25.1.16

Berkarya Melalui Blog


“Ikatlah ilmu dengan menulis." ~ Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib

Tahun 2012 sepertinya merupakan tahun yang menjadi titik belok di dalam hidup saya. Berhenti total dari menulis buku karena memiliki bayi, dan beralih menulis di blog. Meskipun bagi banyak orang, terutama orang-orang di sekitar saya, apa yang saya lakukan dianggap ‘tak berguna’, sebab tidak menghasilkan uang, menulis di blog ternyata memberi perubahan yang sangat besar bagi hidup saya. 

Ya, dari ngebloglah kemampuan menulis saya yang awalnya saya anggap sudah bagus menjadi lebih baik. Dari ngebloglah saya mendapat banyak teman maya namun terasa nyata dekatnya. Dari ngebloglah saya ternyata bisa mendapat rezeki yang bahkan lebih besar dari menulis buku. Dan dari ngeblog pulalah, saya mendapatkan pengalaman dan ilmu yang tak bisa dihargai dengan uang sebesar apa pun. Sungguh, vakumnya saya dari dunia menulis buku yang tadinya begitu saya sesalkan, pada akhirnya membawa saya kepada dunia blogging yang sekarang begitu saya cintai.

23.1.16

Lagu Anak Indonesia, Riwayatmu Kini...


“Nia, budakna si eta mah pinter pisan,” ucap mama semangat.
“Pinter kumaha?” jawab saya.
“Eta, nyanyi Sambalado si Ayu Tingting meni nepi ka tamat,” ucap mama lagi.
“Waduh!”

Seperti itulah percakapan saya dan mama siang itu. Yang bukan orang sunda pun kayaknya ngerti dengan percakapan di atas. Ya, mama memuji anak tetangga depan rumah karena kepiawaiannya dalam menamatkan lagu Ayu Tingting, Sambalado. Senada dengan hal itu, di saat yang berbeda, para ibu-ibu lain begitu senang dan bangganya melihat anak-anaknya jogged dangdut ala penyanyi dangdut panggung di sebuah pesta ulang tahun seorang anak tetangga yang lain, manakala diputar lagu Da Aku Mah Apa Atuh, yang dipopulerkan oleh Cita Citata. Saya yang mendengar dan melihat dua kejadian itu, terus terang kaget. Apa yang membanggakannya? Bukankah itu justru membuat miris?

Iya, kedua contoh kejadian di atas menurut saya tidaklah membanggakan. Dan sebaliknya, itu membuat saya miris. Di contoh pertama, tentu hal ini karena lagu Sambalado kan lagu yang isinya tentang percintaan orang-orang yang sudah dewasa. Meskipun tak ada yang bisa dibilang 'bahaya', untuk anak usia 3 tahun, rasanya tak 'sehat' untuk nyanyi seperti itu. Adapun di contoh kejadian kedua, sudahlah anak-anak joged ala penyanyi panggung yang cenderung mengeksploitasi 'bagian perut ke bawah', lagu yang diputar yang ternyata dihafal anak-anak tersebut di luar kepala, adalah jenis lagu dewasa yang muatannya negatif. Iyalah negatif, masa anak-anak kecil sudah diperkenalkan dengan kata 'selingkuhan' dan 'pacar gelap'. Haduh haduh haduh... ngeri!

Kisah Pendongeng Boneka BP


Semua orang kayaknya setuju, masa kanak-kanak adalah masa yang paling indah. Begitu juga dengan saya, masa kanak-kanak itu… gak terlupakan. Ya, walopun cuma sedikit aja kenangan dari masa kecil itu yang masih bisa diinget sampe sekarang. Dan dari sekian memori indah yang masih bisa diinget, main bareng temen-temen adalah bagian paling berkesannya.

Seperti halnya anak-anak lain, saya banyak bermain permainan tradisional. Main congklak, bola bekel, galasin, petak umpet, boy-boyan, engklek (sondah), main karet, loncat tinggi, anjang-anjangan, ucing beling, ucing-ucingan, masak-masakan, main boneka, hingga orok (boneka) kertas yang kemudian disebut sebagai boneka bongkar pasang atau BP. Hampir setiap hari, masa kecil saya, sepulang sekolah, dihabisin dengan main salah satu dari permainan tersebut. Tapi kalo ditanya apa permainan masa kecil yang paling berkesan, bermain orok (boneka) kertas yang kemudian disebut sebagai boneka bongkar pasang atau BP adalah juaranya. Kenapa? Yuk… baca terus postingan ini.