4.5.14

TB Memang Mematikan, Tapi Bisa Disembuhkan

Saat pertama kali tahu bahwa adik saya terkena TB, saya dan seluruh keluarga sangat sedih. Kami benar-benar terpukul dengan kenyataan yang terjadi saat itu. Bagaimana tidak, meski kami percaya dengan takdir kematian itu di tangan Tuhan, bayangan kematian adik saya, rasanya sangat begitu nyata. Tentu, semua itu karena memang kebanyakan, penderita TB yang ada di lingkungan sekitar saya, selalu berujung pada kematian. Dan jujur, walaupun dokter sudah menjelaskan bahwa TB bisa disembuhkan, optimisme untuk sembuh itu tidak 100% kami rasakan. Bisa dikatakan, pengobatan dan konsultasi dengan dokter yang dilakukan semata-mata hanya untuk sebuah ikhtiar terakhir yang bisa kami lakukan.

Ternyata, TB Benar-benar Bisa Disembuhkan!
Dugaan saya dan keluarga ternyata salah. Penyakit TB yang diderita adik saya benar-benar sembuh dalam kurun waktu 6 bulan. Dan ini berarti, pengobatan yang dilakukan adik saya bukan hanya sebuah ikhtiar terakhir. Tapi justru, itulah pengobatan yang memang harus dijalankan.

Awalnya nasihat dokter terasa hanya sebuah hiburan saja untuk adik saya. Tapi seiring waktu berjalan dan seiring bertambah fitnya kondisi tubuh adik saya, semua bukan cuma penglipur lara semata, sebab harapan kesembuhan itu semakin nyata di depan mata.

1.5.14

Hari Ini, 12 Tahun yang Lalu...


Hari ini, 12 tahun yang lalu, adalah hari yang tak bisa aku lupakan. Hari saat di mana untuk pertama kalinya aku menjadi ibu. Ya, di hari ini, 12 tahun yang lalu, putri pertamaku, Reihana Azzahra, lahir. Rabu, 1 Mei 2002 pukul 10 malam.


*

Malam itu, tanggal 30 April 2002 adalah USG terakhir di kehamilan pertamaku. Karena sudah melebihi HPL yang diprediksikan dokter, minggu itu, aku pun mengajak adikku untuk menginap. Tujuanku tentu agar saat perutku mengalami kontraksi atau terjadi ini-itu, aku ada yang nemenin. Tahu sendirilah seperti apa rasanya aku yang saat itu masih tinggal di rumah mertua. Meski mereka sangat baik, aku yang baru dekat dengan mereka setahun terakhir, masih sangat kagok untuk ngomong dan minta bantuan. Adapun suamiku, saat itu masih kerja di PT. Freeport, di Papua. Dan beliau baru akan pulang di bulan Juni berikutnya.

Ya, setelah menikah, aku memang tinggal di rumah mertua. Saat itu, kuliahku belum selesai. Aku sedang tugas akhir. Perut yang semakin membesar, jauh dari dokter kandungan yang biasa menanganiku, dan juga jauh dari kampus, menjadi alasanku untuk tinggal di rumah mertua. Sekali pun, anak mertua (baca: suamiku) tidak ada di sana.

30.4.14

Dufan, Tempat Rekreasi yang #NeverEndingFun

facebook.com/ancoltmnimpian
Kalau ditanya, apa yang saya bayangkan jika mendengar kata ‘Jakarta’, jujur, sejak kecil, pasti saya menjawabnya: Monas dan Dufan. Mengapa demikian? Sebab dua tempat ini, menurut saya adalah simbol yang benar-benar mewakili Jakarta di mata saya. Tak ada kota lain di Indonesia yang mempunyai landmark yang begitu kuat melekat di ingatan saya seperti kota Jakarta ini. Dan bukan ke Jakarta namanya jika tidak singgah dahulu ke Monas dan juga ke Dufan.

Dufan, The Dream Come True
Sewaktu kecil, mungkin saat saya berusia sekitar 6 atau 7 tahun, saya sering sekali berkhayal datang ke sebuah tempat wisata. Di sana, ada beberapa wahana yang menyajikan berbagai hiburan, atraksi, dan juga permainan. Saat itu, saya tidak tahu bahwa tempat yang saya khayalkan sudah benar-benar ada. Maklum, sebagai orang kampung yang jauh dari Jakarta, tempat wisata yang saya tahu hanya sebatas yang lokal-lokal saja.

Mimpi saya menjadi nyata ketika untuk pertama kalinya diajak ke Dufan oleh tante. Kala itu, saya benar-benar takjub dengan segala macam yang ada di sana. Meskipun saya telat mengetahuinya, yaitu saat saya berusia 9 tahun, saya tetap senang bisa main ke Dufan. Dan sejak saat itu, setiap musim liburan tiba, saya pasti merengek pada orang tua untuk bisa kembali mengunjungi Dufan.

Beberapa waktu yang lalu adalah kali kesekian saya mengunjungi Dufan. Meski sudah berkali-kali ke Dufan, saya tidak pernah bosan. Seperti saat pertama kali saja, Dufan selalu berhasil membuat saya terpukau. Tentu saja semua itu karena Dufan selalu berinovasi. Dari tahun ke tahun, ada saja wahana baru yang siap menghibur para pengunjungnya. Termasuk saya dan juga keluarga.