Beberapa waktu yang lalu, saat sedang scroll TL Instagram, sebuah kabar mengejutkanku. Bagaimana tidak, di sana tertulis bahwa di India terjadi korban jiwa sebanyak 13 orang karena suhu panas. Begitu membaca artikel utuhnya, hal tersebut ternyata terjadi karena dalam beberapa pekan, di sana terjadi kenaikan suhu yang cukup ekstrem. Bahkan katanya, kenaikan ini memecahkan rekor suhu terpanas yang pernah dicapai di negara tersebut, yakni sebesar 47 derajat Celsius.
Tak hanya di India. Saat membaca artikel serupa lainnya, di Thailand juga terjadi hal yang sama. Di sana, korban jiwa akibat gelombang panas sebanyak 2 orang. Di negara Gajah Putih tersebut, suhu ekstremnya mencapai 44,6 derajat Celsius.
Negara kita juga tidak terlepas dari fenomena gelombang panas ini. Suhu terpanas di Indonesia bahkan terjadi di Ciputat. Besarnya 37,2 derajat Celsius. Meski tak tahu besarnya suhu panas di tempatku, keadaan yang sangat tak nyaman beberapa waktu belakangan, sepertinya berpangkal dari masalah yang sama. Fenomena suhu ekstrem dan gelombang panas memang terjadi di mana-mana. Dan para ahli menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan salah satu ciri dari perubahan iklim global yang melanda dunia.
Efek gelombang panas di India |
Kok Masih Terjadi?
Ini yang kemudian membuatku bertanya-tanya. Kenapa terjadi gelombang panas? Kenapa perubahan iklim global masih terjadi? Bukankan sudah sejak lama kampanye aksi mencegah global warming ini dilakukan? Tak hanya di negara-negara luar saja, bahkan di negara kita aksi yang bisa mencegah perubahan iklim global ini sudah dilakukan.
Jawabannya ternyata sederhana. Ya, aksi untuk mencegah perubahan iklim global memang sudah dilakukan. Tapi jumlahnya masih sedikit. Masih kalah jauh dengan tindakan-tindakan yang justru kontradiktif. Kasarnya, yang mencegah banyak, tapi yang acuh tak acuh jauh lebih banyak.
Pihak yang konsisten di dalam melakukan aksi pencegahan ini misalnya saja Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal/Indigenous Peoples & Local Communities (IPLCs). Dengan berbagai program serta kearifan-lokalnya, mereka senantiasa berusaha menjaga alam dari waktu ke waktu. Tujuannya supaya alam, terlebih hutan selalu lestari. Begitu juga dengan keanekaragaman hayatinya. Dan tentu, salah satu imbasnya adalah mencegah terjadinya perubahan iklim global yang meningkat dari waktu ke waktu.
Nah pihak yang kontradiktif dengan tujuan itu, mungkin kita semua. Salah satunya aku. Dengan sadar dan tidak disadari, berbagai aktivitas keseharian kita justru malah semakin membuat perubahan iklim global menjadi semakin meningkat. Huhu, miris banget, ya?! ☹
Ya, Karena Aksinya Belum #BersamaBergerakBerdaya
Benar, Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal/Indigenous Peoples & Local Communities (IPLCs) memang merupakan garda terdepan yang berperan penting di dalam pelestarian hutan dan menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia. Akan tetapi, mencegah perubahan iklim yang kini semakin buruk, bukan hanya tanggung jawab mereka saja.
Kita semua sebagai penduduk bumi juga memiliki andil terhadap kelestarian itu. Tak perlu jauh-jauh untuk bisa merasakan manfaatnya. Sekarang juga sudah terasa sekali efek negatif dari dampak perubahan iklim. Ya itu tadi salah satunya, gelombang panas yang melanda kita semua. Jika kita terus tidak melakukan tindakan yang bisa mencegahnya, bukan mustahil akan semakin banyak manusia yang meninggal serta makhluk hidup yang ada di muka bumi yang mati, bahkan punah.
Perubahan iklim global |
Aku kadang masih bertanya-tanya, iyakah setiap tindakan yang aku lakukan berimbas pada kerusakan di muka bumi? Sebab rasanya aku melakukan tindakan apa pun selalu hati-hati. Misalnya saja membuang sampah tidak ke sungai, tidak membakar sampah, atau juga meminimalkan penggunaan barang plastik supaya sampah plastiknya tidak banyak terbuang ke alam, yang akhirnya mencemari lingkungan.
Blessing in disguise, suhu panas yang akhir-akhir ini terjadi membuatku membuka internet untuk membaca lebih jauh mengenai apa yang terjadi sesungguhnya. Dan wow, ‘dosaku’ pada lingkungan jumlahnya tak terhitung. Kerusakan yang terjadi di muka bumi, yang salah satunya adalah perubahan iklim global, itu terjadi tak hanya karena tindakan yang kasat mata seperti membuang sampah atau membakar sampah saja. Bahkan saat makan, saat tidur, dan saat-saat beraktivitas lainnya, jika kita tidak jeli, semua bisa memberi andil dalam pemanasan iklim global.
Iyes, itulah sebabnya kita semua wajib #BersamaBergerakBerdaya di dalam mencegah semakin buruknya efek perubahan iklim global ini. Dari mulai membuka mata di pagi hari hingga menutup mata di malam hari, sebisa mungkin tindakan dan pilihan kita, memberi efek yang minimal terhadap perubahan iklim global ini.
Jangan pernah sekali-kali kepikiran atau menyepelekan tindakan sekecil apa pun yang diniatkan untuk kebaikan alam. Apa yang dikatakan banyak orang bahwa melakukan hal kecil dari diri sendiri, yang dilakukan saat ini juga, itu jauh memberi dampak daripada wacana besar yang entah kapan diwujudkan.
Dampak Emisi Karbon Terhadap Lingkungan
Aku sering mendengar istilah emisi karbon. Dulu waktu kuliah Pengetahuan Lingkungan (PengLing), aku hanya memahaminya sebatas definisi saja. Namun sekarang, apalagi setelah gembar-gembor isu perubahan iklim global begitu santer gaungnya, aku jadi sedikit lebih paham.
Ya, emisi karbon inilah yang memberi dampak besar terhadap perubahan iklim global. Emisi karbon ini dihasilkan dari hampir semua aktivitas manusia. Bahkan mungkin semua aktivitas kehidupan lainnya, termasuk kehidupan hewan dan manusia. Akan tetapi jumlah yang paling besar itu dihasilkan dari aktivitas kehidupan manusia sekarang ini.
Sumber emisi karbon |
Terhadap lingkungan, emisi karbon memicu terjadinya perubahan iklim. Imbasnya berupa anomali cuaca yang di luar biasa, seperti cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini; kemudian juga meningkatnya suhu bumi; lalu mencairnya es di kutub; juga meningkatnya permukaan air laut; serta adanya peningkatkan risiko kebakaran hutan dan hujan lebat.
Ah ya, mengenai hujan lebat, ini juga bisa jadi bukti otentik dari terjadinya perubahan iklim global ini. Akhir-akhir ini, banyak orang menyebut adanya musim banjir. Big No! Menurut para ahli, banjir itu bukanlah musim. Jangan menormalisasi banjir sebagai hal yang musiman. Banjir yang datang berulang-ulang di hampir banyak wilayah di tanah air, itu bukan semata-mata terjadi karena buruknya drainase di wilayah tersebut. Hal tersebut juga merupakan imbas dari hujan lebat. Nah hujan lebat ini terjadi salah satunya karena perubahan iklim global.
Tak hanya bagi lingkungan saja, efek lain dari perubahan iklim global, yakni karena emisi karbon yang berlebih, juga berdampak pada bidang lain. Terhadap kesehatan, perubahan iklim bisa memicu munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bakteri, virus, serta parasit. Kemudian juga terhadap bidang ekonomi. Cuaca buruk berimbas pada kegiatan ekonomi masyarakat. Dan tentu, perubahan iklim global juga sangat bisa merusak fasilitas dan infrastruktur. Kerusakan jalan, jembatan, atau tiang listrik yang ambruk merupakan contoh nyatanya.
Kita Semua Bisa #BersamaBergerakBerdaya
Apa yang dikatakan Lao Tzu dengan, "a journey of a thousand miles begins with a single step', sepertinya bisa kita terapkan juga pada aksi #BersamaBergerakBerdaya. Kita semua bisa bahu membahu di dalam mewujudkan pengurangan dan pencegahan perubahan iklim global terus terjadi. Kita melakukan apa yang kita bisa, dari hal-hal yang kecil, yang dimulai dari diri kita sendiri, dan dimulai saat ini juga. Jika semuanya melakukan, hal yang besar dan sekarang nampak mustahil, bisa terwujud.
Tak perlu jauh-jauh atau memikirkan hal yang besar. Sejak bangun pagi hingga akan tidur lagi, kita bisa menerapkan aktivitas yang minimal dalam mengeluarkan emisi karbon.
1. Hemat Listrik
Misalnya saja hemat listrik. Selain membuat kita jadi minimal di dalam mengeluarkan uang tagihan listrik, menghemat listrik juga meminimalkan emisi karbon. Sebagaimana kita tahu, dalam prosesnya, menghasilkan listrik itu menggunakan bahan bakar. Kebanyakan bahan bakarnya itu berupa bahan bakar yang berbasis fosil. Bensin atau solar. Semakin banyak penggunaan listrik, akan semakin banyak konsumsi bahan bakar fosil ini. Nah sebaliknya, jika kita semua hemat menggunakannya, bahan bakar yang digunakannya juga akan lebih sedikit.
Fyi, dalam proses penggunaannya, pembakaran bahan bakar fosil ini mengeluarkan banyak emisi karbon ke udara, yang kemudian bisa membuat efek rumah kaca, yang bisa membuat suhu bumi meningkat.
Hal yang sudah aku lakukan dalam menghemat listrik dimulai dari mematikan lampu saat tidur dan juga saat siang hari; mematikan berbagai alat listrik saat tidak digunakan seperti tv, laptop, charger hp dan laptop, dan lain-lain; memilih alat-alat elektronik yang hemat listrik; membuat rumah dengan desain yang terbuka supaya sinar matahari dan udara bisa banyak masuk sehingga tak perlu lampu atau kipas angin di siang hari; menanam pohon atau tanaman-tanaman di pot supaya rumah segar dan mengurangi penggunaan kipas angin; dan masih banyak lagi.
2. Hemat Bahan Bakar Fosil
Penghematan bahan bakar fosil juga bisa dilakukan di bidang transportasi. Seperti yang banyak digaungkan di mana-mana, kita harus lebih banyak memilih alat transportasi massal (kendaraan umum), dan mengurangi menggunakan kendaraan pribadi.
Hal ini jelas sekali, dengan semakin sedikitnya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi maka konsumsi bahan bakar fossil akan semakin menurun.
Bisa memang kita beralih pada kendaraan listrik yang kini sedang booming. Namun tetap saja, jika setiap masyarakat memilih menggunakan kendaraan listrik pribadi daripada alat transportasi massal, penggunaan listrik akan melonjak naik. Padahal seperti yang sudah disinggung di atas, listrik sendiri dalam proses pembuatannya menggunakan bahan bakar yang mengeluarkan emisi karbon. Jadi tetap, solusi yang lebih bijak adalah menggunakan alat transportasi massal.
Hal yang sudah aku lakukan dalam hal menghemat bahan bakar fosil adalah selalu berjalan kaki ke manapun aku pergi jika tempat tujuannya dekat. Bahkan jarak 5 km saja aku sudah biasa berjalan kaki. Anak-anakku juga begitu. Pulang pergi sekolah selalu berjalan kaki. Kami sangat jarang menggunakan kendaraan. Bahkan kendaraan umum. Menggunakan sepeda juga kerap kali aku lakukan. Selain ramah terhadap alam, hal itu juga membuat tubuhku dan tubuh anak-anakku jauh lebih sehat.
Kebiasaan jalan kaki aku dan anak-anak |
3. Hemat Air
Lho, hemat air bisa berdampak juga pada pengurangan emisi karbon? Jelas! Hal ini karena penggunaan air, terlebih di wilayah perkotaan, dalam pendistribusiannya hingga ke kita, itu menggunakan banyak sekali alat yang berpotensi mengeluarkan emisi karbon.
Jika distribusi air menggunakan kendaraan, jelas kendaraannya menggunakan bahan bakar fosil. Jika distribusi airnya menggunakan pipa, banyaknya penggunaan plastik pipanya berpotensi menjadi sampah plastik. Dan tentu, jika sumber air kurang, maka eksplorasi air akan semakin masif. Bisa dengan menggali tanah lebih dalam atau mencari mata air baru. Dalam prosesnya, pencarian air ini pasti menggunakan alat yang memerlukan bahan bakar. Lagi-lagi, penggunaan bahan bakarnya menjadi sumber emisi karbon.
Jika kita hemat air, jelas bahan bakar yang digunakan akan sedikit. Pencarian sumber air secara masif juga bisa dihindarkan. Emisi karbon pun tidak terus bertambah.
Hal yang sudah aku lakukan dalam hal menghemat air misalnya saja mencuci pakaian tidak setiap hari, tetapi saat cuciannya sudah banyak. Tujuannya supaya penggunaan air di mesin cuci bisa lebih efisien. Begitu juga penggunaan air untuk tujuan lain. Seperti mencuci kendaraan hanya saat kendaraan sudah kotor dengan menggunakan air hujan yang ditadah terlebih dahulu menggunakan wadah. Mandi pun demikian. Kami selalu menghemat air. Padahal air yang kami dapatkan merupakan air sumur yang bersih dan gratis. Sebab memang aku tinggal di desa.
4. Minimal di Dalam Menghasilkan Sampah
Ini hal yang klasik. Sebab permasalahannya sudah ada sejak lama. Sampah tak hanya merusak pemandangan saja. Di balik itu, ada hal yang tak kasat mata, yakni emisi karbon yang berimbas pada perubahan iklim global.
Supaya emisi karbonnya tidak semakin bertambah, dan jika mungkin bisa semakin berkurang, ayo kita minimal di dalam menghasilkan sampah. Tak hanya sampah plastik dan sampah besar. sampah-sampah lain pun harus kita kurangi.
Cara yang bisa kita lakukan di dalam mengurangi sampah misalnya saja selalu membawa tempat makanan dan tempat minum yang bisa diisi ulang. Jadinya sampah kemasan makanan atau botol plastik minuman bisa berkurang. Kemudian juga membeli barang-barang seperlunya dan hanya di saat kita memerlukannya. Dari mulai pakaian, alat-alat rumah tangga, atau pun peralatan penunjang hidup lainnya. Dengan begitu sampah dari berbagai peralatan bisa berkurang.
Normalisasi 3R: Reduce, Reuse, Recycle, di berbagai hal. Misalnya saja untuk penggunaan kertas, pakaian, peralatan rumah tangga, atau yang lainnya. Tak hanya di rumah saja. Di kantor, di sekolah, atau di mana pun, sebisa mungkin terapkan prinsip 3R ini.
Untuk meminimalkan sampah, hal yang sudah aku lakukan sejauh ini mungkin baru 2R saja, yakni reduce dan reuse. Reduce di dalam meminimalkan jumlah sampah dengan selalu bawa tempat makanan dan tempat minum. Sedangkan reuse misalnya dalam hal penggunaan kertas, penggunaan pakaian yang saling diturunkan dari anggota keluarga. Untuk recycle sendiri, aku dan keluarga masih harus banyak belajar.
Andai Aku Punya Kekuatan Lebih #UntukmuBumiku
Itu tadi beberapa aksi nyata yang mungkin bisa kita lakukan di dalam kehidupan supaya bisa mengurangi emisi karbon yang berimbas pada perubahan iklim global. Meski mungkin masih ada celah yang tetap saja menghasilkan emisi karbon, setidaknya kita bisa meminimalkannya.
Menjadi pihak yang bisa mengeluarkan kebijakan supaya emisi karbon bisa berkurang #UntukmuBumiku tentu lebih baik. Kita jadinya bisa membuat program atau perintah langsung yang dampaknya bisa nyata. Adakalanya kita memang harus memaksa lebih dulu sebelum akhirnya terbiasa.
Jika aku punya kesempatan untuk membuat kebijakan yang bisa mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim, aku mungkin akan melakukan hal-hal ini.
1. Mewajibkan Penggunaan Transportasi Massal
Hal pertama yang akan kuperjuangkan jika memiliki kesempatan sebagai pihak pembuat kebijakan adalah mewajibkan penggunaan transportasi massal. Baik itu yang pergi kerja, bersekolah, atau untuk keperluan lain. Jika ada hal lain yang membuat masyarakat harus menggunakan kendaraan pribadi, aku akan menerapkan syarat dan ketentuan khusus. Misalnya saja pajak lebih atau mungkin ‘jatah’ penggunaan dalam kurun waktu tertentu.
Hal ini jelas tidak mudah. Sebab harus mempersiapkan alat transportasi massal yang bagus terlebih dahulu. Tapi kenapa tidak, jika kita mau berusaha dan semua mau bekerja sama, hal yang mustahil pasti bisa terwujud.
Penggunaan kendaraan listrik menurutku masih belum solutif jika tetap dilakukan secara orang per orangan. Sebab itu tadi, penggunaan listrik akan melonjak dan tentu akan membuat konsumsi bahan bakar meningkat juga.
2. Sistem Kantor dan Sekolah yang Paperless
Hal kedua yang mungkin akan kuperjuangkan jika menjadi pembuat kebijakan, aku juga akan membuat sistem kantor dan sekolah yang paperless. Ya, minimal dalam penggunaan kertas. Bukankah pandemi kemaren kita juga sudah melakukannya? Kantor bekerja dengan cara work from home (WFH) atau online. Semua bentuk laporan kerja, tugas kerja, atau apa pun itu, dilakukan secara online melalui program dan juga aplikasi.
Nah sekarang saat sudah bisa kembali bekerja dari kantor, hal seperti itu bisa tetap diterapkan. Mungkin tidak 100% tanpa kertas. Tapi dilakukan seminimal mungkin.
Pun demikian juga dengan sekolah. Belajar mengajar juga bisa berjalan secara online. Tugas, penulisan ini itu, bahkan hingga ujian, dilakukan secara online menggunakan program dan aplikasi. Penggunaan kertas sangat minimal.
Sekarang ketika belajar mengajar sudah bisa dilakukan di sekolah dan kampus, tidak ada salahnya jika tugas-tugas atau ujian juga dilakukan paperless.
Lagi-lagi itu tidak mudah. Diperlukan program dan aplikasi yang matang. Tak hanya mudah diakses semua pihak, tetapi juga menihilkan kemungkinan terjadinya kecurangan. Misalnya saat ujian. Tapi ya, tidak ada yang tidak mungkin.
3. Penggunaan Energi Alternatif Terbarukan
Ini sebenarnya sudah lama digalakkan. Akan tetapi realisasinya masih sedikit. Jika aku punya kekuasaan di dalam membuat kebijakan, proses pencarian, proses pengembangan, dan proses pengimplementasian berbagai alat yang menggunakan energi altrenatif terbarukan akan aku semakin tingkatkan.
Negara kita sangat kaya dan luas. Energi matahari, energi angin, energi panas bumi, energi biogas, energi air, dan energi-energi lainnya sangat banyak. Dengan bantuan dan kerja sama dari banyak pihak, kenapa tidak semua potensi tersebut dikembangkan secara maksimal.
Yuk #BersamaBergerakBerdaya
Well, itu mungkin yang bisa aku tuliskan mengenai perubahan iklim global dan solusi mitigasinya. Begitu kompleks. Akan tetapi sederhana saja, sebagai diri pribadi, kita bisa lakukan hal simpel. Seperti yang sudah aku ulang-ulang tuliskan. Kita lakukan hal kecil, kita lakukan mulai dari diri kita sendiri, dan saat ini juga. Jika semua dari kita bisa melakukan itu, hal besar sangat mungkin terwujud. Dan tentu, semua yang kita lakukan itu, lama-lama akan membuat Bumi kembali menjadi rumah yang nyaman untuk kita semua.
Oke, itu #BersamaBergerakBerdaya versi aku. Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya! Siapa yang tahu kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian jauh lebih keren, jauh lebih masuk akal, dan jauh lebih mudah direalisasikan. Ayo #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku!
salah satu hal yang aku lakukan dikantor itu belum bisa paperless sih mba, tapi kita memanfaatkan kembali kertas bekas, jadi tidak hanya penggunaan satu sisi saja yah, kalau bisa dimaksimalkan dua sisi, kecuali untuk surat penting yg memang tidak memungkinkan
BalasHapusbetul banget kalo bukan kita yang bergerak untuk mengubah kebiasaan, kondisi bumi akan semakin parah akibat perubahan iklim
BalasHapushal-hal sederhana seperti menghemat energi bisa kita mulai dari diri sendiri
jika banyak org yang melakukannya insyaAllah perubahan iklim bisa diatasi
aku dukung banget transportasi massal, jujur aku mah lebih suka keretaan, busway, subway atau MRT, dibanding bawa kendaraan sendiri, selain hemat dan ramah lingkungan, sehat juga soalnya kita jadi jalan kaki
BalasHapusnah, masalah sampah ini aku masih susah menerapkannya dengan disiplin di rumah. Padahal sekarang kita masih dimudahkan dengan adanya organisasi yang menampung sampah2 di rumah. Cuma ya gitu, males misah2in, males bersih2innya dulu sebelum diberikan ke yang menampung. Padahal ini demi menjaga lingkungan untuk kepentingan bersama
BalasHapusEmang bener kata orangtua jaman dulu, manusia tidak bisa hidup tanpa bumi, tetapi bumi akan baik baik saja tanpa manusia
BalasHapusSebenarnya perubahan iklim sudah kita rasakan bertahun yang lalu, terbukti cuaca sekarang cenderung tidak bisa diprediksi, menurut BMKG masuk musim kemarau ternyata berhari-hari hujan lanjut panas terik, perubahan cuaca yang cukup ekstrem ini sebenarnya warning untuk kita agar lebih menjaga bumi.
BalasHapusWah, aku baru sedikit banget, baru bawa tas sendiri kalau ke mana2 untuk meminimalisir plastik, juga terkadang reuse yang bisa digunakan kembali. semoga langkah kecil ini bisa pelan2 membantu juga untuk bergerak bersama ya.
BalasHapusUntunglah Indonesia ga kena gelombang panas ya mbak cuma emang panasnya sekarang berlipat2 rasanya. Apalagi di semarang jam 9 aja matahari udh kek jam 1 siang. Memang kko ga dimulai dr sekarang kasihan anak2 kita nanti. Harus mulai sadar siri dan lebih peduli lingkungan
BalasHapusMasih banyak nih yang enggan menggunakan transportasi massal padahal di beberapa kota besar, layanan transportasi beggini sudah banyak yang saling terkoneksi. Banyak banget memang dosa yang sudah kita lakukan pada Bumi, sehingga dampaknya banyak terasa di hari ini. Benarlah pesan dari Lao Tsu ya, hal kecil yang dilakukan kelak bisa berubah menjadi sesuatu yang nggak terduga. Semoga banyak yang juga tergerak hatinya seperti Mba Nia untuk kembali bijak dalam memanfaatkan segala rupa yang diberikan alam ini supaya perlahan-lahan Bumi bisa pulih.
BalasHapusSaya pernah berpikir kalau zero waste itu mission impossible. Lha gimana, beli sabun aja bikin sampah. Beli kendaraan listrik jg omong kosong ketika listriknya masih dibikin pake BB fosil. Tapi mission impossible bukan berarti gosah dilakukan sama sekali. Kalaupun sdh keder duluan dengan zero waste, Srtidaknya minimize waste lah ..bahkan upaya mrminimalisasi pun sudah sangat menantang hehehe
BalasHapusDi Kantorku jadi membiasakan lebih paperless sekalipun Pandemi sudah dinyatakan usai. Kebiasaan yang akhirnya dirasakan bersama dampak positifnya. Karena selain dapat mengurangi penggunaan kertas, dari segi pekerjaan juga jadi lebih praktis dan efektif efisien.
BalasHapusPemanasan global tetap terjadi padahal kampanye besar-besaran telah dilakukan. Menurutku, kampanye saja tidak cukup. Anggota masyarakat saja, atau local community saja tidak cukup, Mbak. karena korporasi besar yang memproduksi barang-barang pencemar bumi tidak ikut melakukan. Menurutku jika kita berhenti memakai seluruh produk barang plastik, berhenti menggunakan pendingin ruangan, dan membakar BBM fosil, suhu akan turun kembali. Tapi resikonya ketidak nyamanan kepada kita para pengguna pasti juga besar ya...Nah mbluletnya di sana..Hehehehe...
BalasHapusEmisi karbon bisa menyebabkan perubahan iklim semakin cepat
BalasHapusKita perlu bersama sama mengurangi emisi karbon ini ya mbaka
Agar bumi tetap nyaman ditinggali
ayo bersama kita bisa.. banyak sekali hala - hal yang bisa kita lakukan untuk selamatkan bumi tercinta ini
BalasHapusBumi ini memang harus sama-sama kita jaga kelestariannya. Saya di rumah sudah melakukan hemat listrik & air
BalasHapusItulah ya, suhu panas saja bisa bikin belasan orang tewas...hiks ngeri memang. Maka bahu membahu di dalam mewujudkan pengurangan dan pencegahan perubahan iklim global terus terjadi memang perlu dilakukan. Apa saja bisa kok ya, dari hal-hal yang kecil, dimulai dari diri kita sendiri, dan dimulai saat ini !
BalasHapusaku disini 32 derajat aja sudah ngerasa kepanasan banget mbak, apalagi suhu 37 derajat. ya Allah...
BalasHapusternyata aksi kecil kita bisa berdampak untuk kelangsungan kehidupan di bumi ya, aku juga mulai mencoba untuk mengurangi penggunaan energi
Minimal memang harus dimulai dari diri kita dulu sih ya mbak, karena dengan begitu akan menular kepada yang lain sih kalau meurutku. Hal termudah bisa dimulai dari lingkuangan sendiri, karena itu bagian dari mengantisipasi perubahan iklim.
BalasHapusAku jadi inget Pengling juga, teh..
BalasHapusRasanya dulu gak sampai segininya, karena teoritis banget yaa..
Sekarang kudu bergerak bersama untuk bumi yang lebih baik. Nyata dilakukan setiap hari agar menjadi sebuah kebiasaan baik yang menjadi warisan karakter anak-anak.
Bener sih kita harus bergerak untuk menyelamatkan bumi ini dengan kegiatan yang bermanfaat dan tentunya Kita juga harus menjaga kesehatan dengan rajin berolahraga Terima kasih tipsnya
BalasHapusBaru tahu ternyata suhu panas akibat pemanasan global. Memang salah kita juga sih sepele sama alam. Buang sampah n prilaku lainnya.
BalasHapusBersamabergerakberdaya bagus yaa, jd membantu mengurangi kerusakan bumi juga
Sebagai ibu rumah tangga, masyarakat biasa, upaya dan dukungan saya juga hal kecil dan mungkin sepele aja Teh, seperti mematikan listrik yg tidak digunakan, mencoba menghemat air dengan memaksimalkan penggunaan. Masih langkah kecil sih ya .. tapi saya yakin jika kita lakukan bersama hasilnya akan nyata
BalasHapusAksi secaca nyata bersama bergerak berdaya mempunyai dampak yg besar bagi lingkungan, bahkan bis mencega perubahan iklim.
BalasHapusBanyak yang bisa kita lakukan untuk membantu mengurangi jejak emisi karbon ya mbak. Walaupun sesederhana menghemat listrik, banyakin jalan kaki, naik angkutan umum dll, tapi bayangkan kalau banyak yang melakukannya pastinya akan membawa dampak positif buat bumi,
BalasHapuskeren teh kebijakannya, memang penting banget kita memikirkan kebijakan apa yang mungkin dilakukan untk melindungi bumi kita dari kerusakan. salah satunya dengan kantor paperless itu lumayan unik tuh mbak. karena kita belum bisa 100 persen yaa jauh dari kertas
BalasHapusKami juga menerapkan hemat air dan listrik nih di rumah dan diman saja. Awalnya ya biar bayaran gaj mahal. Tapi makin ke sini hemat ini juga menjadi solusi buat selamatkan bumi kita khususnya hutan dan kami pun juga mulai melakukan efisiensi juga di sisi lainny.
BalasHapusYang mencegah udah banyak, tapi yang acuh bahkan yang merusak jumlahnya lebih banyak ya mbak.
BalasHapusTapi tetap dong, nggak boleh berputus harapan, paling tidak terus berkampanye dan membiasakan untuk hemat air dan listrik di lingkungan rumah
Bumi milik kita bersama, kita juga harus bersama sama menjaganya
BalasHapusDilakukan dengan berbagai cara yang sederhana juga bisa
Iya Teh bener banget, sekarang perubahan iklim terasa banget dampaknya. Ya gmana ya, memang manusianya sendiri yang merusak alam. Aku setuju banget soal transportasi massal. Aku pun berharap semoga transportasi umum di Bandung bisa terintegrasi dengan baik, sehingga masyarakat tertarik untuk naik transportasi umum
BalasHapusDengan cuaca yang gerah begini aja terkadang suka merasa serem sendiri. Karena katanya kan memang suhu udara meningkat. Makanya memang udah gak boleh ditunda lagi untuk peduli dengan bumi.
BalasHapusBener banget ya Teh. Saya juga merasa belakangan ini kok panas banget cuacanya. Malem juga gerah. Memang Kita kudu menjaga bumi ini, udah mulai banyak kerusakan. Kalau bukan Kita, ya siapa lagi
BalasHapusAlhamdulillah nya negara kita sudah mulai menjalani berbagai upaya dalam rangka menjaga lingkungan hidup. Semoga alam Indonesia tetap sejuk dan masyarakatnya semakin banyak yg sadar untuk mencintai bumi
BalasHapusAlhamdulillah untuk jarak yang dekat daku membiasakan diri dengan jalan kaki. Sambil olahraga sambil mendukung juga dalam berdaya melestarikan bumi.
BalasHapusSaat nya kita sadar dan peduli dengan lingkungan dan bumi ya. Seengaknya mulai dari hal terkecil dan mulai dari rumah. Semoga bumi semakin baik 💔
BalasHapusDuh, jadi malu sama dosa2ku terhadap lingkungan. Diriku ini juga lagi pelan2 berusaha mengurangi emisi karbon. Semoga semakin banyak masyarakat yg sadar dan memulai untik mengurangi emisi karbon. Kasihan bumi yg makin rusak.
BalasHapusPermasalahan transportasi massal memang masih jd PR banget nih di negara kita. Kalau transportasi massalnya nyaman dan terintegrasi dgn baik pasti masyarakat termasuk diriku bakal milih pakai transportasi massal. Sehingga bs mengurangi emisi karbon.
BalasHapuspersentase penggunaan listrik masih jadi nomor 1 ya Mbak
BalasHapussudah seharusnya emang kita semua bahu membahu bergerak bersama untuk menjaga bumi ini dengan sadar.
ini tugas bersama bukan hanya menjadi tugas Masyarakat Adat atau Komunitas Lokal aja.