29.8.13

Feel Indonesia!

Tiap kali melihat tayangan iklan pariwisata Malaysia di tv, aku selalu galau. Bukan karena ingin berkunjung ke sana, melainkan karena apa-apa yang ditayangkan di sana dipunyai juga di Indonesia. Bahkan tak seujung kuku dengan apa yang dimiliki Indonesia. Malaysia Truly Asia. Begitu katanya. Berani-beraninya mengatakan bahwa Malaysia itu sebenar-benarnya Asia. Tapi, ya itu hak mereka. Dan mau tidak mau, rido tidak rido, tagline iklan pariwisata Malaysia itu cukup sukses dalam hal penyampaian pesannya. Untuk urusan pengaruhnya pada kunjungan wisatawan ke Malaysia gara-gara iklan itu, aku tak mau tahu.

Sumber gambar:
http://puzzleminds.com/wp-content/uploads/2012/10/18-indonesia-tourism-where-are-you-headed.jpg

Menilik tagline Malaysia membuatku melirik tagline terakhir negeri sendiri. Wonderful Indonesia. Ya, tak diragukan lagi, Indonesia memang sangat menakjubkan. Tapi untuk dijadikan tagline, apalagi untuk tujuan mengangkat pariwisata negara kita, Wonderful Indonesia rasanya kurang ‘nancap’ dan kurang membuat penasaran. Karenanya, aku pikir, tagline itu harus segera diganti. 


28.8.13

Memangnya Kenapa Kalau Negara-negara ASEAN Itu Serumpun?

Beberapa hari yang lalu, dalam rangka memeriahkan perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, di kampungku diselenggarakan sebuah pertandingan sepak bola. Pesertanya sendiri adalah pria-pria muda dari tiap RT. Akibat tim RT tempat rumahku berada kalah, anak keduaku, Radit, marah-marah. Dengan diam-diam, aku pun menyimak perbincangan pendek antara Radit dan kakaknya, Reihana mengenai hal itu.

"Coba kalau Kak Bayu masuk tim kita, kita pasti menang," ucap Radit serius.
"Ya enggak bisa lah. Timnya kan dari masing-masing RT. Kak Bayu kan dari RT 1. Kita mah RT 3, ya pesertanya harus dari RT 3 juga" Reihana nyeletuk.
"Iya, tapi jadinya kan gak adil. RT 1 jago-jago. RT 3 enggak," ujar Radit masih dengan ekspresi yang gemas.
"Ya gimana lagi, aturannya udah begitu, kok!" jawab Reihana mengakhiri percakapan.
***

27.8.13

Salon Thailand di Sebelah Rumah? Jangan Parno, Ah!

Sepertinya bukan rahasia lagi, jika selain penghasil buah-buahan berukuran besar dan berkualitas bagus, Thailand juga dikenal sebagai tempat tujuan wisata ‘permak’ tubuh. Hal ini bisa dilihat hasilnya dari makin kinclong, makin mancung, dan makin seksinya para selebritas di negeri kita pasca-berkunjung ke negara Gajah Putih ini. Meski sebagian ada yang malu-malu, bahkan menapiknya dengan keras, beberapa dari mereka yang terang-terangan, menguatkan dugaan. 

Tak hanya sebatas itu saja, terlepas dari pro dan kontranya, keahlian salon Thailand dalam mengubah jenis kelamin manusia juga terbilang sukses. Belum lagi salon penyedia pijat tradisionalnya yang cukup terkenal, semuanya memberi andil besar bagi Thailand untuk menjadi negara penyedia ‘jasa salon’ yang patut diperhitungkan.

Semakin berbondong-bondongnya pelanggan dari Indonesia yang menyengajakan diri untuk ‘nyalon’ ke Thailand, pasti membuat para pengusahanya berpikir untuk membuka usaha di Indonesia. Jika sekarang hanya beberapa saja yang ‘berani’, setelah dibentuknya Komunitas ASEAN 2015 nanti, mungkin akan terjadi ekspansi. Dan mungkin bisa sampai ke sebelah rumah. Apalagi jika menilik kesiapan negara ini dalam menghadapi Komunitas ASEAN 2015 tersebut. Pemberian kursus Bahasa Indonesia bagi para SDM-nya semakin menguatkan bukti bahwa besarnya jumlah penduduk negara kita sudah menjadi target pasar yang akan dibidiknya. Jika sudah begini, bagaimana dengan nasib salon-salon lokal?