juga ya
BalasHapusDBD memang meresahkan karena bisa mengancam nyawa ya, terutama jika terjadi dengan anak-anak
BalasHapusNah aku berharap sih program pemberantasan dan penyemprotan by pemerintah itu masih tetap ada. Lah rumahku kan dekat rawa rawa (bekas sawah) jadi ya nyamuknya lumayan lah....
BalasHapusMencegah lebih baik daripada mengobati ya mbak
BalasHapusoleh karena itu yuk lakukan 3 M dn vaskinasi DBD
agar kita bebs dari ancaman penyakit ini
Kemarin sepepu yg mau nikahpadahal dah seminggu lagi kena DBD, sedih bangt kan 5 hari. diopname penting bangt menjaga kebersihan ya mba..apalg yg mengundang jentiknya berkembang biak
BalasHapusAkupun ga sabar utk terus mendukung program kesehatan utk masyarakat termasuk dengan adanya vaksinasi DBD ini ya mbak. Apalagi semakin banyak masyarakat yang teredukasi dengan pose fito jentik jari. Semakin banyak yg mengingatkan terhadap bahayanya DBD yang masig ada hingfa saat ini ya.
BalasHapusPose jari lentik ini bukan saranghae ya Teh tapi sepagai kampanye untuk mewaspadai DB. Memang kalau musim penghujan biasanya marak penyakit Demam Berdarah. Untunglah sekarang udah ada vaksinnya, mudah-mudahan bisa mengurangi kasus DB di Indonesia
BalasHapusKalau anak sakit apalagi DBD duh pasti galau2 emaknya yaa. Penyakit DBD ini memang salah satu yang sering menyerang anak2 maupun org dewasa apalagi ketika cuaca galau kyk sekarang ini ya.
BalasHapusIni vaksin DBD udah mulai banyak tersedia ya? Kyknya mau bawa anak2 vaksin juga. Ntr coba kutanya rumah vaksinansi deh. Thanks infonya.
Aku baru tahu loh Mbak kalau ada vaksin demam berdarah, di daerah aku belum di sosialisasikan. Btw, aku salfok sama foto jentik jarinya, hehe
BalasHapusKelihatan DBD penyakit biasa yang hanya panas padahal nyawa anak bisa mengjilang. Waspada aja dan segera ke dokter
BalasHapusDemam berdarah ini memang kadang gak kita sadari kehadirannya. Dikirain flu biasa. Kayak aku beberapa waktu yang lalu juga kena DBD, Mak. Tapi alhamdulillah sekeluarga cuma aku yang kena. Kudu banget ya kita selalu waspada, jaga kesehatan diri dan lingkungan.
BalasHapusSaya baru tahu kalau sudah ada vaksinasi DB. Ini terobosan yang sangat bagus mengingat penyakit ini sudah seperti momok menakutkan. Kalau musim hujan saya harus sregep menyisir rumah dan lingkungan serta menyingkirkan potensi genangan. Takuuut....
BalasHapusBeti memang ya gejala covid dan dbd. Pasti panik lah kalau anak sakit mah. Ga tega liatnya yg biasa lincah tiba2 melempem. Tapi semua bs dicegah dengan vaksin ya
BalasHapusJujur baru tahu kalau ada vaksinasi demam berdarah. soalnya serem loh dbd itu biasanya kan dikira panas demam biasa ternyata dbd huhu
BalasHapusAh, saya baru tahu mba kalau ada vaksinasi demam berdarah. Otw kepoin webistenya sih ini
BalasHapus