22.5.14

Hepi Beursdey #BabyZ Sayang!

 

Horeee… #BabyZ hari ini tepat berusia 2 tahun. Kalo inget masa-masa hamil dan melahirkan, rasanya gak terasa waktu udah berjalan 2 tahun. Kayak baru kemaren aja gitu. Mual-mual, pegel-pegel, eungap, susah tidur, sakitnya melahirkan, dan tentu saja begadang hampir tiap malem untuk ngASI. Subhanallah banget deh! Bener-bener, pengorbanan yang penuh dengan darah dan air mata itu begitu tidak terasa *halah lebay*.

Ah iya, ngomong-ngomong soal ngASI, tepat di usia 2 tahun ini, #BabyZ udah lepas ASI sejak 2 bulan yang lalu, lho. Awalnya sih latihan supaya nanti pas 2 tahun gak kaget lepas dari ASI. Eh ternyata, dengan sekali oles air bratawali di ‘jerigen’ mimiknya, #BabyZ udah langsung kapok. Gak mau nenen lagi. Hehehehe…

Kasian sih sebenernya. Di awal-awal minggu pertama disapih, #BabyZ lemes banget. Mana susah tidur pula. Tapi untunglah, berkat abinya yang mau ikut gendong di kala rewel dan ngantuk, terutama di malam hari, #BabyZ akhirnya terbiasa juga. Dan sekarang, tidur pun sudah gampang. Tinggal bawa mobil-mobilan ke kasur plus ditemenin emaknya yang pura-pura tidur duluan (yang akhirnya malah jadi tidur beneran), #BabyZ pun bisa tidur pulas sampai pagi. Tidur siang pun begitu. Gak terlalu susah sepeti saat baru disapih.

18.5.14

Waspadai TB Resisten Obat

Pengobatan TB standar itu berjalan selama 6 bulan. Selama waktu pengobatan itu, penderita harus mengonsumsi obatnya secara patuh dan teratur menurut jadwal yang disarankan dokter. Jika tidak dilakukan, misalnya lupa atau pun sengaja karena malas dengan efek samping yang diberikan, atau mungkin karena sudah merasa sembuh, maka penyakit TB kemungkinan besar tidak akan terobati secara tuntas. Dan sebaliknya, kuman TB tersebut malah bisa menjadi bertambah kuat. Sehingga akhirnya, dia resisten (kebal) terhadap obat yang diberikan.

Keadaan itu persis terjadi pada seorang tetangga di kampung saya. Namanya Bu Lalah. Karena dia merasa terganggu dengan rasa mual setelah meminum obat anti TB (OAT), maka begitu tubuhnya merasa baikan, dia meninggalkan kewajibannya dalam meminum OAT tersebut.

Beberapa minggu ke depannya, Bu Lalah memang masih segar bugar. Tubuhnya nampak seperti orang biasa yang ‘sehat-sehat’ saja. Akan tetapi, setelah menginjak hitungan bulan, tepatnya bulan kedua setelah lepas dari obat, kesehatan Bu Lalah menurun dan kembali mengalami gejala yang sama seperti saat divonis menderita TB oleh dokter. Dia batuk-batuk, demam di malam hari, hilang nafsu makan, dan juga turun berat badan. Dia pun panik dan langsung dibawa keluarganya ke dokter tempat dia biasa memeriksakan kesehatannya.

16.5.14

A Place to Remember : The Place Where The First Time We Met

Tempat itu ukurannya tak lebih dari 3x3 meter persegi saja. Tapi kenangan yang diberikannya, sangat besar dan berpengaruh banyak dalam hidupku. Bahkan hingga hari ini. Tanpa tempat itu, aku mungkin tak akan seperti sekarang.

Pertama kali masuk tempat itu, mungkin sekitar bulan Juni tahun 1999. Saat itu adalah hari sesudah pelantikan angkatan kami. Hari di mana kami, secara resmi masuk menjadi anggota himpunan. Ya, seperti itulah kebanyakan ritual di kampus kami. Junior akan masuk menjadi anggota himpunan setelah setahun sebelumnya diberi pembinaan. Dan di akhir tahun, hampir sebulan, junior tersebut harus mengikuti diksar. Meski berat, tapi kegiatan ini, benar-benar sangat berkesan dan juga bermanfaat. Terutama untuk jurusanku yang banyak kuliah lapangannya. Diksar membuat kami tahu bagaimana ‘bergaul’ dengan alam.

Buatku, tempat yang kami sebut sebagai himpunan itu adalah segalanya. Maksudnya, setelah resmi jadi anak himpunan, terutama setelah angkatanku jadi pengurus, himpunan menjadi tempat ‘hidup’ di kampus, selain di ruang kuliah. Sebelum masuk kuliah, pasti ke himpunan. Setelah kuliah, nongkrong di himpunan. Apalagi saat bolos, himpunan selalu jadi tempat nyumput yang paling nyaman. Pokoknya, selalu… himpunan, himpunan, dan himpunan.