Dear Aku, Jangan Takut!
Masuk bulan Ramadan, kamu sangat takut. Tahun lalu, ketakutan itu tak sebesar tahun ini. Kamu takut tak bisa membagi waktu. Kamu takut tak bisa menyediakan hidangan berbuka dan sahur untuk keluargamu. Kamu juga takut fisikmu akan kelelahan.
Lihatlah, sudah setengah jalan terlewati. Takutmu tidak beralasan. Takutmu hanyalah sebatas paranoid. Yang tidak berdasar, dan hanya mempertimbangkan sisi logika saja. Sisi kekuasaanNya tak kamu libatkan. Padahal sudah 44 tahun, kekuasaannya membuatmu survive hingga hari ini.
Dear Aku, Jangan Bersedih!
Masuk bulan Ramadan, sedihmu berlipat. Masuk bulan Ramadan, air matamu jauh lebih banyak. Khawatir dengan ini, kamu menangis. Khawatir dengan itu, kamu juga menangis. Jangan cengeng. Terus saja lakukan yang terbaik. Yang bisa kamu lakukan. Sesekali taka pa kamu menangis. Tapi jangan keseringan. Mata-mata mungil yang ada di sekitarmu tak selayaknya terus-terusan melihat sembab matamu. Jangan terus bersedih. Dia selalu ada di dekatmu. Cintanya selalu bersama hidupmu. Terus mendekat saja padaNya. biar hatimu tenteram dan tak terus berembun.
Dear Aku, Jangan Menyerah!
Masuk bulan Ramadan hatimu merasa sangat lelah. Berkali-kali kamu jeritkan kata ingin menyerah. Berhentilah melakukannya. Di dalam hidup, tak ada kata menyerah. Pilihanmu hanyalah maju. Dengan atau tanpa hatimu. Tentu, jika kamu membawa serta hatimu, hasilnya akan jauh lebih tertuju.
Kamu harus tahu cerita Musa. Iya, Nabi Musa. Ia tak pernah tau kalau laut yang menghalanginya akan terbelah. Ia hanya tau bahwa Allah pasti menolongnya. Begitu juga saat ini, cukuplah kamu yakin bahwa Allah akan menolongmu tanpa perlu kamu pusingkan bagaimana caranya. Tolong, kamu jangan menyerah!
Dear Aku, Ayo Optimis!
Masuk bulan Ramadan, kamu terlalu skeptis. Semua akan memburuk, semua akan berat. Ya, memang kelihatannya seperti itu. Hari demi hari yang dilalui tak banyak hal yang berubah. Tapi coba lihat, di ujung awal Ramadan, dan juga titik hari ini. Apakah sama? Tidak, ada banyak hal baik yang luput masuk hitunganmu. Meski tidak banyak, yang sedikit itupun tetaplah kemajuan. Yang jika dibandingkan dengan skala yang lebih jauh, titik kamu sekarang tetap jauh lebih baik. So, ayo optimis. Besok dan besok dan besoknya lagi,semua akan jauh lebih baik.
Dear Aku, Bersyukurlah!
Ini yang paling penting. Yang sering sekali kamu lupakan. Kamu terlalu sibuk melihat hal yang kuantitatif. Kamu terlalu sibuk dengan hal yang kasat mata. Sementara yang kualitatif, dan yang terus tercurah, meskipun sedikit, kamu luputkan. Tak kamu syukuri, padahal semuanya kamu nikmati.
Ayo, pandai-pandailah bersyukur. Udara yang berhembus, sehatnya badanmu, senyum anak-anakmu, usap lembut dan perhatian dia yang mencintaimu, doa ibumu, kasih sayang adik dan kakak-kakakmu, serta semua yang tak bisa tertuliskan lebih patut untuk disyukuri ketimbang hal imajiner yang terus ada di dalam angan-anganmu. Jadilah anak baik. Jadilah hamba yang baik. Konon, bersyukur membuat nikmat akan jadi berlipat-lipat.
Dear aku, ayo berjalan bersama. Satukan niat, satukan semangat, satukan pikiran, dan satukan perasaan. Yuk kita berusaha. Yuk kita jalan bersama. Kita pasti bisa lewati ini semua. Kita pasti bisa tiba di ujung sana. Dia selalu bersama kita. Dia sesuai dengan prasangka hambanya. Bismillah, ayo kita melangkah!
Ya selama kita berserah sama Allah semua rasa takut, rasa cemas semua akan hilang. Tetap semangat
BalasHapus