Pagi itu, di dalam bus kota, keringat dingin saya mendadak ke luar dari seluruh pori-pori tubuh. Tak lama, rasa mual dan perih kemudian menyelimuti perut saya. Entah kenapa, pandangan mata saya juga menjadi kabur. Berkunang-kunang, menguning, dan lalu gelap.
Saya tersadar ketika dua anak perempuan berseragam SMA memukul kedua pipi saya. Salah satu tangan dari dua anak perempuan itu memegang botol minyak kayu putih. Bau yang menyengat di hidung saya, saya simpulkan berasal dari botol itu. Salah satu dari anak perempuan yang memegang botol minyak kayu putih itu kemudian bicara.
“Kak, tadi kakak pingsan. Mungkin sekitar 10 menit. Untung saya bawa minyak kayu putih. Maaf ya, Kak. Tadi, kakak saya tampar. Soalnya, kami harus segera turun dari bus ini.”
“Iya, kak. Eh… kakak turun di mana?” tanya si anak perempuan yang satunya lagi menimpali.
Saya tersenyum. Sungguh, saya benar-benar terharu dengan dua anak perempuan itu. Jika tidak ada mereka, bagaimana nasib saya saat itu. Pingsan di dalam bus kota? Oh tidak!
“Kakak turun di depan. Makasih banyak, ya, udah nolong kakak.” Ucap saya saat itu.
“Sama-sama, kak. Hati-hati ya, kak.” Jawab mereka. Dan mereka pun kemudian turun di sebuah halteu bus yang dekat dengan sekolah mereka.