27.2.13

Abiku, Teman Keseharianku

"Tiada hari tanpa Abi." 
Seperti itulah mungkin ungkapan ketiga anak-anakku. Karena ketika mereka bangun, abinya pulang kerja terlambat, atau pergi ke luar kota, hal yang ditanyakan pertama kali pasti selalu dia. Sebagai ibu, terkadang aku cemburu. Kuantitas waktuku yang lebih lama daripada abinya bersama mereka, ternyata tak membuat aku lebih prioritas. Hehe, ada-ada saja ya, kecemburuanku itu. :D

Kedekatan abi dan anak-anak tentu saja karena abinya jarang sekali marah. Jangankan untuk marah, matanya melotot sedikit atau bahkan diam acuh tak acuh ketika anak-anak salah, sudah membuat anak-anak panik dan takut. Keseharian bersama abinya yang selalu diisi dengan hal-hal yang menyenangkan juga turut andil sebagai alasan bagi anak-anak untuk selalu merindukan abinya. Kalau sudah bersama, jangan ditanya deh!Kongsi mereka susah dipecah-belah. Main game, berenang bersama, jalan-jalan, makan di luar, hingga nonton film pasti dilakukan bareng-bareng, meski tanpa 'restu' aku sebagai ibunya.

6.2.13

E-book Buku Anak

Perkembangan buku anak di Indonesia sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Coba saja Anda jalan-jalan ke toko buku. Di bagian buku anak, ratusan judul buku dari berbagai penerbit berjejer di sana. Mulai dari picture book hingga chapter book. Tentu saja, ada yang bagus dan ada juga yang tidak. Semua relatif, tergantung pada Anda sendiri yang menilainya.

Namun, jika Anda berniat untuk membelinya, membaca resensi buku itu terlebih dahulu, meminta rekomendasi teman, dan meneliti isinya lebih detil akan jauh lebih baik. Tak sedikit, lho, buku anak yang justru tak pantas dibaca anak-anak.

Anda menyukai buku anak dan sering browsing untuk mencari e-book gratisan? Saya punya beberapa e-book untuk picture book. Tentu saja ini juga gratisan hasil dari browsing. Misalnya saja dari situs ini. Yuk, download! :D

5.2.13

Narsis Nan Kronis

Bakat narsis sepertinya sudah mendarah daging (bahkan menulang) di tubuh aku. Buktinya, setiap nemu kamera atau nyium gelagat yang berbau blitz, aku pasti siap sedia masang tampang sekece mungkin.

Bakat narsis sebenernya sudah ada sejak kecil. Tapi, berhubung zaman baheula emak-bapakku ga punya kamera, bukti-bukti sejarah kenarsisan itu pun tak pernah ada. Gejala narsis mulai aku rasain sejak di bangku kuliah. Teman-teman se-geng-ku yang ternyata narsis lebih dulu, mampu menggali potensiku yang sekian lama terpendam.

Semakin hari semakin narsis saja. Itu pujian   a.k.a umpatan yang senantiasa terlontar dari mulut teteh, aa, dan juga adikku. Tapi, ya namanya juga udah bawaan sejak orok, mau disindir apalagi dipuji si narsis tetep aja bersemayam dalam sanubari.