Laman

19.8.24

Talkshow Parenting, "Sudah Optimalkah Tumbuh Kembang Anakku?", Bersama Edelweiss Hospital Bandung


Halo teman-teman, apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya. Alhamdulillah, saya dan keluarga, saat ini juga sedang dalam keadaan sehat wal afiat.

Talkshow Parenting 

Ngomong-ngomong tentang sehat, beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan ikut acara Talkshow Parenting bersama Edelweiss Hospital Bandung, yang merupakan satu dari sekian banyak dari acara yang digelar di event Anniversary yang ke-4. Eventnya sendiri bernama Edelweiss Health Festival 2024. Talkshow yang bertajuk "Sudah Optimalkah Tumbuh Kembang Anakku?" itu diselenggarakan di Atrium Trans Studio Mall, Sabtu 17 Agustus 2024.


Gak kaleng-kaleng lho, narasumber yang dihadirkan adalah dokter spesialis anak yang jadwal konsultasinya sangat padat. Yakni dr. Faisal, Sp.A(K), M.Kes. Tak ketinggalan, hadir pula pasangan aktivis parenting anak yang sudah banyak menulis buku-buku parenting, yang juga aktif sebagai influencer parenting, yakni Fufu Elmart dan jugan Canun Kamil. Adapun host yang memandu acaranya itu juga merupakan dokter anak, yaitu dr. Filla Reviyani Suryaningrat, Sp.A.

Apa Itu Tumbuh Kembang Anak?

Talkshow sore itu dibuka dr Filla dengan melempar pertanyaan kepada penonton. Apa sih tumbuh kembang anak itu? Apa bedanya tumbuh dan kembang? Secara umum, hampir semua penonton tahu dengan definisi dan juga perbedaan tumbuh dan kembang ini. Secara simpelnya, tumbuh itu bisa dilihat dari pertambahan tinggi yang sering dengan kenaikan berat badan. Tumbuh erat kaitannya dengan asupan nutrisi dan gizi. Nah kembang, atau perkembangan, itu erat kaitannya dengan stimulasi kemampuan anak. Di sini bisa dilihat dengan apa saja yang harus sudah bisa dilakukan anak seiringeiring pertumbuhan dan pertambahan usia. Misalnya saja anak sudah bisa bicara, anak sudah bisa berjalan, dan lain sebagainya.



Menurut dr Faisal, secara medis, pertumbuhan anak itu sangatlah penting. Pertumbuhan tersebut merupakan ciri unik dari semua anak. Anak itu selalu mengalami proses bertumbuh. Yang dimulai dari janin di dalam kandungan ibunya, kemudian dia lahir ke dunia.

Setelah lahir, anak akan mengalami fase-fase kehidupan. Ada fase bayi, fase anak-anak, fase pubertas, dan lalu fase dewasa. 

Jika mau tahu anak tumbuh atau tidak, kita harus punya indikator. Yaitu sesuatu yang bisa dinilai dan bisa diukur. Misalnya tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan juga proporsi tubuh. Dan dari indikator-indikator ini, ada yang bisa dengan mudah dilakukan orang tua. Sehingga orang tua bisa tahu anaknya tumbuh atau tidak.

Ya, ini berarti bahwa sebenernya pertumbuhan itu ada di depan mata para orang tua. Setiap hari, perubahan ini terjadi. Dan inilah ciri pertumbuhan. Tapi tentu, supaya tidak subjektif, yang mungkin hanya berupa kira-kira, maka kita memerlukan acuan atau indikator yang objektif.



Dulu, orang tua sangat masih jarang yang melakukan pemantauan pertumbuhan ini. Misalnya menimbang berat badan anak dan juga mengukur tingginya. Hanya orang tua yang telaten dan punya alat saja yang melakukannya. Bahkan yang ke posyandu juga jarang. Tapi sekarang, sudah jauh lebih maju. Tak hanya timbangan dan meteran, banyak juga dari orang tua yang memantau pertumbuhan anak dengan menggunakan aplikasi via gadget. Baik di laptop/PC ataupun di ponsel.

Gangguan Pertumbuhan dan Cara Intervensi

Dalam prosesnya, anak bisa mengalami gangguan pertumbuhan. Orang tua, wajib banget menyadari hal ini dan lalu menemukan solusi atas hal ini. Supaya anak tetap bisa tumbuh dengan baik. 

Menurut dr Faisal, sebelum mengetahui gangguan pertumbuhan, orang tua harus tahu lebih dulu pertumbuhan yang normalnya. Nah pertumbuhan yang normal pada anak, yang paling bisa dilihat itu dari tinggi badannya. Kenapa demikian, sebab tinggi badan itu nilainya statis. Tidak mengalami penurunan, dalam artian irreversibel. Berbeda halnya dengan berat badan yang bisa turun karena hal-hal tertentu. Misalnya anak diare, sudah pasti berat badannya turun. Sakit seminggu, berat badannya pasti turun. Berat badan ini sufatnya fluktuatif.

Nah jadi, pertumbuhan linier yang visa dilihat orang tua, pertama kali adalah tinggi badan. Normalnya, tinggi badan anak normal itu adalah yang sesuai dengan potensi genetik yang diwariskan kedua orang tuanya.

Jika dilihat di kurva, titiknya paralel dengan kurva yang mencapai potensinya. So, jika ada pertumbuhan yang melandai, yaitu yang melewati kurvanya, itulah yang disebut pertumbuhan terganggu atau abnormal. Ending-nya, anak menjadi pendek.

Jauh sebelom melihat pendek ini, seharusnya orang tua bisa melihat kurva. Di sana bisa dilihat proses, kapan, titik di mana si anak kurvanya melandai. Di kondisi tersebutlah pertumbuhan ini bisa diintervensi.

FYI ya, kurva yang dimaksud di sini adalah grafik WHO atau Growth Chart WHO. Para orang tua bisa melihatnya di buku KIA (buku Kesehatan Ibu dan Anak) yang diberikan saat lahiran. Tiap rumah sakit biasanya memberikan itu. Atau juga di KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diberikan posyandu.

Nah di KIA ini, nanti bisa dilihat ada kurva pertumbuhan anak. Inilah yang kemudian bisa jadi pegangan. Kurva melandai bisa dilihat jika titik pertumbuhan anak sudah tidak mengikuti titik yang seharusnya.

Sebagai informasi tambahan, di KMS atau di buku KIA, itu ada kurva yang menggambarkan tinggi badan per umur; ada kurva yang menggambarkan berat badan per umur; dan juga ada kurva yang menggambarkan berat badan per tinggi badan.

Jika dilihat di chart WHO, itu ada 4 warna yang digunakan. Ada warna hijau, kuning, merah, dan hitam. Nilainya ada 0, -1, -2, dan -3. Ke atasnya ada +1, +2, +3, dan seterusnya.

Semua orang tua di kita itu pengennya anak selalu ada di garis hijau, atau nilai 0. Padahal jika dilihat secara medis, tidak berada di garis hijau juga tidak apa-apa. Asal sesuai dengan potensinya. Sebab pertumbuhan anak yang baik, itu pada setiap anak dihitung potensinya. Dan ini jelas harus dilihat genetis orang tuanya.

Faktor Lain Pertumbuhan Optimal

Untuk bisa tumbuh optimal, misalnya anak tumbuh tinggi, faktor genetis dari orang tuanya memang sangat penting. Idealnya, ayah dan ibu yang tinggi akan menjadikan anak yang tinggi juga. Tapi hal ini bukanlah satu-satunya faktor . Ada faktor lainnya yang juga memengaruhi optimalnya pertumbuhan anak. Faktor-faktor itu meliputi gizi, hormon, lingkungan, dan juga wellbeing atau kesejahteraannya.

Iya, saat melihat anak yang dirasa terhambat pertumbuhannya, yang pertama dilakukan itu pasti dihitung potensi genetis objektifnya. Perhitungan dilihat dari tinggi badan ayah dan ibunya, sehingga nantinya bisa diperkirakan tinggi badan si anak. 

Setelah perhitungan potensi genetik didapat, akan dilihat faktor lainnya. Faktor ini bisa jadi faktor yang menunjang atau bahkan jadi faktor yang membuat minus.

Faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut.

  • Nutrisi yang memadai merupakan hal yang sangat penting.
  • Hormon yang normal di dalam tubuh anak. Ada hormon tiroid, hormon pertumbuhan (Growth Hormone = GH), dan juga hormon pubertas atau hormon seks berupa estrogen dan testosteron.
  • Lingkungan baik untyk bertumbuh. Misalnya tidak ada polusi yang berlebihan, tidak ada radiasi, hidup yang nyaman, dan lain-lain.P
  • Pengasuhan yang baik. Faktor Pengasuhan juga sangat menunjang pertumbuhan anak yang optimal. Pengasuhan ini meliputi kasih sayang, tidak ada penelantaran, tidak ada kekerasan, kebutuhannya dipenuhi, vaksinasi lengkap, sakit diobati, dan asah asih asuh. Pengasuhan yang baik ini, jika diberikan dengan maksimal, maka akan sangat menunjang pertumbuhan anak hingga optimal.

Sharing Ayahmi dan Bundami 

Semakin lama, bincang tentang parenting ini semakin mengasyikkan. Ayahmi dan Bundami, kemudian bercerita mengenai pengalamannya di dalam mengasuh 3 putranya.

Ayahmi dan Bundami sendiri, pernah punya pengalaman berkonsultasi dengan dr Faisal. Pengalamannya, anak ke-3 mereka pernah mengalami pertumbuhan yang terhambat. Tingginya dirasa berada di bawah rata-rata. 



Tentu saja hal ini membuat mereka panik. Padahal rasanya semuanya tercukupi. Khususnya nutrisi dan gizi. Tapi setelah berkonsultasi, ternyata semuanya normal. Hal yang membuatnya demikian adalah faktor genetis yang diberikan Ayahmi dan Bundami yang memang gak tinggi. Tapi menurut dr Faisal, anak mereka bisa tinggi. Dan ini bisa terjadi setelah fase pubertas.

Awalnya Ayahmi dan Bundami berkonsultasi ke dokter gizi. Kemudian, mereka dirujuk ke dr Faisal. Hasil konsultasi kemudian membuat melakukan pemeriksaan endokrin di mana diperiksa hormon pertumbuhanya; lalu juga dirontgen tulang untuk mengetahui bone age; dan juga dihitung potensi tinggi secara genetis dari orang tua. 

Jangan salah proses tumbuh kembang orang tua semasa mudanya juga diperhatikan, lho. Pengalaman Ayahmi dan Bundami, saat mengkonsultasikan pertumbuhan anaknya, awal menarke Bundami serta awal masa puber Ayahmi juga ditanyakan. Sebab semuanya jadi faktor genetis ke anaknya. 

Pendek Itu Ada 2 Macam

dr Faisal lalu bercerita mengenai orang-orang tua yang berkonsultasi kepadanya mengenai anak-anaknya yang pertumbuhannya terganggu. Banyak dari mereka yang datang ingin tahu tahu penyebabnya dan lalu pulang membawa obatnya sebagai solusi. Padahal sebenarnya kan tidak begitu. Tidak ada yang namanya obat sakti di dalam proses pertumbuhan. Tidak ada hal general yang bisa ampuh untuk setiap anak. Sebab penyebab dari masing-masing anak itu berbeda.

So, jangan dinormalisasi hal tersebut. Harus dilihat dan diselidiki penyebabnya lebih dulu. Yang di atas itulah yang harus dilihat. Bagaimana asupan gizinya? Cukupkah hormon tiroid dan hormon pertumbuhanya? Seperti apa lingkungan tempat hidup si anak? Seperti apa juga wellbeing atau kesejahteraan si anak? Dan bagaimana pula pengasuhan yang diberikan orang tuanya?

dr Faisal menambahkan, pendek yang normal itu ada 2 macam, yakni pendek yang memang genetis dari ibu dan ayahnya serta pendek late bloomer (pendek pra puber). Nah yang terakhir, yakni late bloomer, itu nanti bisa mengejar ketertinggalannya di masa puber.

Tapi ingat, penentuan late bloomer ini gak bisa diputuskan sendiri. Misalnya dengan asumsi sendiri. Tetap harus dicek semua faktor yang tadi dijelaskan. Karena bisa jadi itu akibat dari kurang hormon yang mungkin jika dicek diawal bisa diintervensi. Dari sini jelas, pemeriksaan secara lengkap wajib dilakukan.

dr Faisal bercerita juga, beliau pernah kedatangan orang tua yang ingin anaknya tinggi. Mereka ingin anaknya masuk sekolah yang syaratnya harus tinggi. Saat itu kurang 5 cm. Bisa dibayangin kan bingungnya. Intervensi pertumbuhan bisa dilakukan saat proses penghambatan terjadi. Di mana masa pertumbuhan memang sedang terjadi. Jika sudah dewasa kan susah. Dan itu bukan sulap.

Pengasuhan Anak

Setuju banget dengan apa yang diungkapkan Ayahmi. Pengasuhan itu gak ada ilmunya. Jadinya ini membuat tantangan yang besar. Para orang tua kebanyakan trial and error, terutama kepada anak pertama mereka.

Secara umum, anak yang bermasalah biasanya adalah anak yang terlalu sering dikekang, terlalu banyak aturan, atau terlalu sering dibebaskan. Untuk anak yang terlalu dikekang dan terlalu banyak aturan, jelas ya. Anak jadinya seperti merasa ditekan. Dan layaknya per atau pegas, ketika sesuatu ditekan, maka dia akan mencari cara untuk meluapkan tekanan itu. Di luarlah yang jadi peluapan tekanan itu. Ini biasanya di sekolah.

Adapun anak yang terlalu sering dibebaskan, itu contohnya misalnya adalah penggunaan gadget. Hal ini biasanya berangkat dari orang tua yang gak mau repot. Dikasih gadget biar anak diam. Padahal anak yang sehat, adalah anak yang aktif, bukan? Dan jika ditengok ke tiap rumah, apakah adakah orang tua yang gak repot? Padahal sederhana, kita mau repot saat kecil atau mau repot saat besar? Repot saat anak kecil, masih lebih mudah ditangani. Sebaliknya jika sudah besar, repot ini akan jauh lebih susah untuk ditangani.

Kewajiban bagi setiap orang tua untuk memperhatikan kebutuhan anak. Secara fisik, kewajiban orang tua untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizinya.

Nah secara mental, tugas orang tua bukanlah untuk memenuhi keinginan anak. Harus ditanamkan pengertian bahwa sebagai manusia gak selalu semua keinginan terwujud. Sesekali aja. Wajibnya ya memenuhi kebutuhan anak. Di sini jelas, orang tua harus bisa mengajarkan maturitas ke anak. Anak bisa bersikap dewasa di dalam menyikapi berbagai fenomena kehidupan. 

Di sini orang tua jelas penting punya otoritas. Orang tua penting punya pengaruh kepada anak-anak. Tapi gak berarti juga menjadi orang tua yang otoriter.

Pendekatan parenting yang bisa memfasilitas minat anak, bakat anak, tapi tidak otoriter itu bisa dilakukan dengan menciptakan keluarga yang harmonis. Anak bisa melihat kedua orang tuanya happy. Ingat selalu bahwa anak merupakan peniru ulung. Banyak diomongin, anak bisa salah. Tapi dalam menurut, anak tak pernah salah. Jadi untuk menciptakan pengasuhan yang baik, ciptakan dulu keluarga harmonis antara suami, istri, dan juga anak. 

Jadi orang tua juga harus peka. Jika dirasa anak pertumbuhan kurang, berkonsultasi pada dokter, misal dokter gizi dan dokter anak. Jika terjadi perubahan tingkah laku, jangan sungkan mendatangi psikolog. Supaya permasalahan tidak berlarut-larut. Sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.

dr Faisal ikut menambahkan. Saat anak bermasalah dengan makan, banyak lho yang justru harus diobati adalah orang tuanya. Mindset orang tuanya. Misalnya anak gak mau makan karena jajan terus. Bayi yang susah makan karena nenen terus. Jelas dong, yang terjadi adalah anak gak lapar. 

Solusinya bagaimana? Orang tua harus bisa ngatur makan anaknya. Orang tua harus belajar. Cari referensi. Ada banyak di buku, di internet. Nah jIka makan udah bagus, baru dicari penyebab lainnya jika pertumbuhan anak Masih terganggu. Terapi diberikan sesuai permasalahannya. Seperti yang tadi disinggung. Gak ada obat sakti yang cocok untuj semua anak. Semua harus spesifik.

dr Faisal mengingatkan, di zaman serba medsos, teknologi, dan internet yang mudah ini, penyebab anak pendek itu banyak. Jadi jangan ikut-ikutan. Misal minum vitamin ini itu, ikut les renang, dan lain sebagainya. Harus dicari permasalahan yang jelasnya.

Sesi Tanya Jawab

Acara dilanjutkan pada sesi tanya jawab. Di pertanyaan pertama yang melibatkan KDRT, agar tumbuh kembang anak bisa optimal, tetap harus diprioritaskan terciptanya lingkungan yang kondusif untuk tumbuh. Karena KDRT ini sudah mengancam, maka pilihannya ya harus menggunakan exit emergency berupa cerai orang tuanya. Anak tidak akan bahagia di dalam keluarga yang mengalami KDRT. 


Untuk pertanyaan kedua, dr Filla menjelaskan jawaban mengenai tumbuh kembang pada anak yang lahir secara Caesar. Jangan khawatir, semua bisa dilakukan. Anak yang lahir secara Caesar juga bisa sehat dengan tumbuh kembang yang optimal layaknya anak yang lahir normal. Misalnya dengan IMD (inisiasi Menyusui Dini). Banyak berkonsultasi juga dengan dokter.


Adapun untuk anak yang punya kelainan pertumbuhan sejak dari dalam kandungan, itu juga bisa tetap bisa diusahakan. Hanya prosesnya lebih intensif lagi. Harus diperhatikan oleh orang tua dan pihak medis. Ada yang harus terus dipantau secara terus menerus.


Launching Edelweiss Children Center

Talkshow pun berakhir. Meskipun belum puas dengan berbagai hal tentang tumbuh kembang anak yang optimal, namun waktu yang diberikan sudah habis. 

Setelah talkshow berakhir,  kami para penonton, termasuk juga para blogger yang hadir, menyaksikan acara launching produk atau program baru dari Edelweiss Hospital. Yakni launching Edelweiss Children Center. Sebagai tambahan informasi, Edelweiss Children Center ini merupakan ine stop service center. Di tempat ini ada dokter spesialis anak, dokter penyakit dalam remaja, doketr gigi anak, psikolog anak, psikiater anak. Semua lengkap one stop service untuk anak. Edelweiss Children Center ini merupakan kolaborasi antara Kreativa Global School yang dikelola oleh Edelweiss Hospital. Lokasinya ada di Jalan Turangga nomor 63, Bandung.


Well...

Berakhirnya prosesi launching Edelweiss Children Center menjadi penanda berakhirnya acara yang kami hadiri sore itu. Masing-masing yang hadir di sana sudah bisa dipastikan berdecak kagum seperti saya.

Wow, keren deh Edelweiss Hospital ini. Layanannya lengkap. Apalagi kini, untuk anak-anak ada Edelweiss Children Center. Di sana para orang tua bisa melakukan apa pun untuk anak-anaknya. Sakit secara fisik, ada banyak dokter medis yang bisa mengobati. Dan jika ada keluhan secara psikis atau mental, ada psikolog dan psikiater yang bisa dimintai bantuan.

Semoga deh, Edelweiss Children Center ini bisa memberi banyak manfaat bagi sebanyak-banyaknya anak Indonesia. Supaya anak Indonesia bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal. Semoga saja. 

Semoga sukses Edelweiss Hospital. Happy 4th anniversary!



26 komentar:

  1. Baca ini jadi inget yang lagi viral sekarang. Bullying dokter. Semoga dokter2 anak bulan pembuli dan lulusan dari bullyan. Gimana mau merawat anak kalau mentalnya udah "rusak" duluan.

    Sukses Edelweiss Hospital. Happy 4th anniversary! :)

    BalasHapus
  2. Kehadiran Edelweiss Children Center bisa memudahkan para orangtua untuk lebih mengenal dan paham akan tumbuh kembang anak ya, karena hal tersebut jadi momen emas si anak juga

    BalasHapus
  3. Betul. tinggi badan itu masih bisa diusahakan dengan gizi dan gaya hidup yang sehat. Kalau cowok emang biasanya baru tumbuh pesat di usia pubertas

    BalasHapus
  4. Suka worry sama tumbang anak. Khawatir tumbang anak mengalami keterlambatan. Btw event ini ada sesi onlinenya gak ya mbak?

    BalasHapus
  5. Banyak orang tua merasa enggan repot saat anak masih kecil. Makanya, langkah paling mudah ya memberikan gadget biar anaknya diam. Terus saat dewasa ya wes. repotnya memang lebih sulit dikendalikan.
    Talkshow begini tuh menarik. BIsa jadi referensi untuk para orang tua dan bahan pembelajaran bagi calon orang tua.

    BalasHapus
  6. "Pendekatan parenting yang bisa memfasilitas minat anak, bakat anak, tapi tidak otoriter itu bisa dilakukan dengan menciptakan keluarga yang harmonis. Anak bisa melihat kedua orang tuanya happy. Ingat selalu bahwa anak merupakan peniru ulung. Banyak diomongin, anak bisa salah. Tapi dalam menurut, anak tak pernah salah. Jadi untuk menciptakan pengasuhan yang baik, ciptakan dulu keluarga harmonis antara suami, istri, dan juga anak."

    Saya terkesan sekali dengan rangkaian kalimat ini Mbak. Maknanya luar biasa. Catatan penting bagi setiap orang tua yang sedang membersamai tumbuh kembang anak di masa-masa keemasan. Bahkan hingga mereka dewasa dan mampu untuk berdiri sendiri.

    Nyatanya memang sinergi antara orang tua dan anak baik secara kejiwaan, mental, moral, dan fisik, banyak sekali memberikan pengaruh pada nilai kehidupan bagi kedua belah pihak.

    Beruntung sekali Mbak Nia bisa hadir di event seberkualitas ini.

    BalasHapus
  7. Happy banget bacanya
    karena layanan kesehatan seperti Edelweiss Hospital Bandung gak hanya mementingkan kuratif (yang berarti semakin profit) tetapi juga menganjurkan preventif

    Dengan preventif selain mengurangi biaya kesehatan, anak juga bisa tumbuh kembang optimal

    BalasHapus
  8. semoga kehadarian Edelweis Children Center bisa menjadi solusi untuk tumbuh kembang anak ya. Proses yang dilakukan Ayahmi dan Bundami sama kek yang aku lakukan untuk anak nomor duaku teh, di cek hormon dan umur tulang trus potensial tinggi badannya juga diatas kami...

    BalasHapus
  9. Suka banget dnegan acara talkshow parenting seperti ini, apalagi diadakan di Mall. Secara tidak langsung mengajak orangtua yang mendengarnya mau belajar tentang cara mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

    BalasHapus
  10. Nah ini yang ortu harus aware sama tumbuh kembang anak. Seharusnya emang punya indikator untuk memastikan apakah tumbuh kembang anak sudah sesuai apa belum. Sehingga kalau ada gangguan tumbang, ortu bisa langsung menyadari dan menemukan solusi sebelum terlambat.

    BalasHapus
  11. Kemudahan yang ada di zaman digital tuh mashaAllaa yaa..
    Bahkan sekarang buku KIA juga ada versi digitalnya, sehingga memudahkan para Ibu untuk memantau kesehatan tumbuh kembang anak. Dan memudahkan kalau ada lupa, hilang dan lain-lain.

    Dengan hadir ke acara Talkshow Parenting bersama Edelweiss Hospital Bandung, memberikan insight baru bagi para orangtua akan hal-hal yang harus diperhatikan secara detil.

    BalasHapus
  12. Keren acaranya, ketemu ahlinya dan bisa dapat pengetahuan yang daging banget dan bisa tanya-tanya pula. Beruntung mbak bisa ikut acara ini..

    BalasHapus
  13. Mantap banget talkshow launching Edelweiss Children Center. Isi materinya daging semua. Saya yang sudah memiliki anak yang sedang skripsi jadi belajar lagi tentang tumbuh kembang anak di artikel ini. Makin sukses untuk ECC

    BalasHapus
  14. Aamiin. Nah, itu kadang pertanyaan yang sering muncul ya. Apalagi generasi kita dulu masih abai, jaman sekarang udah banyak edukasi.
    Keren nih edelweiss acaranya, talkshow dan sharing Ayahmi Bundami jadi menambah pengetahuan yaa.
    Pokonya Happy Anniv!

    BalasHapus
  15. Iyaya ketelitian orangtua dalam memantau tumbuh kembang anak memang bagian dari tanggung jawabnya juga. Pasalnya kan si anak masih dalam pengawasan orangtuanya

    BalasHapus
  16. Urusan tumbuh kembang anak memang capek. Semua keluarga ngurus anak kecil pasti butuh tenaga, pikiran, kesabaran dan materi.

    Iya, bener banget, orang tua di jaman sekarang banyak yg mau enak aja. Anak dikasih gadget yg penting diem.

    BalasHapus
  17. Cara anak hadir ke dunia pun bisa membawa trauma atau berefek pada tumbuh kembang anak yaa.. Aku baru inget mengenai riwayat anak lahir caesar atau normal. Dan penting juga memerhatikan asupan gizi serta kondisi psikologis sang Ibu saat masa kehamilan.

    Seru banget bahasan acara Edelweiss Hospital Bandung.
    Sukses terus, Edelweiss Hospital Bandung.

    BalasHapus
  18. Sepertinya acaranya bagus banget dari tulisan ini aku bisa baca lengkap tentang memantau, permasalahan,dan solusi tentang perkembangan pertumbuhan anak ya sampe ke cara pengasuhannya ya

    BalasHapus
  19. Kalau dekat sih aku pengen konsultasi ke Edelweis Children Center, aku pengen sih anakku lebih tinggi Mak, nggak pendek2 bgt sih tapi kalo bisa ya lebih tinggi mumpung masih masa pertumbuhan

    BalasHapus
  20. Talkshownya bermanfaat banget nih untuk ibu-ibu. Masalah tumbuh kembang anak ini tidak bisa disepelekan, harus diperhatikan karena jika tumbuh kembang anak terlihat tidak sesuai usia maka bisa langsung diperiksa takutnya ada penyakit silent disease pada anak

    BalasHapus
  21. Sejak anak-anak lewat masa balita, kok jadi kayak nggak akrab lagi dengan frasa tumbuh kembang. Padahal, selama masih jadi anak-anak, kan tetap bertumbuh dan berkembang yaaa hahaha. Tentunya dengan fase yang bukan balita lagi. Terima kasih sharingnya Mba Nia, jadi diingatkan lagi soal tumbang anak-anak. Keren nih acara Edellweis Children Centre

    BalasHapus
  22. Kereen banget kak acaranya Edelweiss Health Festival 2024. Talkshow yang bertajuk "Sudah Optimalkah Tumbuh Kembang Anakku?" itu diselenggarakan di Atrium Trans Studio Mall, Sabtu 17 Agustus 2024.

    BalasHapus
  23. Jadi orang tua itu harus terus belajar ya teh, kayak tumbuh kembang anak ternyata banyak faktor yg menunjang, agar pertumbuhan anak optimal, seperti. Faktor gizi, hormon, lingkungan, dan juga wellbeing selain genetik orang tuanya.

    BalasHapus
  24. duh aku kalau bicara soal tumbuh kembang anak kadang merasa gagal karena anak-anakku susah banget makannya dan mereka beratnya juga masih harus dikejar. huhu. ini masih mencari-cari cara gimana biar BB anak bisa nambah sesuai umurnya

    BalasHapus
  25. Wah selamat atas prosesi launching Edelweiss Children Center semoga memberi manfaat buat semua dan pastinya pengetahuan hasil talkshow parenting bisa diterapkan dalam pengasuhan anak

    BalasHapus
  26. faktor genetik dan lingkungan memang sangat berpengaruh ya mbak
    tapi sekarang sudah enak banyak tips tips parenting dan konsultasi dari ahli kesehatan agar anak bisa berkembang dengan baik
    terima kasih pencerahannya ya mbak

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)