Tak tuk tak tuk tak tuk tak tuk tak tuk ....
Bunyi pelan tuts-tuts keyboard laptop mengagetkanku pagi itu. Bagaimana tidak, sepagi itu, biasanya belum ada orang rumah yang bangun, apalagi memakai laptop. Awalnya kupikir itu hanya khayalanku saja, tapi begitu ke ruang tengah, benar saja, seseorang sedang memakai laptopku. Dan dia adalah Reihana, puteri pertamaku.
"Teteh?" tanyaku heran.
"Ssssstttt ...," Reihana menempelkan telunjuk kanannya tepat di atas kedua bibirnya sebagai isyarat agar aku diam.
Aku semakin terheran.
"Teteh lagi apa?" tanyaku lagi.
"Umi jangan ribut dong. Teteh kan lagi nulis," jawabnya sambil cemberut.
Aku pun menyerah. Baiklah, jika itu maunya. Aku pun kembali ke dapur dan membiarkan Reihana meneruskan kembali kegiatannya dengan laptopku.
Bunyi pelan tuts-tuts keyboard laptop mengagetkanku pagi itu. Bagaimana tidak, sepagi itu, biasanya belum ada orang rumah yang bangun, apalagi memakai laptop. Awalnya kupikir itu hanya khayalanku saja, tapi begitu ke ruang tengah, benar saja, seseorang sedang memakai laptopku. Dan dia adalah Reihana, puteri pertamaku.
"Teteh?" tanyaku heran.
"Ssssstttt ...," Reihana menempelkan telunjuk kanannya tepat di atas kedua bibirnya sebagai isyarat agar aku diam.
Aku semakin terheran.
"Teteh lagi apa?" tanyaku lagi.
"Umi jangan ribut dong. Teteh kan lagi nulis," jawabnya sambil cemberut.
Aku pun menyerah. Baiklah, jika itu maunya. Aku pun kembali ke dapur dan membiarkan Reihana meneruskan kembali kegiatannya dengan laptopku.